Dewi Mayapada
dengan temanku sebelum ujian dimulai karena itu bisa menganggu konsentrasiku dalam mengerjakan soal nantinya. Kedua, aku tidak ingin belajar dengan mereka. Bukan bermaksud menganggap merek
h baik aku memutuskan untuk berangkat ke sekolah lima menit sebelum ujian dimulai. Dan seusai sholat subuh aku sama sekali sudah tidak membuka buku lagi. Aku
sarapan di meja makan. Nuke adalah anak Budhe dan Pakdhe yang pertama. Ia sedang duduk di kelas dua SMP dan berada di pondok pesantren Darul Amanah, Kendal. Sedangkan anak keduanya b
selesai sering – sering main ke sini ya.
njutkan sarapan. "Fina ingin sepe
emang?" T
rlu sejauh Nuke atau Azka. Cukup pondok pesantren
a kuliah sambil mondo
gnya b
ina inginnya dim
g dekat. Nanti biar bisa di j
jenguk?" Tanya Budhe
Belum tau
setelah pengumuman ujian nas
kdhe. Do'akan Fina". Pintaku. "Assalammualaik
wab Budhe dan Pakdh
akdhe sudah di depan gerbang sekolah. Tanpa berpikir panjang, aku berlari kearah me
aat Budhe membuk
Sudah s
ini Fina pulang k
ak ganti
ya merah?" Tanyaku sambil menelit
.." Pang
engan segera memeluk erat tubuh Budhe. Dalam pelukan itu, aku mendengar isak tangis Budhe. Ku
tidak tinggal bersama
g main kesini bareng K
terus ya..."
nanti akan sering kesini bareng
memeluk tubuhku berulang kali. Pakdhe sesekali melihat Bu
udian kami s
mang orang yang ramah. Meski sudah mendapatkan kekayaan yang berlimpah, Pakdhe tidak lupa dari mana berasal. Pakdhe juga tidak bersikap sombong dan congkak pada or
setelah sampai di depan rumahku d
Arda dengan kencang yang la
Pakdhe saat Kak Arda b
bagaimana di sana pakdhe.
i, kami sangat senang. Seperti di temani anak sendi
betah di rumah Pakdhe dan Budhe?" Tanya Kak Arda me
h nenek. Fina mau bercerita
g?"Tanya
aku tersayan
" Ujar Kak Arda kepada Pa
dhe dan Budhe ke dalam dulu ya Arda". Kata Pak
kasih". Ujar Kak Ar
h nenek, Kak Arda menyuruhku masuk sendirian. Kak Arda duduk di teras sendiria
ng sabar ya".
apa
sejak kamu di titipkan di rumah
mereka yang merah dan lebam di hari yang sama terjadi karena berita duka. Pada ucapan bibi yang mengatakan "nenek butuh istirahat". Dan pada jadwal kegia
ncang mungkin. Sampai terdengar dari l
na?
Teriakku terus me
ita dukanya?" Tanya Kak Ar
kecewa dengan Kak Arda. Fina menganggap Kak Arda tidak pernah be
a tanyakan sebelum kak Arda mengan
ya a
dengan nenek, apa Fina merasa sangat sed
Saat Fina tanya kenapa mereka bersedih, ka
jadi topik utama, tapi kesedihan kakak jika belum bek
n Kak Arda di rumah nenek. Kak Arda mengejar tanpa suara, h
gatakan bahwa nilai bukan segalanya, tapi saat ada berita duka Kak Arda setuju jika berita duka bisa membuatku tidak tenang menghadapi ujian. Seakan dengan berita duka itu, nilaiku akan turun. Aku merasa kehilangan sosok Kak Arda. Kak Arda
buru. Berlahan aku bisa mengerti alasan kak Arda menyetujui hal itu dilakukan padaku. Aku berusaha mengingat semua yang di lakukan Kak Arda padaku selama ini. Aku sedikit tenang.
kebaikan yang pernah dilakukan. Kurasa itu terjadi saat ini padaku. Semua kebaikan yang Kak Arda lakukan padaku seolah m
an tak sanggup untuk berjalan. Lunglai. Kak Arda berlari menghamp
turan. Air mataku kembali mengalir dari mataku yang terpejam. Masih dalam mata tertutup, ada tangan lembut yang mengusap air mata itu. Aku tau itu adalah tangan Kak Arda. Seketika aku langsung membuka mata, menangis sejadi – jadiny
a Kak Arda saat ak
menyebalka
al
idak sayang
mbali menangis lagi. Seakan tidak bisa mengatakan apapun lagi selain air mata. "Kalau Fina masih ingin menangis, menangis saja du
lkan". Ucapku dan
Arda. Aku tegakkan kepalaku. Aku menatap wajah Kak Arda yang masih saja
Menerima kemarahan yang aku arahkan padanya. Menghadapiku dengan begitu sabarnya. Menunggu sampai aku bisa leg
" Jawabk
" Jelas Kak Arda saat aku dalam pelukannya. Aku masih terdiam tanpa berbicara sepatah katapun. "Fina tau kenapa Kak Arda melakukan itu?" Tanya Kak Arda. Aku hanya menggelengkan kepala. "Awalnya Kak Arda tidak setuju dengan ide tersebut, tapi berhubung Kak Arda mengetahui betapa besar rasa sayang Fina ke nenek, maka Kak Arda takut jika Fina terlalu larut dalam kesedihan. Kak Arda bukan takut Fina tidak mendapatkan nilai buruk saat ujian. Tapi, Kak Arda takut Fina jatuh sakit jika hari itu terluka karena berita duka dan keesokan harinya sakit karena soal ujian yang berbelit. Maka
rda berboho
erbohong dengan Fina tentang apapun. Kak Arda
engalihkannya. Fi
e di kota". Jelas kak Arda. Aku ter
a baru ingat,
Arda ya dek"
hapus bekas air mata dipipi dan me
angi di gelapnya alam semesta". Ucap Kak Arda
rah langit yang begitu cerah dengan teriknya mentari, berpura – pura tak mengerti mak
tunjukkan kegelapan itu?" Pungkas Kak Arda dengan gaya berpikir menghadap ke arah langit.
Jawabku
etelah aku berdiri, Kak Arda menyuruhku berjalan ke depan. Aku mengikuti perintahnya. Kak Arda menarikku dari
it, perihnya luka dan gemuruhnya petir yang membuat semua orang ketakutan. Itu yang bisa Kak Arda rasakan saat alam semestanya Kak Arda suram. Bagi Kak Arda, alam semesta yang tiada batas bisa bersekat karena kemuraman wajahmu dek. Janji ya jangan menga
Tidak perlu berusaha sempurna karena Kak Arda hanya manusia biasa. Fina, ingin Kak Arda bersikap sewajarnya saja seperti biasa. Seperti itu saj
larut dalam kesedihan ya. Fina ingat tentang firman Allah y
nyawa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada har
rgian nenek. Tapi jangan berlebihan ya. I
ap
piaskan. Kesedihanku sudah tertumpahkan. Kini, aku berjalan dengan tenang menuju ke rumah untuk ber
yang terbuka. Dariluar nampak mereka tengah berbincang – bincang hang
Ayah, Ibu, Pakdhe dan
ng?" Kata Ayah yang melihatku berjalan ke arah r
iannya luar b
menjawab de
ikan pasti istimewa. Tapi, kalau Ayah menanyakan
tahuan yang sudah melekat di dalam hati dan pikiran. Kalau nilainya bagus tetapi tidak bermoral bagaimana?, lihat hasil belajar Fina da
emberikan tuntutan". Jelas Ayah. Kak Arda tersenyu
inta maaf ya
k apa
uh penyesalan. Matanya berkaca – kaca seolah teringat dengan peristiwa kehilangan te
memang kecewa tapi Fina sudah bisa menerima itu dengan lapang dada. Ibu jangan bersedih. Allah lebih menyayangi nenek dari pa
kanku. Aku bersyukur sekali mempunyai kakak seperti Kak Arda. Kesedihan dan kekecewaan besar yang bersemayam di dalam hati bisa dikalahkan dengan kelembutan hat
Nanti ba'da asar Fina mau berzia
ak" Ja
erpamitan untuk istirahat. Dan berjalan meninggalkan mereka men
Kesedihanku memang berhasil di kendalikan. Namun bukan berarti kesedihan itu bisa sepenuhnya dihilangkan. Kehilangan seseorang yang sangat berarti sangat menyiksa diri. Aku tidak lagi menyalahkan kak Arda ataupun keadaan. Aku menyalahkan diriku. Saat aku datang ke rumah nenek, bukankah nenek sudah lemah tak berdaya di atas tempat tidur. Buk
tuliskan dengan jelas dan pasti. Kematian nenek pun sama. Ini salahku yang tak memahami keadaan
i. Tapi, ku mohon jangan salahkan siapapun untuk hal ini. Biarkan semua menjadi indah dengan bimbingan d
ke makam nenek. Ternyata Ayah dan Ibu juga akan berziarah kemakam nenek. Kamipun berziarah bersama ke makam nenek
ku yang terlebih dahul
n yang melihatku datang dengan senyuman. "Bibi minta
mengerti. Budhe sama Pak
engangguk tegas. "Anak kakak sudah dewasa ya. Bisa menerima kenyataan dengan t
u kakaknya
Arda bukan kalian kak?" Sind
asia anak muda bibi" Ujarku.
k muda" Kata Bibi sambil
iarah ke makam nenek. Kami berpamitan kepada bibi yang berada di rumah sendir
edih. Kami mengawali ziarah dengan mengusap batu nisan nenek sebagai tanda salam kepada ahli kubur. Kemudian membacakan do'a tahlil yang dipimpin oleh Ayah. Se
Fina sayang sekali dengan nenek. Jika kematian memisahkan jasad nenek dengan Fina, tenang saja masih ada ribuan kenangan yang mampu mengurangi rasa kehilangan. Nenek yang bahagia ya disana. Fina ikhlas jika nenek bersama Allah karena sudah berada di penjagaan terbaik sepanjang masa. Nenek kan sudah dekat sama Allah nanti pintakan kesuksesan Fina ya nek, biar Fina tidak mengecewaka
in kita perlu menyapanya dengan sopan, seperti mengucapkan salam dan bersalaman. Begitu pula jika kita berziarah ke makam, kita harus mengucapkan salam terlebih dahulu kepada ah