Kepincut Janda Tetangga
ling pertama karena ingin membaca lebih dulu dari teman-temannya yang lain. Namun ada yang seakan hilang dari kebiasaannya, yaitu panggilan papa yang biasa Salsa
nya Salsa saat tau--t
an papa lagi?" bisik Devit, tak in
lnya om aja," terang Salsa s
dan ada sedikit rasa k
bunda mau cali papa buat Caca ta
apa Ca, ayo selesaikan mewarnainya," titah Devi
dur pukul sepuluh, untuk bangun lagi jam dua melaksanakan sholat tahajjud. Devit memutuskan duduk di dekat
esok. Namun ia tidak bisa berkonsentrasi. Devi
on
aikum, Kak.
a mama kapan kakak ada waktu unt
Juwi yang marah padanya. Pikiran Devit benar-benar tak fokus, bagaimana b
gumamnya. Lalu dengan cepat memba
aya baru saja buka ponsel. Mudah-muda
on
k. Jam sembilan saya tu
begadang ya. Nanti kalau suda
erakhir yang dikirim Devit. Bismill
ngintip dari jendela. Warung Juwi sudah buka dan Juwi sedang melayani bebe
n untuk hari ini entah kenapa dia ingin memasak nasi goreng. Devit keluar kontra
, beli apa, Pak?
mau bikin nasi goreng," ucap Dev
yang masakin sarapan," celetuk tema
sahut Devit melirik ke arah J
apa, Pak?" ta
Juwi, ntar jatuh cinta
di ngaco," sahut Juwi yang tak suka mendengar ledekan bu Nuni
anya," uc
ng kok pake gula?" ce
-ibu rempong pada tertawa termasuk Juwi jadi ikut tertawa. Devit yang melihat tawa
ibu," u
uang seratus rib
erus, gak ada yang warna ijo apa, P
da Wi, adanya
uwi sambil mence
adi bininya, kalau punya suami duitnya setiap har
ka gorengan yang masih hangat. Ada risol, bakwan, lontong isi, kue
li lima bel
traktir." ucap Devit pa
Nuni antusias.
ya. Mereka akhirnya pulang dengan gembira,masing-m
semua, Wi?"
ucap Juwi lalu mengembal
ngun ya?" tanya
el
.. ibu
lagi
ak a
Juwi melotot.
ar bola mata malasnya. Devit seakan anak yang patuh pada ib
iak Devit dari pintu rumahnya. Sontak ibu-ibu yang lew
rsadar buru-buru masuk ke dalam rumah dan mengunci pintunya. Ya
h, namun sedikit garis bi
ian memanggil Devit dengan panggilan papa. Ha h
lagi di dekat jendela rumah kontrakannya, melihat ke arah warung. Kok tutup?
n menggendong Salsa yang tampak lemah, bersama ibunya yang membawa sebuah tas kecil. Penasaran Devit membuka pintu
Bu? Mau
akanya mau ke rumah sakit, saya permisi Pak," ucap ibu Juwi t
. Entah apa yang membuat Devit nekat mengikuti mobil tumpangan Juwi dengan naik ojek pangk
it sampai di rumah sakit tempat Juwi membawa Salsa
bunya terbengong. Devit melarikan Salsa ke ruangan IGD. Disusul Juwi dan Bu Nur. Berdasa
kan mendaftar ke administrasi
i kw tempat yang sudah d
p Devit lagi. Juwi
," ucap Juwi lalu berjalan kemba
juga dengan kelas dua, adanya kelas satu, VIP dan
berapa per m
lain, mohon maaf kami belum membuka layanan BPJS
Devit menyel
eran. "Jangan, Pak, sa
i," sahut Devit, lalu memberik
. Juwi memandang Devit dengan keheranan. Ken
u Nur baru kali ini masuk ke ruangan VIP rumah sakit mahal. Seperti di hotel-hotel kalau kata Bu Nur. Devit membawaka
ganti untuk Juwi. Juwi masuk kembali ke kamar perawatan Salsa. Melihat Devit tertidur dengan pulas. Senyum Juwi terbit. " Terimakasih, Pak," bisik Juwi yang kini teng
tunggu belum datang juga. Ponselnya juga tidak diangkat dari pagi. Pesan juga tidak dibalas. Bahkan Sarah menghubu