icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Dewi Mayapada

Bab 3 Ujian Nasional

Jumlah Kata:3679    |    Dirilis Pada: 28/01/2022

dengan temanku sebelum ujian dimulai karena itu bisa menganggu konsentrasiku dalam mengerjakan soal nantinya. Kedua, aku tidak ingin belajar dengan mereka. Bukan bermaksud menganggap merek

h baik aku memutuskan untuk berangkat ke sekolah lima menit sebelum ujian dimulai. Dan seusai sholat subuh aku sama sekali sudah tidak membuka buku lagi. Aku

sarapan di meja makan. Nuke adalah anak Budhe dan Pakdhe yang pertama. Ia sedang duduk di kelas dua SMP dan berada di pondok pesantren Darul Amanah, Kendal. Sedangkan anak keduanya b

selesai sering – sering main ke sini ya.

njutkan sarapan. "Fina ingin sepe

emang?" T

rlu sejauh Nuke atau Azka. Cukup pondok pesantren

a kuliah sambil mondo

gnya b

ina inginnya dim

g dekat. Nanti biar bisa di j

jenguk?" Tanya Budhe

Belum tau

setelah pengumuman ujian nas

kdhe. Do'akan Fina". Pintaku. "Assalammualaik

wab Budhe dan Pakdh

akdhe sudah di depan gerbang sekolah. Tanpa berpikir panjang, aku berlari kearah me

aat Budhe membuk

Sudah s

ini Fina pulang k

ak ganti

ya merah?" Tanyaku sambil menelit

.." Pang

engan segera memeluk erat tubuh Budhe. Dalam pelukan itu, aku mendengar isak tangis Budhe. Ku

tidak tinggal bersama

g main kesini bareng K

terus ya..."

nanti akan sering kesini bareng

memeluk tubuhku berulang kali. Pakdhe sesekali melihat Bu

udian kami s

mang orang yang ramah. Meski sudah mendapatkan kekayaan yang berlimpah, Pakdhe tidak lupa dari mana berasal. Pakdhe juga tidak bersikap sombong dan congkak pada or

setelah sampai di depan rumahku d

Arda dengan kencang yang la

Pakdhe saat Kak Arda b

bagaimana di sana pakdhe.

i, kami sangat senang. Seperti di temani anak sendi

betah di rumah Pakdhe dan Budhe?" Tanya Kak Arda me

h nenek. Fina mau bercerita

g?"Tanya

aku tersayan

" Ujar Kak Arda kepada Pa

dhe dan Budhe ke dalam dulu ya Arda". Kata Pak

kasih". Ujar Kak Ar

h nenek, Kak Arda menyuruhku masuk sendirian. Kak Arda duduk di teras sendiria

ng sabar ya".

apa

sejak kamu di titipkan di rumah

mereka yang merah dan lebam di hari yang sama terjadi karena berita duka. Pada ucapan bibi yang mengatakan "nenek butuh istirahat". Dan pada jadwal kegia

ncang mungkin. Sampai terdengar dari l

na?

Teriakku terus me

ita dukanya?" Tanya Kak Ar

kecewa dengan Kak Arda. Fina menganggap Kak Arda tidak pernah be

a tanyakan sebelum kak Arda mengan

ya a

dengan nenek, apa Fina merasa sangat sed

Saat Fina tanya kenapa mereka bersedih, ka

jadi topik utama, tapi kesedihan kakak jika belum bek

n Kak Arda di rumah nenek. Kak Arda mengejar tanpa suara, h

gatakan bahwa nilai bukan segalanya, tapi saat ada berita duka Kak Arda setuju jika berita duka bisa membuatku tidak tenang menghadapi ujian. Seakan dengan berita duka itu, nilaiku akan turun. Aku merasa kehilangan sosok Kak Arda. Kak Arda

buru. Berlahan aku bisa mengerti alasan kak Arda menyetujui hal itu dilakukan padaku. Aku berusaha mengingat semua yang di lakukan Kak Arda padaku selama ini. Aku sedikit tenang.

kebaikan yang pernah dilakukan. Kurasa itu terjadi saat ini padaku. Semua kebaikan yang Kak Arda lakukan padaku seolah m

an tak sanggup untuk berjalan. Lunglai. Kak Arda berlari menghamp

turan. Air mataku kembali mengalir dari mataku yang terpejam. Masih dalam mata tertutup, ada tangan lembut yang mengusap air mata itu. Aku tau itu adalah tangan Kak Arda. Seketika aku langsung membuka mata, menangis sejadi – jadiny

a Kak Arda saat ak

menyebalka

al

idak sayang

mbali menangis lagi. Seakan tidak bisa mengatakan apapun lagi selain air mata. "Kalau Fina masih ingin menangis, menangis saja du

lkan". Ucapku dan

Arda. Aku tegakkan kepalaku. Aku menatap wajah Kak Arda yang masih saja

Menerima kemarahan yang aku arahkan padanya. Menghadapiku dengan begitu sabarnya. Menunggu sampai aku bisa leg

" Jawabk

" Jelas Kak Arda saat aku dalam pelukannya. Aku masih terdiam tanpa berbicara sepatah katapun. "Fina tau kenapa Kak Arda melakukan itu?" Tanya Kak Arda. Aku hanya menggelengkan kepala. "Awalnya Kak Arda tidak setuju dengan ide tersebut, tapi berhubung Kak Arda mengetahui betapa besar rasa sayang Fina ke nenek, maka Kak Arda takut jika Fina terlalu larut dalam kesedihan. Kak Arda bukan takut Fina tidak mendapatkan nilai buruk saat ujian. Tapi, Kak Arda takut Fina jatuh sakit jika hari itu terluka karena berita duka dan keesokan harinya sakit karena soal ujian yang berbelit. Maka

rda berboho

erbohong dengan Fina tentang apapun. Kak Arda

engalihkannya. Fi

e di kota". Jelas kak Arda. Aku ter

a baru ingat,

Arda ya dek"

hapus bekas air mata dipipi dan me

angi di gelapnya alam semesta". Ucap Kak Arda

rah langit yang begitu cerah dengan teriknya mentari, berpura – pura tak mengerti mak

tunjukkan kegelapan itu?" Pungkas Kak Arda dengan gaya berpikir menghadap ke arah langit.

Jawabku

etelah aku berdiri, Kak Arda menyuruhku berjalan ke depan. Aku mengikuti perintahnya. Kak Arda menarikku dari

it, perihnya luka dan gemuruhnya petir yang membuat semua orang ketakutan. Itu yang bisa Kak Arda rasakan saat alam semestanya Kak Arda suram. Bagi Kak Arda, alam semesta yang tiada batas bisa bersekat karena kemuraman wajahmu dek. Janji ya jangan menga

Tidak perlu berusaha sempurna karena Kak Arda hanya manusia biasa. Fina, ingin Kak Arda bersikap sewajarnya saja seperti biasa. Seperti itu saj

larut dalam kesedihan ya. Fina ingat tentang firman Allah y

nyawa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada har

rgian nenek. Tapi jangan berlebihan ya. I

ap

piaskan. Kesedihanku sudah tertumpahkan. Kini, aku berjalan dengan tenang menuju ke rumah untuk ber

yang terbuka. Dariluar nampak mereka tengah berbincang – bincang hang

Ayah, Ibu, Pakdhe dan

ng?" Kata Ayah yang melihatku berjalan ke arah r

iannya luar b

menjawab de

ikan pasti istimewa. Tapi, kalau Ayah menanyakan

tahuan yang sudah melekat di dalam hati dan pikiran. Kalau nilainya bagus tetapi tidak bermoral bagaimana?, lihat hasil belajar Fina da

emberikan tuntutan". Jelas Ayah. Kak Arda tersenyu

inta maaf ya

k apa

uh penyesalan. Matanya berkaca – kaca seolah teringat dengan peristiwa kehilangan te

memang kecewa tapi Fina sudah bisa menerima itu dengan lapang dada. Ibu jangan bersedih. Allah lebih menyayangi nenek dari pa

kanku. Aku bersyukur sekali mempunyai kakak seperti Kak Arda. Kesedihan dan kekecewaan besar yang bersemayam di dalam hati bisa dikalahkan dengan kelembutan hat

Nanti ba'da asar Fina mau berzia

ak" Ja

erpamitan untuk istirahat. Dan berjalan meninggalkan mereka men

Kesedihanku memang berhasil di kendalikan. Namun bukan berarti kesedihan itu bisa sepenuhnya dihilangkan. Kehilangan seseorang yang sangat berarti sangat menyiksa diri. Aku tidak lagi menyalahkan kak Arda ataupun keadaan. Aku menyalahkan diriku. Saat aku datang ke rumah nenek, bukankah nenek sudah lemah tak berdaya di atas tempat tidur. Buk

tuliskan dengan jelas dan pasti. Kematian nenek pun sama. Ini salahku yang tak memahami keadaan

i. Tapi, ku mohon jangan salahkan siapapun untuk hal ini. Biarkan semua menjadi indah dengan bimbingan d

ke makam nenek. Ternyata Ayah dan Ibu juga akan berziarah kemakam nenek. Kamipun berziarah bersama ke makam nenek

ku yang terlebih dahul

n yang melihatku datang dengan senyuman. "Bibi minta

mengerti. Budhe sama Pak

engangguk tegas. "Anak kakak sudah dewasa ya. Bisa menerima kenyataan dengan t

u kakaknya

Arda bukan kalian kak?" Sind

asia anak muda bibi" Ujarku.

k muda" Kata Bibi sambil

iarah ke makam nenek. Kami berpamitan kepada bibi yang berada di rumah sendir

edih. Kami mengawali ziarah dengan mengusap batu nisan nenek sebagai tanda salam kepada ahli kubur. Kemudian membacakan do'a tahlil yang dipimpin oleh Ayah. Se

Fina sayang sekali dengan nenek. Jika kematian memisahkan jasad nenek dengan Fina, tenang saja masih ada ribuan kenangan yang mampu mengurangi rasa kehilangan. Nenek yang bahagia ya disana. Fina ikhlas jika nenek bersama Allah karena sudah berada di penjagaan terbaik sepanjang masa. Nenek kan sudah dekat sama Allah nanti pintakan kesuksesan Fina ya nek, biar Fina tidak mengecewaka

in kita perlu menyapanya dengan sopan, seperti mengucapkan salam dan bersalaman. Begitu pula jika kita berziarah ke makam, kita harus mengucapkan salam terlebih dahulu kepada ah

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka