KURIR CINTA
ak diteruskan lagi dan pergi meninggalkan warung kaki lima, terutama meninggalkan
k terima. Ia tidak menduga kenapa bisa bertemu dengan orang yang sama sekali tidak punya rasa mengharga
aik dia tutup telinga saja, daripada bandingkan dengan
itkan lagi," sahut Ode masih coba tenangkan Dido sekaligus menghibur dirinya.
a Ode sadari dan anggap sebagai hal biasa untuk menguji mental. Malam itu mer
tiwa pertama mengamen dan dapat insiden tidak mengenakan membuat ment
ah perempatan lampu merah. Beberapa kendaraan sedang berhenti,
ut dari pandangan Ode. Lalu lintas malam ini sangat ramai. Tidak heran, untuk ko
ndaraan, tiba-tiba samar terdengar suara orang
yang dari cara penampilan dan dandanannya terlihat berb
pada seorang supir mobil pribadi yang kacanya te
npa malu langsung beraksi. Ia membunyikan alat musik gemericik kumpulan penutup botol,
dilembutkan meskipun tetap terdengar bass. Satu kalimat lir
yang ia ucapka
. Gerak gemulai dan suaranya terhenti. Pria itu tidak lagi membunyikan gemerin
obil yang dikemudinya, untuk bergerak bersama kendaraan la
i," jelasnya percaya diri, berusaha mera
cil," sahut Bapak
," jawabnya, agak genit. Tapi bapak Sopir i
k-bahak. Bahkan ia tertawa hingga matanya sempat terpejam, tidak kuasa menahan tawa setelah mendengar sepenggal lirik lagu yang dinyany
tegang. Ode heran karena baru kali ini ia melihat ada waria di lampu merah te
sar arah jalan, tapi juga kesasar ara
suara teriakan le
ria yang menirukan gaya wanita tersebut marah dan merasa tersinggung oleh tawa keras Dido
melawan deru hilir mudik kendaraan, tegas, dan berkacak pinggang. Wajahnya berubah jadi sangar, menunjukkan amar
seketika rasa gugup menghampiri. Ingin rasanya Ode menjelaskan bahwa mere
elan, mulai panik dan matanya tetap serius m
yang te
menjawab. Ode penasaran dan ia palingkan wajah sejenak
atanya semakin terbelalak meli
g kebelet pipis dikejar hantu. Dido seperti sudah tidak peduli lagi pada Ode karena yang ada di ben
ari, menyusuri trotoar, memburu Dido. Sedangkan sang waria, tidak j
jadi. Ode mengejar Dido yang lari ketakutan, sedangkan Waria juga mengejar Ode dan Dido dengan penuh semangat. Teta
m berdiri di tepi trotoar dan seperti jadi sangat tertarik menyaksikan. Seolah-olah ingin memberi semangat laksana para cheerleaders ya
t menyaksikan kejar-kejaran. Larinya melambat, na
ar lagi suara teriakan tapi bernada gemas dari mulu
ketakutan jika tertangkap akan seperti apa nanti nasib mereka. Jarak antara mereka juga makin
e semakin dihantui rasa takut dan tanda tanya a