Gita Sukma : Lagu Dari Jiwa
ni yang tidak me
rkali-kali lipat. Oceana yang manusia biasa banyak khilaf banyak dosa juga suka hal berbau gratisan. Ia memang ana
idak memberi tunjangan finansial sejak tiga tahun lalu. Hidup sebagai rakyat jelata mengajar
ar identitasnya dan datang ke cafe tengah kota
bisa melihat konser Pamungkas. Namun, semesta selalu punya cara unik untuk men
ada j
kita terus berupaya dan be
ngan fakta bahwa Tuhan sedang baik padanya. Tiba-tiba seseorang yang mengaku
SMA. Lagu yang sebenarnya merupakan himne luka dan patah hatinya. Lagu yang tercipt
cafe te
ahas timbal balik apa yang hend
mana bisa menghabiskan tiga puluh menit waktunya. Belum lagi kemacetan di lampu merah yang membuat waktu terbuang. Dari pada berlama-lama, gadis
ati ekspresi wajah cemberut, kalap entah dikejar apa, air muka sedih gundah gulana, atau wajah sumringah penuh senyuman selalu menjadi hal
ngan sinar teriknya, ia tertutup dengan awan kelabu yang sepertinya siap mengg
ah dan menerbangkan anak rambutnya, setia mengikuti sam
tpiripiri, ada yang membu
econd account pada Twitter atau Tumblr. Ia sela
pinter banget bikin username," celetuknya setengah
ngusir pikiran konyol di be
kaca dan kayu sehingga jarak pandang semakin b
Gadis itu lantas melenggang masuk. Ia menyapu pandang ke seluruh ruanga
an alat-alat musik yang kini mulai riuh oleh beberapa orang yang hendak mengisi live music. Pandan
elayut di sana. Kilatan petir tanpa suara
dingin meramb
yang tak beres d
la meletakan pesanannya di meja. "Oh ya, ini ada bonus untuk Kakak sebagai pengunjung kami yang ke sembila
enapa harus ke sembilan puluh semb
embilan adalah lambang lengkap, simbol kesempurnaan alam ..." Air
mengg
tersenyum ti
n dengan aksara jawa kuno yang tak dapat gadis itu pahami. "Antik
il perona bibir dari sling bag dilanjut memoles dan meratakannya dengan jari tengah dan telunjuknya. Hingga seperse
yang perna
i
ba kemb
njatuhkan cermin
🌊
vio A
lupa ke
hin kalo
Memang Wilaga manja saat sedang sakit, tapi tidak seharusnya adiknya itu menunj
enarnya sedikit. Wilag
isan. Darah segar menetes dari hidungnya sehingga membuat adiknya was-was. Kakaknya ini tak pernah mengalami mimisan sepanjang hidupnya, cuma sekali dulu saat adu otot perkara berebu
a netes terus!" makinya sembari m
lalu pergi ke dokter, badannya sudah cukup lemas sebenarnya. Septa yang tadi baru pu
angan dengan kedua obsidiannya, mencari keberadaan gadis surai karamel dengan kemeja baby blue o
g Style," gumamnya saat memba
ilaga mendapat surel balasan, karena dengan jelas penggubah itu menyebutkan ciri-ci
ke jalanan tak peduli dengan sekelilingnya. Gadis itu mirip dengan ciri-ciri
ly. Lo kalah sain
piri gadis itu selan
ntar
semakin
tiba menggu
pan cafe, menggoyang kasar da
orkestra dengan nada yang mena
apa, menatap side
lanjutnya si
ersirobok dengan banyak kejutan dan ta
gemuruhnya lebih ken
ean
Ia tersenyum tipis tak peduli dengan cua
time, ini benera
u tercek
a Blu
nya. Memanggilnya dengan lembut dan lengkap. Seperti
ya mengerjapkan mata. Tubuhnya membeku, menat
favoritnya s
ga masih terus berceloteh. "
atung menghadapi presensi Wilaga di depan mata. Ia masih
baik d
mampuannya
a dengan Wilaga se
gue d
aga segera menghempas tubuhnya
erti dulu, perpaduan aroma maskulin, manis permen, serta manis susu
jadi mirip oppa-
us dari dulu. Hari ini wajahnya pucat, bibi
dan perasaan
se lagu?" ujar Wilaga memecah kesunyian di antar
n kuno hadiah dari cafe tadi dengan erat. Fakta bahwa Wilaga masih
na, kenapa lo
yaman ya? Gue terlal
a tak nyaman dengan kehadiran Narendra Wilaga -manusia yang paling ia sukai di bumi ini. Pemuda pe
dah atu
ir tak bi
tahari tak b
ga dan Oceana ta
a pada Wilaga. Tapi sayang, perasaan itu bangkit lagi seir
igi Kelinci b
bisa ketemu Kak Willy lagi," kata Ocea
api serta kerut lucu di sekitar matanya. "Gue kan emang soft dari
elupain manusia fav
kok, mas
nyata lo punya banyak sis
menge
dicintai banget, tapi di sisi lain gue merasa kayak udah menyakiti seseorang, penyesalannya membuat gue kosong," terkadang gue juga
at mentari pagi. Senyuman khas yang tak pern
inta tolon
an netra, terkesi
r penuturan
enetes dari hidung in
Ini gak elit banget. Lagi serius juga pake berdarah segala!" tutur Wila
Will
, lo jangan jijik ya!" oceh Wilaga tapi dengan ter
akut menjadi satu, "Sejak kap
is ketemu lo, gue mau k
arti sejak Kak Will
, habis temen-temen main ke rumah jadi mimisan m
fragmen kenangan di benaknya, mengi
asih lemah
e masih
pulang sekarang,"
a Wilaga yang sempat-sempatnya usil
na d
sama stress doang. Lagian gue masih punya ur
mau ketem
de
de
sama gue?" tanya Wilaga
n dengan mulutnya, "Enggak, gue gak kangen
gak mau k
enjawab, ia dia
gerakan pasrah, "Okay, gak masalah, at least beri
," desis Oceana. "Kita gak boleh bert
sud
at derit dari bingkai dan kaca jendela terdengar. Kaca-k
?" tanya Wilaga mengamati
erdengar suara gemuruh b
khawatir, bibir dan wajah p
menghunus objek yang ia pandang. Birainya berbisi
ucap Wilaga takut tak terkira. Takut jika terken
lan ngejar Kakak kem
langit lewat kaca jendela, lagi-lagi ia meremang. "Itu a
as mengulurkan tangannya p
sudn
u kakak bak