Jadi Istri Kedua Sang Ceo
pat la
terdengar marah. Berusaha tak mempedulikan itu, tapi sayangnya gagal, karena kemudian, wajahku
Namun, entah kenapa, tatapan itu begitu tak asing di ingatanku. Kemudian, tanpa peringatan, ingatanku memutar bagi
ya, hari ini, kamu ikut dengan kami ke sebuah acara. Jangan melakukan hal yang memp
lian?" tanyaku terbata-bata, bangkit dari posisi tidur, dan memegang ken
rempuan ini. "Jangan banyak drama, cepat bersiap-siap untuk ikut
ning. Kita tak pernah bertemu, tapi dia seperti sangat membencik
akan hancur dalam satu kali pukul. "Ini ... bukan rumah sakit? Ak
terguling di tangga aja harus dibawa ke rumah sakit. Memang kami ini
ni. Istri Kedua? Jatuh dari lantai dua dan terguling di tangga?
saudara yang enggan untuk mengakuiku itu. Begitu sampai di mobil, aku mengucapkan
Aku mulai bertanya ; "Tunggu! Apa maksudnya saya istri kedua? Jatuh d
tap perempuan cantik bergaun merah gelap di sampingnya, seperti sedang bertanya melalui isyarat. Perempuan dengan gaun me
empuan bergaun merah itu, dengan alis terangka
luwes ini. Bibirnya memahat senyum smirk, dan itu membuat perasa
, dan kemudian berkata ; "Honey, aku ingin bicara berdua dengannya secara privat. Kamu bi
eri kecaman ; Kalau aku tak boleh macam-macam dengan perempuan ini, atau aku aka
gaun merah ini langsung berubah menjadi ilfeel, dan jijik bagai melihat serangga. Dia berjalan
tuturnya dengan nada rendah, sambil menjeda kalimatnya. "Sekali lagi aku peringatkan, untuk yang terakhir kalin
utan, padahal aku sama sekali tidak takut padanya. "Mau tau kena
udian menarik tanganku untuk jatuh di atas tubuhnya. Suara gebrakan tubuh yang terhempas ke lant
um licik tertangkap oleh mataku sesaat, lalu dia menutup mata dengan lengan. "Ku–kumohon, ja–jangan siksa aku, a–
riakan langsung pecah, ketika pintu terbuka. Menampilkan seorang pria tampan dengan mulut luwes melangk
ku dengan keras. Hingga suara tamparan menggema keras. Tak sampai di sana,
. Pandanganku mulai berawan. Tubuhku mati rasa, tergeletak di lantai, dan hanya bisa
aku merasa sangat iri dalam hati. Andai Fero ada di sini, mungkin dia juga a
tu, aku bisa melihat senyum sinis yang terlihat jelas, jika mereka berdua membenciku.
angat merindukan Fero. Dan sangat ingin merasakan pelukannya untuk saat ini. Dengan hati remuk r
*
dengan lembut. Aku tahu siapa pemilik suara itu, dan mem
eh awan. Sosok pria ... tidak, remaja dengan pikiran
dan lambat. Seakan menikmati masa, di mana aku tersiksa ketika menunggu sahabat ... eh, tidak
hadapanku, aku mencoba memanggilnya ; "Fero?"
anku ini mengangguk, sambil memahat senyum lembut, seakan siap
gan untuk menyangga, lalu bergerak melekap tubuhnya dengan erat. "
khas darinya kembali memperdengarkan kata-kata itu. "Ka–kau
yang. "Tapi, aku juga marah padamu. Bagaimana bisa kau menyia-nyi
k seraya menangis pelan. "Ma–maaf a–aku su–sudah tak kuasa lagi, sa–saat k