Gadis Penyuka Hujan
*
a
8
ilingnya dipenuhi beberapa kursi besi berwarna cokekat tua. Setiap kursi membelakangi jalan. Belakangnya kursi terdapat satu
n di depanku. Berjalan cowok remaja tampan, manis dan tengil. Pacarku yang entah mengapa aku s
h makan
ini Y
akar ped
sih Y
setengah mulutku menghabiskan sosis bakar itu. Tubuh ini mengal
um yang an
a Y
Aku bukan menjadi lebih baik karena minuman itu, justru tubuhku malah menjadi sem
Istirahat di ru
aja mau menikmati
k kan bisa
aku sama kamu. Diajakin jalan malah
, lebih pentin
menenin ke dokt
g, besok juga p
yuk, kita
*
u
9
ya di dep
mau jalan-jalan?" Tanya Bunda yang sedikit
aknya masuk angin. Tadi mua
apak tangan Bund
Bunda?"
r aja. Biar kamu bisa sembuh. Kamu ma
tirahat aja di rumah. Lemas
ak apa-apa?"
nggak apa-apa.
s aja pakai a
Bun
da mengajak kami
lama-lama soalnya katanya ma
o hati-hati di jalan ya,"
mun nyatanya sewaktu di cek aku mengalami panas demam. Ternyata selain itu aku juga merasakan mual
ngun. Bunda begitu perhatian, peduli dan sayang kepadaku. Tidak seperti aya
*
u
5
i malam aku mengingat ayah. Lalu berakhir dengan menangis. "Seandainya Ayah ad
k udah bangun.
Bun, aku udah
kembaki saat mencium aroma cokelat panas
i Din, ke
sore aku minum cokelat
okter ya. Bunda takut sakitmu bisa
bun. Na
Din. Jangan
ya," l
kembali. Membuka kantong celananya dan mengeluarkan benda pipih. Ponsel itu layarnya dite
na Bu
bisa antar Ad
mana
er Indra. Itu loh yan
Bunda. Kapa
alnya Bunda mau pergi. A
da, aku
pon. Suara itu seperti tak asing bagiku. Namun aku hampir tidak bi
leponan s
nda tersenyum kecil
ah
ng itu loh. Deva
aku pacara
i yang minta i
ah
caran? Kenapa pula Devano meminta izin bunda? Ah sial, cowok tengil itu emang nyeb
ti kamu dianter Devano ke dokter ya. Kamu mandi
bun? Bukannya libur
juga agak kesal. Aish...managemen perusahan Bunda apa nggak punya keluarga ya? Nggak mau gitu
unda. Hati-hati d
inggal dulu. Bentar kok, ng
dulu. Bunda udah buat sarapan di m
ya Bu
jalan
da, hati
sembuh
Bun
n hujan. Dalam dinginnya embun malam. Dalam indahnya pelangi setelah hujan. Dalam siang dan malam yang bereda
*
u
6
begitu mencintainya. Terlebih setelah kejadian di malam itu. Betap
long bukain pint
pada ponselku. Aku melihatnya tanpa membalas chat-nya. Lalu bergegas si
putih, badan tinggi, wajah tampan dan manis, dengan membawa mobil hitam keluaran Jepang. Dengan senyuma
ambu