Jay and her Odd Daddy
rasi. Ingin rasanya menenggak minuman isotonik rasa kelapa atau rasa buah lainnya, seperti yang lazim dilakukan orang-orang dalam iklan di TV. Atau
i saja ia dapat dari ruang tunggu poli rumah sakit. Chai hanya mengambil 2, malu mengambil barang gratisan banyak-banyak. Dan Chai masih
k tega melihat sang bapak kelelahan menunggu resep di apotek, belum lagi pasien rawat jalan yang ikut menunggu resep membludak. Chai sudah menunggu r
ia berteduh di sini, berdiri seperti orang bodoh. Tak peduli dengan tatapan aneh orang-orang yang sedari tadi lalu-lalang melewatinya. Tatapan Chai berkelana ke man
epingin melihat makanan yang dijual di sana namun ia tidak dapat membelinya. Paling banter ia hanya dapat membeli roti kemasan harga seribu rupiah,
asil oksigen, peneduh kota serta penambah nilai estetika. Chai tidak punya tujua
kat perempatan, sekitar 50 meter jaraknya dari posisi Chai saat ini. Kafe itu terlihat agak lengang
ar ngopi dan mengobrol dengan sesamanya. Desain kafe itu artistik, elegan, dengan tampilan depannya berupa kaca jendela tinggi yang memungkinkan pelanggan kafe un
angunan kafe tersebut. Tulisan Serein Cafe dalam kaligrafi yang indah berwarna hitam dengan tepian putih. Simpel namun elegan. Tepian berwarna putih itu sesunggu
a Chai b
i pikirannya, seseorang yang entah bagaimana caranya, Chai harap bisa ia temui kembali. Ya, bertemu dengan pria asing ma
fe. Tepatnya pada jendela kaca tinggi yang membuatnya dapat melihat wajah pelanggan kafe di dalam sana. Ada du
keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak SD yang memilih tempat di sisi dekat dinding tembok. Sepertinya sengaja menghindari dindi
ng menghadap ke jendela. Pengaturan yang dimaksudkan agar pelanggan yang ingin duduk di sana dapat menikmati pemandangan deng
gu, pose yang jika dilakukan oleh orang biasa akan terlihat sangat buruk jika bukan terlihat seperti sedang m
ngan warna dasar rambut cokelat tua. Sangat modis. Sosok pria itu semakin terlihat berkilauan akibat ditimpa cahaya matahari puku
. Sembari pikirannya berkelana ke masa ketika ia pertama kali memasuki kafe t
tuk menyadari pada detik selanjutnya bahwa pria itu bukanlah hasil de ja vu kosongnya semata
i, bukan? Gadis berambut sebahu itu mengucek matanya dua kali demi memastikan penglihatannya. Sampai ia me
u saja jika Chai tidak cepat-cepat memanfaatkan momen! Maka dengan pikiran
II
dari arah kanannya. Untungnya bunyi klakson dari sang pemotor yang lumayan kencang itu
et motor. Gadis itu sekalian menjernihkan kepalanya untuk berpikir rasional dan mementingkan ke
mi Chai barusan. Namun Chai tidak akan pernah mengetahui hal itu, karena ketika Chai melirik kemba
ncoba bercanda dengan dirinya sendiri. Sebuah usaha kecil untuk menenangkan diri dan tremor yang melanda akibat kejadian barusan. Mata gadis itu masih setia melirik, lantas m