Hingga Akhir Waktu
akhir
sod
pinggang rampingnya, kepalanya bersandar di dada pria yang dianggap sebagai adik iparnya tersebut, telinganya dapat mendengar detak jantungnya, gadis itu ingin keluar dari situasi seperti i
g yang bisa tertawa terbahak-bahak walau sedang dalam keadaan apapun, pria itu masih meneruskan kejahilannya
melemas seakan tenaganya menghilang saat pelukan itu semakin
ng baru dinikahinya beberapa hari yang lalu, dia merasa bersalah karena telah membuat gadis it
yang seharusnya tidak dilakukan oleh adik ipar terhadap kakak iparnya, seharusnya dia melapaskan pelukannya bukan
" Soici,
" Hn," jaw
akan bilang pada kakakmu
Hn," jawab F
, boleh aku tanya s
" Hn," jaw
menjelaskan penyakitnya pada gadis itu, mengatakan bahwa dirinya sekarat dan hidupnya tidak akan bertahan lama, tanpa sadar i
itu mengubah pandangannya jadi penuh selidik, apapun yang terjadi gadis itu tidak boleh tau yang sesu
aja. Kenapa kakakmu langsung pingsan sete
ruh kecirigaan apapun pada pria itu. Perlahan pria menangkup wajah istrinya dengan kedua tan
ak
amping tidak berani memandang wajah rupawan di depannya, rasanya sangat memalukan bermesraan dengan adik iparnya tapi sukurlah ada seseora
mpiri Fransis," Soici, kamu baik-baik saja,'kan?" tanyanya khawatir. Gadis itu hendak menyentuk
ak
gadis itu, ia menggandeng lengan pria yang dianggap sebagai kekasihnya itu, matanya melotot tajam pada Sonia, tapi saat dirinya hendak menampar kembali gadis itu, sebuah tangan menghentikannya terlebih dulu. Sambil mencekal tangan pacar adiknya, Fransis melirik istrinya yang terbakar api cemburu,
n, agar pacar adiknya tidak curiga kalau dirinya bukan Soici melainkan Fransis, selain itu dia juga seakan menyadarkan Sonia dengan m
saat melihat tatapan pria yang ada di depannya. Tanpa menghiraukan istrinya, Fransis se
bawanya pergi, perlahan tangannya menyentuh dadanya sendiri," Kenapa rasanya sesakit ini?" gumam Sonia. Setelah se
aja," ancamnya. Seketika tubuh Erika menegang, ia gemetar wajahnya pucat pasi karena terlalu taku dengan ancaman pria itu. Dia tidak menyangka ternyata pr
an Fransis Lonenlis?"
hormat, ia tidak ingin membuat masalah dengan pria itu, rasanya sang
janji tidak akan membuat masalah dengan istri anda," Hn," jawab
ergi dulu," pamit Erika tidak ing
an sampai Sonia tau si
u mengangguk setelah itu segera pergi tanpa menoleh kebelakang. Di
enyunggingkan senyum tipis, tapi wajahnya kembali murung saat mengingat pria itu lebih memilih pergi dengan wanita lain. Gadis itu berjalan melewati taman belakang kampus, taman yang menghubungkan universitas adik iparnya dan s