Pengabdian dan Cinta
at Me
ab jujur." Mama Ardj menatap lekat ke retina mata Rhei
a terlihat tenang, meski kering
apa,
an, pacarnya Ard
k ada Mamanya Ardi , tawa Hasna mungkin sudah tersembur keluar. Ya,
ti itu, Tante?" Rheinata malah tergelitik ingin tahu. Sepe
A, bahkan yang terakhir itu, waria. Yang bikin Tante senewen,
anya keluar. Dia membayangkan bagaimana pria yang terlihat cerd
banget, perut Rhe
sebagai calon istrinya itu. Rheinata terlihat begitu natural. Pakaiannya sopan meski terlihat jauh dari
sempat kepikiran ka
dengan pernyataan Mama Ardi terseb
nggak pernah lihat dia bawa perempuan. Asistennya laki-laki, pegawainya laki-laki, bahkan semua pekerja di
emang Ardi menerapkan peraturan seperti itu untuk men
sudn
lau ada karyawan laki-laki sama perempuan rawan cinta-cintaan. Nah, kalau misalnya mereka berantem? Trus diganggu sama kinerja mereka, yang
ggil Mama, ya? Mama sangat berharap kamu dan Ardi bisa segera menikah." Sorot mata mama Ard
sangat tulus. Sebuah doa yang keluar dari mulut seorang ibu. Sayan
sang di pintu. Dahinya berkerut, bukannya kesal, wajah mamanya malah terlihat sangat bahagia.
at bahagia, tetapi sorot matanya tampak kosong. Rheinata , wanita itu memang memiliki aura positif. Dia saja yang jarang tersenyum, malah dibuat terbahak oleh sikap
Kenan berjengit saat sebuah
gkus setelah melihat Salsa pelakunya. "Da
Mama. Mereka bilang, sebaiknya pernikahan diundur s
nyum tipis. "Maafin Kakak, ya. Gegara Kakak, Mam
tu. Salsa juga nggak mau nikah kalau
lirik tangan S
er, Kak, jadi sekalian beli makanan." Gadis itu celingukkan mengi
gkan Salsa. Pasti drama ini terbongkar kalau
Salsa menyipitkan matanya, menata
a-apa sama, Mama. Rhei
ng jadi paca
cepat. "Kamu ini, kenapa
ya, Kakak bohon
bir mengerucut, mata menyipit, dan ekspresinya it
mu jangan bi
inata , entah apa yang keduanya bicarakan, tetap senyum tak luntur dari wajah mamanya. "Tap
akan terus mencarinya dengan banyak pertanyaan, saking keponya
in apa tadi?"
perutnya kejang. Bukannya menolong mencari alasan kalau mamanya nanti bertanya di mana Rheinata , gadis itu malah menyarankan untuk
sa bedain mana wanita beneran, mana yang abal-abal,
sindiran Rheinata . Keja
at banget, mana sempat periksa 'aks
bisa ditebak. Pertama kali bertemu dia terlihat sangat datar dan mem
aja?" tanya Ardi, mata pria
nya Mama, Ibu, siapa tau nanti ada yang nga
ita itu bukan tipenya sama sekali. Hasna terlalu 'nyablak'. Sementara dia lebih suka wanit
hentikan mobilnya di depan sebuah mini market,
Ardi melihat ke
i." Rheinata hendak turun dari mobil,
di benak Kenan. Jika dalam hitungan jam saja, kedatangan Rheinata bisa
berkerut. "Kes
aku akan kasih kamu kompensas
marah Rheinata tersulut. Refleks dia
malah ngelunjak. Aku nggak butuh duit kamu, duit sudah banyak. Dasar nggak ada akhl
ari sambitan Hasna. "Aku nggak mau k
malah berdoa kita nggak ketemu lagi. Aku ketemu
i, bukan Kenan nama pria itu, jika tak bisa mendapatkan keingin
kalau aku bilang ke Mama kita udah putus, bar
a? Emang nggak mampu cari pacar sendiri?" Rheinata mulai meradang. Pria di depanny
menebak apa yang hendak dikatakan Rheinata , pasti berit
ketus. Dia bermaksud meninggalkan Kenan masuk ke dalam mini market, tetapi matan
kaku. Tangan wanita itu berkeringat dingin saat Indah
aja." Rahayu menatap keduanya berga
kalau wanita di hadapannya adalah Ibu Rheinata . Sadar angin baik men
Tante, saya pa
ata ingin jadi
sam