Cinta Dalam Perjodohan
lingkan pandangannya setiap berpapasan denganku. Bersama di bawah satu at
menghadapinya. Lagi pula tidak gampang baginya menerima segalanya dengan
tanpa Abbas di sisinya. Abbas memilih tidur di perpustakaan kecil
eluar dari kamar mandi dengan gamis polos
alut pashmina plisket di kepala. Tidak ada riasan.
s nakas memecah keheningan telinga. Denga
lo,
Sayang, gimana k
Gimana kea
sehat, gimana
ia baik
rabaya. Mamah ada kunjungan buat memantau toko roti baru mamah di sana.
ap Sayyidah dengan wajah ceria, ya
sholat subuh dulu, nanti t
rus berfikir gimana caranya membuka pembicaraan deng
di ruang sebelah. Dia duduk bersila di atas sajadah. Di antara rak-rak buku. Matan
ak dan berlari ke arah Abbas. Dengan
a a
ul dia!" Tangannya menu
ti kamu!" Senyum Abbas merekah, melihat tingkah lucu istrinya. Apa
akut," kilah Sayyidah
Sayyidah menutup pelan matanya. Tapi hanya sebuah ta
ini aja. Kayanya di masji
up. Melepas pelukannya dan berusaha m
a," ujar Sayyidah de
penting kamu ngga muru
ggung, menggaruk kepal
baya ada kunjungan bisnis, na
i kita belanja buat keper
ng aku
hagia yang terukir
dhu dulu!" p
r wudhu, kemudian men
anjak menuju aneka mart. Walaupun jaraknya luma
uk di jok belakang. Sesekali hati Abbas terasa hangat k
*
at wanita parubahaya berusia sekitar lima puluh tahunan menuruni mobil dengan
tangan kanannya membawa beberapa paper bag berisi oleh-
ak Sayyidah berham
rwah membiarkan Sa
ak dengan air mata yang
i kesayangan
amah." Sayyidah semakin
ua wanita yang begitu
antuin." Meraih ba
amuall
ubuh Putrinya sudah terlepas dari pelukannya,
ng, "mari masuk Mah, jangan sungkan! Maaf kal
. Apa Sayyidah sudah jadi wanita yang
ar merapihkan tempat
l dari pagi yang sibuk memberesk
elajar, Mah," ucap
Sayang, mama ba
beberapa olahan masakan seperti rawon, sa
an kenapa repo
tuk Mamah," j
s, menarik sebuah kursi di depan
gia, apalagi Abbas sang
get masakannya
. Tapi di bantu sama chef Abbas juga, si
!" Dua jempol Marwah
g dan sendok mengiri
rsi tamu. Sayyidah berada diantara Marwah dan Abbas. Berb
bali ke Jakarta, karena besok siang
ku dalam diam, entah apa ya
cucu. Akbar dan Hana pasti sudah tumbuh besar. Mama pengen punya cucu
ulai beradu, mulut keduanya me
izin ke toi
aksi tatap-menatapn
sila
ghilang di balik pintu kamar mandi. Kin
enggam kedua tangan putrinya yang se
a terpejam, sedetik berlalu bulir ai
lehah. Sayyidah belum siap melakukannya dengan Abbas
dikit ter
na denga
a selalu bersikap baik kepada
gak papa, semuanya
t ia menghapus air matanya saat suara pintu kamar