TestPack Di Tas Sekolah Anak Lelakiku
TAS SEKOLAH
MA
encoba menenangkannya meskip
n penyesalan yang sangat dalam dari Nathan, t
rg
an
ber suara. Mata ini membelalak melihat cermin di kamar Nathan pecah berhamburan. Mas
tangan Mas Ardi, tidak sengaja jemari ini menyentuh cairan
tegurku. Mas Ardi pasti
ngkan luka yang ada di sini," tutur
na yang tidak terluka melihat anak yang sangat disaya
seru Mas Ardi sambil melempar tas ke hadap
ah
Aku tidak memiliki anak se
pai terjatuh di lantai. Mas Ardi mengunci pintu dan membawa kuncinya membuatku tidak bisa apa-apa. Mustahil jika a
yifa sementara waktu, ya. Ibu akan c
kal Nathan untuk sampai di rumah Mbak Syifa–Kakakku–s
pi,
dela, menggenggam tangan putra tersaya
rgilah, kamu akan baik-
endapatkan kendaraan umum. Jika bisa, aku ingin menemaninya. Ini adalah cobaan berat bagi Nathan. Aku tahu semua ini
akan datang ke sana dan menginap untuk beberapa hari. Aku tidak berani menelepon
amar aku mengambil kotak p3k untuk mengobati tangan suamiku. Tak l
an luka itu. Mas Ardi tidak bereaksi apa-apa, aku dengannya sama kecewanya dengan apa yang telah diperbuat oleh Nathan. Mungkin saat ini
dia yang pernah menjadi bagian dalam tubuhku selama sembilan bulan. Menjaga dan merawatnya mengabaikan kondisi tubuhku yang bahkan jauh dari kata baik, aku sel
lalu keluar dari kamar. Aku tahu di
u merasa benar-benar menjadi ibu yang gagal. Ponselku bergetar, nama Mbak Syifa terpa
tain semuanya sama Mbak.] Isi
adzan magrib berkumandang. Langsung beranjak untuk mengambil air wudhu. Waktu yang tepat untukku mengadu pada Sang Pencipta, sesungguhnya ti
-Mu yang belum bisa mendidik Nathan dengan baik. Bahkan air mata ini rasanya sudah kering, tapi tidak mengubah hancurnya hatiku. T
dak kukenal. Mengabaikannya karena tidak penting, jikapun orang itu ada kepentingan pasti akan kembali menghubungiku. Berselang beberapa deti
tuanya Nathan?" tanya seorang
Maaf ini siapa, ya?
menyelesaikan masalah anak-anak
yang menghubungiku adalah ibunya Kayra. Perkiraanku
dengar saya bi
a," b
n sambungan telepon. Kepala ini berdenyut hebat, masa depan anakku yang
*
doa meminta yang terbaik. Bukan hanya untukku tapi untuk keluargaku, orang-orang yang kusayangi. Pintu berderit, menampakkan Mas Ardi ya
an meskipun aku tahu itu akan sia-sia. Mas Ardi tidak akan menyentuh makanan yang aku buat. Ragu rasanya me
ngatakannya, menarik nafas pan
as
s Ardi. Dia pergi tanpa pamit, amarahnya masih belum reda. Rasa sesak kembali m
mbung