Satu Laki-Laki Empat Istri
but hitam itu masuk tergesa ke dapur dan mengam
Sukro ke dalam mulut. Sembari mengun
kus Sukro, menyimpannya di atas paha. Ia makan den
runkan napas karena capek. Jelas capek, d
arnya. Jaraknya hanya melewati jalan. De
syar'i itu menahan tawa. Ia mas
kro dan mengambil isinya, l
gak?" tanya Tess
muka masam karena Su
essa tidak peduli dengan Kresna yang
Tentu ia sebal karena makanan itu, makanan yang ia in
a bulanan. Jadi, bisa dibilang dia ngidam sukro. N
gertian. Saat suami Kresna tidak ada, dialah yang selalu membelikan atau m
a sedikit mencondongkan badan ke arah Kresna. "Ka
n tawa lagi. Bukan hal baru, istri kedua suaminya itu mema
h, lho, kalau tahu." Jari telunjuk berkulit kuning
ak Kanti sama Nyonya emang nggak pernah akur. Kamu a
an poligami ini. Tentu tidak asing jika ada per
iba melamun. Ia menahan dagu dengan
resna mencubit
? Cie-cie ada yang falling in love.
us saja mencubiti hidung. "Nggak!" sanggahnya, "siapa juga yang jatuh cinta sama Mas R
erus kenapa datang-datang curhat masalah Mbak Kant
ak Kanti itu aneh. Tahu kan aku mau ke rumah Mbak Wanda yang pasti di san
erasa perdebatan di rumah tangganya ini memang sesuatu hal yang menar
alani, tidak seburuk itu. Bohong jika Kresna tidak sakit hati sebagai istri ketiga Rendra
tu setengah tahun lamanya. Peristiwa di mana Rendra menikah
r ceritanya?" Tes
eri udah bertengkar. Kaya kucing sama tikus." Kresna
ru Tessa tiba-
kamu? Katanya
tahu,
geleng dengan santai,
," tekan Tessa. "Kakak nggak sakit hati,
sna menjungkir balikkan bungkus sukro, mengoyangkan, mencoba melihat i
kita beli lagi!" Tessa mengambil bu
" Kresna menun
telunjuk itu. "
dus buat dede utun. Ya, Sayang?" lanjutnya
oleh, deh. Satu dus,
um jawab pertanyaan aku, lho. Kenapa Kakak itu kayak santa
lagi pas tahu Mas Rendra hamilin kamu. Aku sakit hati bang
engar jawaban Kresna. Matanya menatap penuh peny
n belum hamil. Serasa aku tuh cewek yang nggak ber
buat nyakitin perasaan Kakak. Dulu itu, Mas Ren
r tidak tertawa. Ia masih amati wajah Tessa yang
bahkan sampai tiga. Pria blasteran itu tampak begitu tampan da
uat Tessa mengangkat wajah. Mata b
mu jangan nangis! Kakak bercanda, kamu sendiri tahu, kan? Kaka
sama Mas Rendra. Aku nyesel, Kak. Aku minta maaf,"
Sudah-sudah jangan nangis!
h biasa dimadu jadi nggak masalah. Kan kamu juga tahu Kakak sama Mas R
ius?" Tessa
Mending kamu cerita soal si
u kan ke rumah Mbak Wanda. Nah, terus aku sama Mbak
tap serius. Tidak ing
Rendra. Posisi Mas Rendra yang munggungin kita nggak tahu kita ada di sana. Mbak
dak mungkin madunya itu tidak cemburu atau sakit hati. Kresna tahu betul
rak mereka?" tanya Kresn
t memerah. "Mbak Kanti tuh yang l
ya nggak tahu ma
uping, langsung aja aku menghindar. Ogah ikut perang dun
gga segilima mereka memang tidak pernah bera
tawa? Kebiasaan, deh." T
. "Muka kamu tuh kaya kepiting rebus
merahnya. "Ih, nggak Kakak. Ngapain aku cemburu sam
hu warna sempak
a itu?" Tessa
kecewa. "Kalau belum tahu
i Kresna yang turun dari kursi. Ia
belum tahu. Aku kasih tahu ya,
Ap
alan mundur sontak berhenti, saat pung
u. Suara yang tiba-tiba membuat Kresna terkeju
onesia-Inggris. Ia bertanya tegas
Mas kepo, nih?" Sekali lagi Rendra bert
sapa Kresna
?" Rendra menunju
a refleks memukul dada bidang Rendra, tetapi
ya punggung tangan Kresna dengan mesra. Tanpa disadari membuat
saha menarik pelan tanga
endra masih menahan tangan Kresna. Menamb
h. Dia itu udah sakit hati gara-gara kelakuan Mas sama Mbak Wanda tadi pagi, sekarang di
mau Sukro? Mas beliin, ya." Rendra
inta Kresna seraya menarik tangan dari genggaman Re
pergi. Ia peluk Kresna dari belakang. Dengan mesra ia pun
ek Kresna merasakan g
kamu nggak cium Mas dulu!"
as ih bau
pas pelukan. Ia lalu berjalan ke de
a Mas. Mas nggak bau, kok," tukas Rendra sembari menciumi tubu
gitu. Ena malah nggak mau deket sama
ggoda Kresna dengan mencubit
ai memerah dengan senyum te
s kejar Tessa dulu, tapi nanti Mas
Kresna, membuat mata Kresna terbelalak. Rendra s
ukan pada Kresna saja, namun pada semua istrinya.
il. Bisa dibilang Rendra sempurna. Meski ia punya satu kek