MOLLY, She Will Be Love
pih dan menunjukan kedewasaannya karena akan membawa Kama ke hadapan dosen juli
kan mencari sosok kakak iparnya
t paling pagi. Tengah tahun pasti ser
angkuk dan mengisinya dengan sup krim dan men
juga ada waralaba yang mau kerja sa
lly sambil menikmati sarapannya. Ked
ia
masih fokus de
n kedua anaknya. "Kak, nggak mau kerja la
Gue cukup balas semua pemberian Banyu dengan urusin dia, rumah, asset-asset dia dan ana
men lain yang kerja kantoran, Kak?"
an tarik garis lurus, paham?" Kimmy menatap Molly, lalu beralih kedua putra
r aja, di rumah pun bisa dian
gue titip ke elo, sementara gue ke
walau akan ada hal yang dikorbankan nantinya, entah waktu, atau tumbuh kembang anak lo, tapi lo tetep harus perhatian, jangan k
Papa, Kak? Bahkan, lo melahirkan
ikiran. Bersyukur aja, karena Mama, kita b
ara satpam rumah terdenga
ggu di depan, sama jempu
ya beranjak dan menaruh mangkuk di bak
tanya Kimmy seraya me
angkat ya
balikan sama dia!" teria
s dibantu dia, Kak, nggak bali
ah curiga. Molly menghentikan la
agar dan berdiri di depan Kama yang sudah bers
ke arah kaki jenjang Molly. "Harus banget pakai sepatu hak ting
akai jaketnya, sedangkan Kama memasangkan
tinnya gitu?
gebet dia segala. Gue ajak balikan nggak mau," uj
lajukan motornya dengan suara
t menempelkan tubuh
Molly diam. Ia lalu mencubit pi
Mol, kita coba l
ma tertawa terbahak-baha
ri dalam rumah. Ia
*
Kam
at tampan dengan postur tinggi badan seratus tujuh puluhan dan wajah yang tamp
mau aja lo di seret-seret Molly ke r
" Kama dan Anin
uh, Dementor. Tadi ketemu gue
the way ke r
sambil berbalik badan. Anin terkejut kar
a Molly sambil tersenyum. Ia
, kan, Pak, nih, saya bawa ke hadapan Bapak. Man-tan pa-car saya ini." Molly m
t Molly bingung. Meremehkan ia
ebelah rumah saya?" tunjuk Mel
il tetap berjabat tangan. Dengan
lki menahan tawa. Namun tak lama
k ... masih minat jadiin saya gebetan kamu nggak?" ledek M
s, eh, ini kampus ya, jadi gue haru
elegar. Molly dan
namanya kalau bawa-bawa urusan pribadi ke akademis
diri memunggungi mer
aru ngomong sama saya seperti itu. Saya juga sudah bertunangan!" kedua mata Me
angga sebelah rumah gue yang hidup kayak di goa. Sendirian. Yakin punya tunangan? Mana? Nggak pernah lihat ke rumah. Selalu sendirian, kan anda. Eh P
an bab satu skripsi kamu itu!" uca
Molly enteng, mere
i kamu. Saya pastikan kelulusa
i dosen pembim
lan. Tak mau ikut terbawa perang aneh itu. Melki diam. Ia me