Pengabdian dan Cinta
at Me
Rhei
ah. Bangunannya kecil, tetapi halam dan dinding-dinding rumah i
ng. Mataku menjamah setiap rumput dan bunga yang tertata rapi. Ing
kediaman keluarganya. Tepatnya, tempat dia
dari laki-laki yang mungkin kusuka. Artinya, aku akan filihat s
Aku harus sadar, bahkan Ardi tentu saja membawaku kemari karena ia selalu bercerita soal perempuan
an lamunan. Rupanya diriku belum melangkahk
ugup. Sejujurnya aku dilem
Kali ini Langit bertanya
anya. Padahal sedaei tadi Langit juga sudah mengajakku k
iki satu per satu anak tangga. Sessekali kamu saling
Apa, aku mendengar Ardi sedang mencandai sang ibu. Dengan jenakan dirinya menggoba ib
Hal ini kusadari saat kurasakan hawa panas m
berseri dihiasi senyum teramah yang pernah kutemui setelah orang tuaku. Paling tidak, senyum ora
dua telapan tangannya. Aku hanya tersenyum. Namun, dia seolah mengisyaratkan sesuatu pada Ardi .
ekali aku jika setelah dipuji, ta
mi ibuku sendiri. Tidak hanya itu, kami berdua berpelukan begitu hangat. Aku tahu
uk ibu." Setelah melepaskan pelukan,
ak?" tanyan
uatkan intuk ibu."
terlalu PD, lho." Kami berdua hampir lupa, bahwa di
elotehannya. Kami saling meledek. Pad
u. Bukan juga di meja makan. Akan tetapi, kami duduk di atas karp
mereka. Hidup berdua, tetapi harmonis. Kurasa rumah ini jauh dari
g buat. Semoga ibu suka." Perlahan ibu membuka tu
rkan sebuah syal. Benda itula
dekat denganku saat ini. Lipatannya kuurai. Setelah itu kupasangkan secara meling
i sangat berguna bagi ibu ya
itu lezat, Bu." Sepantasnya aku berterima kasih atas makanan-makanan itu. Wanita yang kantung matanya
juga membuat beberapa camilan untuk kita." Bergegaslah wanita
, dan Langit duduk. Baru saja terletak di meja, langung saja t
u melototi putra sematawayangnya. Me
ambilnya terlebih dahulu. Biarkan saja, sebab melihat kedekat
Cerita-cerita kami tidak terlepas dari Ardi kecil, ayah yang meninggalkan keluarga , dan keluarg
kisahkan dari mulut ibu. Sampai akhirnya, waktu makan siang
asak?" ledek Ardi sera
Duh, rumah ini nyatanya umpama bonaza bagi
nya ke dapur. Dapurnya saja sebersih itu. Pantaslah
a lapang setelah mengutarakan hal-hal pribadi dalam hidupku.
ada meja yang tadinya ditempati kudapan. Ini untuk pertama kalinya kami m
tu kuapan hadir. Tidak lama kemudian, disusul
Namun, Ardi sedang pergi keluar
t, ibu menyilakanku beristirahan siang di sana. Wanita baik hati itu memperlakukanku bagai seo
sam