Jay and her Odd Daddy
etujuan dan
yang Chai tahu, Biyu, adik perempuan bungsunya ini tidak pernah meneteskan air mata lagi semenjak mula
ang benar-benar memiliki jiwa setegar karang. Chai terkadang berpikir jika Biyu seperti sebentuk
adi orang pertama yang akan langsung mengetahuinya. Perbedaan di antara mereka ada
dengan emosi yang telah lama ia latih untuk terkendali. Inilah yang akhirnya ikut membuat Chai merasakan ada sesuatu yang runtuh
sa. Bagaimana bisa, Chai sang anak sulung, harapan keluarga, tiba-tiba mengeluh dan menangis, kalah dengan
ias. Sementara Ibu, wanita itu akan ikut menangis tergugu, menyesali nasib, membuat keadaan yang sudah runyam menjadi semakin r
sadar, hingga berakhir dengan ia ikut menyesali takdir. Ketika Chai sadar, ia sudah tenggelam terlalu jauh, tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk kel
di dirinya saja. Chai bersedia untuk menanggung bahkan bagian sang adik, karen
Bayu haru
s sang adik yang kekurangan nutrisi. Memangnya siapa di dalam keluarga mereka yang cukup m
ri. Diam-diam, Chai salut. Biyu, adik bungsunya yang dulu nakal dan manja, yang akan selalu menangis keras setiap kali keinginannya tidak dipenuhi, sekarang sudah berubah m
h dulu, nyari kerja dan membantu perekonomian keluarga," masih tersisa nada serak dalam suara Biyu ketika mengutarakan beba
geleng kencang, lantas melepaskan rengkuhannya dari tubuh sang adik. Mati-matian ia mencoba menenangka
tamat SMA. Masalah uang, kalian nggak perlu mikir, tugas kalian cuma belajar,"
ekaligus memandang remeh atas kata-kata Chai. Chai tidak sakit hati, bahkan bagi dirinya sen
k kertas penting berisi informasi kontak pria bernama Zaidan, Chai tahu jika hanya itulah senjata sat
sungkan. Di mata Biyu, Chai kadang-kadang suka mengatakan hal-hal tidak masuk akal dan muluk-muluk. Dan Biyu bukanlah lagi seorang anak kecil. Dia sudah memahami betapa
cukup pelan namun sarat dengan tek
ihat semakin menyedihkan di mata Biyu. Biyu memejamkan matanya rapat-rapat, mati-matian menahan gemas dan k
ng apa yang terlihat tidak selalu sama dengan yang terjadi. Alasan yang sama yang membuat Chai adik beradik tidak pernah bertengk
ngan nada tajam, kata-kata yang keluar dari sela-sela gigi yang terkatup rapat. Pe
pembayarannya hari Senin depan, ini udah Sabtu. Semuanya harus dibayar lunas! Kakak mau pinjem ua
mengg
rja
Tiba-tiba diserang sakit kepala. Menggigit bibir bawahnya, Biy
bisa ngasih Kakak duit di awal? Gak ada, Kak! Yang
rajai atmosfer dala
untuk tidak ikut terpancing oleh emosi. Bagaimanapun, semua yang Biyu ucapkan tidak salah. Bahkan sangat benar adanya. Saking bena
nya ini satu-satunya cara yang tersisa untuknya. Mau tak mau, ia harus mencobanya, mengeny
alo Kakak
i ubin kusam, perlahan mengangkat kepalanya, balas memandang tepat ke mata sang kakak. Kemarahan yang tadinya sudah mulai mer
bakalan bisa? Kakak kenap
ggeleng
engar seperti ajang taruhan. Biyu menghela napas panjang, mengangkat alisnya tinggi-tinggi. 'Ikuti sajalah, kemauan Kak Chai. Mungkin dia hanya sedang putus
akak pengen
Bapak selama Kakak nggak ada.
tua mereka. Namun Chai ingin sebuah kepastian, garansi yang akan membantunya mengambil keputusan
enawaran tersebu
ke
pegang kat
akang celananya. Celana yang sejak tadi dipandangi terus oleh Chai, sampai-samp
anda keraguan. Gadis itu memejamkan mata, menggenggam kertas di tangannya kencang. Berusaha menghim
•
wa itu tak ada gunanya. Ia terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri hingga berakhir meleng, tidak waspada. Apa yang mengga
ka Zaidan mengaku bahwa ia tidak punya pasangan resmi. Apa yang ada di dalam benak Chai? Ia tak tahu pasti tentang hal itu, han
erti Zaidan, bukan hal yang sukar baginya untuk mendapatkan wanita-wanita cantik dan berpendidikan. Latar belakangnya pasti tidak biasa, Ch
ya demi memuaskan rasa iseng belaka? Keisengan yang sering dilakukan oleh orang-orang kaya yang memiliki terlalu ba
suatu yang bisa membunuh rasa bosan tersebut. Bahkan membuang banyak uang yang bagi sebagian o
pang kehidupan orang-orang seperti Chai untuk bertahun-tahun ke depan, alih-
membiarkan imajinasinya melangkah semakin tak terkendali. Kembali men
fe Serein selama 1
ali mereka bertemu. Ini berarti, masih ada waktu. Tapi benarkah demikian? Bagaimana jika Zaidan hanya sedang mempermainkannya, atau bagaimana jika pri
Zaidan. Akan wajar sekali jika pria itu mengingkari kalimat yang ia tulis s
ir gelap, suasanya semakin suram akibat cuaca yang mendung-atau semua ini hanya imajinasi Chai saja. Dirinya yang su
epan sana, ia berusaha menyemangati diri untuk melangkah menuju Serein Cafe. Bahkan plang kafe tersebut masih jauh, ia harus
inggu, jalanan sudah mulai dipadati oleh kendaraan roda 2 dan 4. Didominasi oleh pasangan serta keluarga yang ingin menghabiskan akhi
enuh oleh
Zaidan di meja dekat jendela