LORO
epi. Setelah merogoh tas dan mengambil kunci pagar i
an agar tak usah ditunggu pada satu-satunya pekerja yang tinggal di rumah dan menyilahkannya tidur setelah putri kecilnya terlelap dan BI
mpunya menyala temaram di lantai dua. Mata Arum berair lagi dan se
" Ucap Arum menghapus sisa air dari dalam ma
yang mungkin akan terbangun saat ia memeluk dan menciumi putri kesayangannya itu. setelah memasukkan mobilnya ke pekar
geras saat matanya menyadari dua mobil yang terparkir
mengambil kantong berisi permen stroberi untuk Arimbi dengan wajah pasrah namun mengeras
rumahnya terlebih dahulu? Dua orang manusia yan
jerit melengking yang tertelan malam kelabu. Lalu sepi, sunyi, membisu. Menyat
sepi yang pagarnya masih terbuka, karena seorang wanita
AK
ahankan bahkan tanpa merasa malu ataupun sungkan, i
memilih duduk disofa ruang tamu mengeluarkan ponselnya malas tak
yang ditunggu Zizi ta
tas itu berdiri dan masuk ke dalam rumah yang begitu sepi
apa
langsung berlari mendekat pada tub
embuat Zizi menatap pada pem
benar. Kita-- kita tak bisa memindahkan Arum sembarangan," ucap Zizi langsung m
yang tampilan modisnya membutuhkan banyak bia
ran. Apa saja. Yang penting bantuan." Ucap Zizi panik menatap Arum dan ibunya, jug
pikir apa yang aka
lang kalian yang ...? tidak mungkin... tidak!" ucap Zizi bergantian menatap tiga orang manusia yang mulutnya han
ku tak mau terl
atanya pada tubuh Arum yang tak bergerak di atas ubin. "Kita s
an... manusia macam apa kalian! kalian semua gi
erjadi. Ini hanya kecelakaan. Ingat itu!" ucap wan
menghubungi rumah sakit agar menolong Arum! Tapi a
luarkan apapun yang dimakannya, berkali-kali dalam closet. Meninggalkan tiga ora
isi perutnya meski tak ada lagi yang
closet, pandangannya jadi sedikit buram karena air mata ya
kali sampai ia bisa merasakan pijakannya lagi. Merasakan kembali kakinya yang lemas dan mena
pasang mata menatapnya yang berjalan pergi setelah meraih ponselnya dari tangan s
emacu mobilnya dengan cepat menjauh dari rumah yang membuat per
ucap Maya pada dua wajah yan
yang wajahnya begitu pucat pasi. Bagas begitu menutup rapat mulutnya dengan ma
wanita paruh baya yang melepas kunci milik Bagas di bagian depan
rsyukur tak ada kamera satupun terpasang, baik di dalam ru
tegas. Tak mau dibantah. Juga tak ada yang ingin membantah ba
n di bawah kakinya yang tak beralas. Pelan dan perlahan den
i melebar mendapati sang ma
Lisa ucapkan srtiap kali naik ataupun turun dari tangga. Mata bulat bak anak menjangan itu menatapi tangga sa
Arimbi berusaha membangunkan Arum y
ap tas kertas yang dipeluk Arum. Tas bergambar candy warna
i, kan, Ma?" ucap Arimbi menatap
tak menjawab dengan
bocah yang lalu ikut berbaring, berbantal tan
tubuh Arum. Tanpa tahu apa yang
eluk tubuh kecilnya yang tak perduli pada dinginnya lantai in
karena dikasih satu tadi gak mau, boleh kan, Ma? mama pasti ngizinin. Besok miss Eva ngasih snak a
ubi juga pelukan hangat yang akan membuat Arimbi protes dalam tawa. Membalas tiap celoteh Ari
agi melakukan itu. Tidak akan pern
tu lebar lalu mendusel makin rapat pada tubuh A
bar dan mendusel makin rapat pada tubuh Arum. Lal
_
lam koleksimu? belum?
h baca dan tulis