Gita Sukma : Lagu Dari Jiwa
ntas mengulurkan tangan pada
sud
ak bakalan mati!
bukannya malah pegangan tangan kalo gempa!" Wilaga mengedar pandang. "Itu kenapa gak pada panik, ken
cafe itu
ing. Kursi berderit. Lampu-lampu dan pot tanaman menggantung juga bergoyan
angin puti
emas dan
g cafe santai tak merasa terancam, cemas,
a ia ternyata ter
gan pria itu, menggenggamnya erat, "Kita gak bisa kemana-mana. Gu
ngnya tak merespon perintah syaraf motorik dan otak. Wilaga kehilangan kendali atas tubuhnya. Hidungnya pun kini mengeluarkan cairan merah berbau besi lagi, sungguh Wilaga ingin mengamb
langan energi dan pucat pasi. Wilaga masih terduduk dan mengoceh pelan, gadis itu tahu bahwa dalam situasi se
o masih ngomel, lo
akutan dan panik gara-gara gempa dan puting beliung. Sementara orang-orang santuy ngo
e netra Wilaga, "Mereka gak khawatir karena mereka gak bisa melihat dan m
kin, geterannya aja udah kayak goyang ngebornya Inul Daratista gin
wak gini sih, Kak!
siapa yang
is itu kembali menatap cakrawala yang berwarna violet dengan seti
it, mengingat, "28 April," je
umam, "Kenapa kita harus kete
a eman
ngu, dia
i Ocha? S
ang. Namun urung terlaksana karena lelaki itu nampak rapuh dengan wajah pucat dan hidun
elindan kembali di benaknya. Sorot mata ung
dan melihat gempa maupun angin puting beliung karena mereka bukanlah
nama 'Soca Wungu' berkali-kali. Kepala Wilaga kini seakan ditusuk dengan rat
ursi. "Kak, mana yang sakit?" Ia melepas genggamannya, menangkup wajah
hampir terpejam. "Soca Wungu itu apaan
k Kak Will
rinisiatif membersihkannya dengan tissue yang ia ambil dengan tangan kiri dari s
sihkan hidung Wilaga. Ia
ma
rus terpisah dari Wilaga. Peristiwa yang nyaris membuat Wilaga pergi ke dimensi lain. Har
e masuk sini. Gue capek bang
an sadar. Ia tak bisa membiarkan Wilaga berada di alam mimpi. Ala
tu. "Anjir, kenapa selalu begini, kenapa
indungi
ma di seluruh penjuru cafe. Oceana menatap ke sekelili
a W
etra dengan
k mencoba menga
ntas, malang
alang-ngalang
luruh ruangan. "Gue dan kak Willy tempatnya m
mang dalam sekujur tubuh Oceana. Gadis itu menilik Wilaga deng
sis sepe
ngan sensasi y
enduga bahwa ia kembali terlempar dala
Wungu, meli
mulai memejamkan mata, "Kak, please sadar!" Kalut memenuhi diri
apakah yang harus ia la
elakukan tindakan
a mat
cilaka, amarga k
engandung peringatan untuk Oceana. Gadis itu tak peduli. Biarpun ia harus ma
ci
ana meng
n pengorbanan. Jika cinta tentu
a tidak bisa lar
riak Oceana. Matanya semakin memanas, ia ingi
wajahnya pada milik Wilaga. Ia melihat peluh menetes di dahi, mata terpejam namun bergerak-gerak di dalam seola
a tersenyum tipis, "But for your safety, gue rela nur
a k
ama lo." Detik selanjutnya, ia mendaratk
embali, ia mendapati Oceana dengan mata
nsi. Mengusir sementara si pem
a W
putih berd
dan Narendra Wil
ling me
agi untuk mengambil apa y
Wilaga yang memiringkan kepalanya. Tangan kanan dan kiriny
ceana m
laga sekencang s
s like
incredibly s
and i
ike world
thing, he experi
ing in a movie but wo
milik Wilaga. Ia menatap lekat ke Wilaga yan
innya yang tak merasakan apa-apa. Gemuruh angin dan mayapada yang bergerak tak terasa lagi.
raih sling bag di atas meja dan hendak melangkah pergi hingga t
ana
yang masih di posisi yang sama namun
ceana yang mem
penjelasa
adi bukan mimpi,"
terjadi se
ngu yang lo se
.." jed
irnya mendengar kata
p Wilaga dengan nada turun sat
ga tak perlu bertemu Wilaga lagi. Ia sungguh tak tahu apa yang harus ia terangkan pada Wilaga. Ia tak tahu harus dari mana ia memulai semua c
ana, "lebih baik Kakak gak usah tau atau
h lihat kan bagaima
apapun Kak Willy tentang masalah ini. Lupakan! Kemb
gannya lantas mela
njelasan sepotong-sepotong yang membuat rasa keingintahuan miliknya melonjak, semakin naik ke puncak. Ia justru semakin ingin tahu apa
nyum sinis. "Mau sebahaya apapun gue bakalan c
pan sama dedemit-dedemit sekalipun!" katanya, "Walaupun
ue kepo bange
perti beberapa menit sebelum Oceana menciumnya. Dwinetranya mendapati Oc
nya. "Selain penasaran sama semua kejadian ko
selalu datang dan per
anya dengan senyum
pa gue gak bisa hidup no
a dadanya sesak dan hazelnya memanas. "Lagu itu mengingatkan gue s
lo lagi. Mana bisa gue bersikap baik-baik aja se