TestPack Di Tas Sekolah Anak Lelakiku
TAS SEKOLAH
MA
lelakiku. Dengan tangan yang gemetar aku mengambil benda yang memiliki garis dua itu, bau
benda itu di saku daster, belum saatnya mengatakan pada suamiku. Bahkan aku
Tangan ini dengan cekatan menyiapkan makanan untuk s
uat ibu semuanya, Ibu lagi sakit. Nggak apa-
an memberikan setengah dari bonus lembur untuk ibu mertua, sebenarnya aku tidak pernah
ku hanya menj
ajahnya pucet gitu
kin efek tadi aku terlalu kaget dengan apa yang kulihat. Nath
. Sarapan d
Bu. Nanti makan di
ara umum pertama di sekolah selama dua tahun berturut-tu
jalan bersama temannya saat weekend. Ia lebih memilih menghabiskan waktunya di rumah, kadang aku yang memaks
Mas Ardi, ia merangkul pundak N
ak penurut seperti Nathan. Aku menatap mobil yang membawa suami dan anakku berjalan menjauh.
cemas dengan testpeck bergaris dua itu. Saat Nathan pul
*
k itu belum terlihat batang hidungnya. Tidak biasanya Nathan pulang telat, jikap
mbut kepulangan Mas Ardi. Mencium tangannya dan membawakan tas kerjan
a mengeluarkan sebuah kotak dari dalam paper bag dan memperlihatkannya pada
a kelas tambahan," jawabku asal. Aku
engatakan akan mengajakku dan Nathan untuk makan malam di luar. Ji
y .
Mataku erbelalak saat melihat ia memegang test pack di tan
ahnya, mungkin ia mengira jika aku hamil. Memang aku
ini rasanya kelu, tidak s
Ardi berkata sambil memel
membuatku melepaskan diri dari dek
lihat wajah Nathan yang lebam dan da
nyaku cemas sambil mem
tes air mata terjun bebas membuatku semak
in, Nath
am, menunggu Nathan me
i sama Papanya K
ampai di pukuli kayak
–hamil,"
an sambil menggunc
man salah paham?" tanyaku bertubi-tubi. Aku menarik nafas dal
af
iringi buliran bening yang berlomba keluar dari pelupuk mata. Kata maaf yang
i prank kayak gini?" seru Mas Ardi sambil tertawa, ia berjalan mendekat pada Nathan dan
kukan hal bejat itu, kamu it
n Ayah ini memang melakukan hal
asanya runtuh saat mengetahui putra yang selalu kubanggakan bisa melaku
emua yang kamu katakan itu cuman omong kosong!" seru Mas Ar
kannya, Nathan yang bertanggung j
mengepal. Bahkan netranya kini memerah dan setitik air mata
mimpi?" tanya Mas Ardi padaku, aku semakin tergugu. Air mata sudah tidak b
ku kalau semua ini ti
ah," seru Nathan. Ia berlutut di de
kan kau balas dengan melemparkan kotoran ke wajahku dan Ibumu! Apa masih kurang segala yang kuberikan? Apa aku terlalu keras padamu atau
keras oleh Mas Ardi. Mas Ardi pergi ke kamar Nathan, entah apa yang dilakukannya. Ku akui, diri ini
mbung