Dinikahi Mas Pandu
ia kembali berangkat, Zita sedang merapikan pakaian ke lemari setelah ia setrika rapi
tu justru seperti anak remaja, tubuhnya memang tak sesuai sam
p Zita menoleh dan peka dengan kod
k di tepi ranjang dengan satu kaki turun ke la
it
H
ga, dosa, lho," suara Pandu terdengar serius. Seolah memang
rempuan itu sembari menutup pintu lemari, lalu beralih ke tas ransel besar,
?" tanya Pandu sembari be
sembari menunjukan senyumny
lum dapet cut
s bersib suaminya. "Nanti baju kotor kamu pisahin, Mas, aku bawain laundry bagnya. Jangan di
anggil Pa
inya itu tanpa me
ru bergidik lalu mengambil dua kaos lagi d
it
enyam senyum menatap istri indobulenya itu. Ia menepuk-nepuk ranjang kosong di sebelahnya. Zita menggelen
unya tapi ujung-ujungnya yang lain? Nggak
ntuk menahan tubuh istrinya baru saja ia bopong dan di hempaskan ke ran
engan mata mengerja
gen sama suami kamu ini, Zit, jadi, kenapa nggak kita
saan dia. Menikah begitu kilat, tanpa saling kenal, Zita tak mau. Ia tak tau jatuh cinta seperti apa, ia tak tau rasanya meny
nti istrinya itu yang berderai air mata namun bibirnya
ita. Pertama kali ia membuat Zita menangis
a ke dalam pelukannya. Mengecup lama kening juga puncak kepala. Terdengar Zita sesenggukan di dalam dekapannya, Pan
*
lapangan komplek karyawan karena ada senam bersama, undangan itu ia dapatkan dari grup whatsapp
i diberikan gratis. Celana training panjang warna hitam, dan kaos warna putih menjadi pilihannya
, sarapan kamu di meja." Lalu Zita beranjak dari duduknya di tepi ranjang. Pandu hanya men
dak kakinya terhenti, ia berbalik bada
ati, S
u sebelum ia berbalik badan kembali memeluk guling
tinggal di kota lain, ia tak tau situasinya, ini bukan Yogya, yang bisa bebas ia untuk menggunakan celana pendek selutut andalannya, n
dengan menyebut jika ia istri Pandu, membuat par
du, karena sekarang tinggal sama istrinya, selamat bergabung ya. Jangan malu-malu," ujar wani
saya belum pakai
yang lagi duduk di bawah pohon belimbing,"
ggotaannya gimana?" Mereka berjalan ke tengah la
iatan lain, nanti patungan dan di bahas bersama. Yuk, Zita, saya ke depan
n, walau ibu-ibu semua, tak
*
rol sebentar. Zita menikmati teh manis dan gorengan tahu y
rinya Andro ya?" tanya seseoran
yuk." Ajak Rima. Zita menyimak, ia juga baru saja diberika
amu ya uang patungan
uang jika ada patungan untuk perkumpulan mereka. Tak banyak bicara, Zita hanya menjawab saa
panggil ke kantor karena ribut rumah tang
mua. Suami itu, kalau kita nggak bener-bener jaga dan kasih apa maunya, biasanya gitu, suka sok-sok nga
angan rata-rata, bergelut sama pekerjaan keras, nggak sedikit
bukan sengaja Rima menyindir, m
g resikonya apa?" Zi
angan ya, Zit?" tanyanya.
dijalankan kok, walau resiko pasti ada. Dan, karena mereka udah capek di lapangan, saat pulang ke rumah, maunya dimanja, dikelonin, d
kantor ikut campur,
a kita harus turun tangan. Kita memang bukan istri-istri suami yang terikat dinas angkatan, tapi kita semua di sini, saling rangku
dapat, tapi tetap saja, ia kesal dengan suaminya yang menggodanya terus.
rsi, Zita mencuci tangan, lalu melirik suaminya yang sedang menikmati bihun goreng ayam buatannya.
suaminya. Dengan polos. Ia bertanya, "Mas Pan
n gelas ke hadapan pria tampan itu yang menengga
tanyanya sembari menatap
Jujur, Zita sangat jujur, dan kejujurannya itu
a-gara kamu cuekin aku. Aku bisa-bisa... ya...." Pandu memainkan bihun goreng dengan garpu di tangan. Sekali lagi, Pand
mu dulu, baru aku bisa pertimbangin soal buku nikah itu." Ia beranjak,
bikin kamu jatuh cinta kaya
aja! Aku emang nggak tau jatuh cinta kayak apa, Mas! Mas Pandu curang! Ma
mencintainya. Diregangkan kedua tangannya ke atas, ter