My Bule Husband
edua orang tua kandungnya. Kasih sayang? Hah, orang tuanya saja dia tidak tau dimana. Yang dia ingat hanya perkataan ibu panti, bahwa dirinya ditemukan di gerbang
u saja, tetapi Na
ersekolah di sekolah biasa dengan uang sekolah yang terbilang sangat
dia masih bisa mengenyam pendidik
u menyekolahkan anak-anak asuhnya. Tetapi beruntung panti asuhan tempat Naina tinggal, seringkali mendapat s
uhannya dan juga membayar uang kuliahnya. Naina kuliah? Ya, Tidak sia-sia dia bersusah payah sekola
snis. Naina terlihat murung duduk di sebuah bangku panjang. Sambil memegang toga sarjananya, dan sebuket bu
niknya berkaca-kaca. Betapa bahagiany
ta, ibu panti, untuk datang menghadiri acara ini, tetapi sayang sekali, Ibu Arni tidak bisa, karena adik-adik pantinya tengah sakit. K
a sudah berjanji akan datang. Tetapi sampai acara selesai dan b
u orang itu. Akhirnya Naina memilih pulang,
rr.
tetapi seseorang mengejut
embang, melihat sosok yang dia sayangi muncul di hadapan
dewasa berperawakan tinggi it
k bakalan datang...." dila
membalas pelukan Naina, lalu mengusap-usap bahunya. Risa paham perasaan Naina yang hanya
ti, tempat Naina bekerja selama ini. Awalnya mereka hanya bos dan karyawan. Tetapi seiring berjalann
kesepian karena keluarganya lebih sibuk dengan bisnis dibanding dirinya. Sehingga Risa m
sekarang. Nah, lihat kan. Make upnya udah luntur." deng
i lagi Risa menghapus air mata,
Kakak." ajak Risa. Naina tersenyum bahagia, menurut
aknya sahabat. Setelah mengambil bebe
kak?" tanya Risa di perjal
n apa-apa. Kan semua keperluan Naina udah Ka
fat Naina yang satu ini. Jika ditanya seperti itu, pasti menolak. Oleh k
k mau tau. Kali
gilnya terhempas ke tanah, dihantam o
berdiri, karena kebaya dan roknya yang sempit. Manik Risa melebar, meliha
g mereka yakini bukan orang lokal, tengah berdiri tegap, sambil meletakkan ponsel di telinganya. "Hei
nggak papa kok." Naina melerai, kadan
melihat pria bule itu mengacuhkannya, terlihat le
ini membuat pria itu bereaksi. Memperhatik
i. Cepat minta maa
n, "Saya salah apa?" pria
erti ini. "Kamu udah nabrak adik saya, sampe tangan dia luka begini, kamu
kan matanya, masi
esal Risa karena pria itu ti
as, lalu berjalan meninggalka
iak Risa, hendak mengejar, te
in aja, Naina nggak p
h kesal pada pria asing itu. "Kakak paling benci s
uin nggak kayak gitu deh. Mereka itu rama
k. Mana mungkinlah mereka macam-mac
"Sini Kakak bantu obatin.
rkiran. Tanpa sadar dari jauh seseor