30 Days With Mr. Vague
Aku l
k beberapa jam setelah a
tang?" keluhku sa
menunggu satu, dua, tiga, atau beberapa jam lagi untuk Louton datang dan membawakanku makanan serta minuman, sesuai dengan p
sedang terjadi padaku. Tentunya ketika aku bangun tidur, aku berharap bahwa apa yang sedang terjadi padaku ini adalah mimpi. Nam
osan dengan suasana sekitar yang sepi, juga dala
ngatku, aku memang tidak pernah melakukan sekecil apa pun kesalahan padanya, karena aku
igiti kuku jari selama berji
gkinan yang baru saja tercetus di kepalaku. "Ah, tidak. Tidak mungkin," tampikku kemudian seraya menggele
k mungkin k
erbaik dan terbesar di USA. Tidak ada pemberitaan tentang kebangkrutan atau semacamnya hingga membuat Louton melakukan hal gila i
pa alasan," gerutuku mengacak-acak rambut. Frustrasi akibat tidak bi
bat menerima jambakan darinya. Tenaganya itu sungguh ber
is. Sulit untuk mengakui, tapi itu adalah
. Kutebak ia baru saja selesai joging. Terlihat juga dari bulir-bulir air keringat yang menempel
bisanya otakku b
g dengan dua buah pap
r. Langkah kakinya berhenti di salah satu sisi te
masih duduk meringkuk di atas tempat tidur, bersandar pada
jawab Louton langs
bag untuk melihat apa isi di dal
anyaku kesal, saat lagi-lagi menemukan sebotol air miner
omentarku, Louton ter
atu sandwich," tampik Louton seakan pernyat
t lapar," keluh
tu konsek
dimana aku sadar jika suar
dah berhenti di ambang pintu. Kulihat wajah
ku kemudian dengan intonasi yang terdengar begitu menyedihkan. "Dan aku pun yakin kalau
sampingnya hingga menimbulkan suara pukulan yang begitu kental di telinga. Aku terlonjak d
ar membuatku takut. Detak ja
tidak be
cengkeram kerah blus yang kupakai seja
n bernapas.
perempuan yang
r, kemudian melemparku ke lantai yang dingin dengan ter
tasku. Sorot matanya tajam. Bahu dan dadanya bergerak naik turun dengan cepat. Matanya memelotot ke arahku. Raut wajahnya menggambarkan kemarahan yang lu
nggerakkan kedua kakiku ke belakang dengan tenaga seadanya. Meskipun
, aku memeluk d
h. "Apa salahku sampai kau
t mata, kulihat Louton berjongkok di depanku, meraih daguku dengan telunjuk dan ibu jarinya, lalu dengan gerak pelan membawa wajahku ke depan untuk berhadapa
i bulir-bulir air mengerj
. Tatapannya padaku kini melunak. "Berperilaku baikl
dadaku yang terbuka, dikarenakan beberapa kancing blus bagian atas ter
i ia justru beranjak dari posisinya dan berjalan mengarah pada tempat tidur. Mengambil salah
ya, kemudian pergi. "Tenang saja. Kau a
asa ingin tahuku dari balik timbunan
a sedetik setelahnya aku langsung menundukkan p
hukum
s mampu membuatku
au aku tidak melakukan kesalahan apa
mengatakan jika aku menghukummu at
ukan padamu,
ndiri," jawabnya seraya
ikku di saat Louton telah keluar melewati p
gedor dengan sekuat tenaga sambil mencoba meletakkan
ia
mungkin saja bisa membuat pintu ini terbuka, tapi percuma. Tidak ada apa pun. Ruangan ini beserta de
ua ini memb