Maduku Adik Kandungku
kah kaki ini menyusuri koridor rumah sakit tempat berdinas. Sebuah rumah sakit um
ekarang dengan biaya beasiswa. Segala fasilitas di berikan gratis bagi siswa berprestasi. Kudapatkan gelar dokter dengan perjuangan
a yang mengandalkan harta orang tua untuk memenuhi kebutuhan
mpat suami, Mas Beno bertugas. Mas Beno juga seorang dokter spesialis THT. Kami menikah setelah enam tahun pacaran semasa kami kuliah dulu di univ
ik Mas Beno bertugas yang
kabar?" tan
Sus," j
lagi keluar,
s ?" tanyak
an jika ada pasien minta dokter
tku Mas Beno hari ini t
nggu di rumah," ucapku dengan berpamitan kepada
h. Rasa bahagia menyeruak di hati ini karna hari yang dinanti tiba, a
na tuntutan tugas dan kesibukkan. Di tahun keempat pernikahan aku berencana hamil karena sudah merasa mantap
rasa ragu saat ingin memasuki rumah. Jantung terasa berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Perasaan makin tak karuankr
e
ran darah saat menyaksikan dengan mata kepala sendiri i
langsung bangkit mengambil kemeja
muti tubuh polosnya dengan selim
ku pun menjambak rambutnya dan membenturkan kepalanya ke tembok. Darah segar mengalir dari peliinta Mas Beno yang
melayang. Hati ini hancur bagaikan kaca yang retak menjadi serpihan kecil terburai.
tanyaku emosi deng
salah tapi aku juga manusia yan
dengan mudahnya kamu minta maaf," ketusku
n tidak bisa di benarkan di mata
enyentuhku," ucapku dengan menepi
minta maaf," kata
kutolak tangan Nisa yan
atan untuk memperbaiki semua in
aku benci!" teriakk
tahan. Rasa panas dan perih kurasakan bagaikan ditikam ribuan bel
harus pergi?" tany
ku tida
Mas?" aku memo
mereka tak mendengar tangis. Aku mem
rgi dari rumah ini dan membawa Nisa ikut bersam
itik. Aku tertegun dengan apa yang diucapkannya. Apa katanya tadi? Dia akan membawa ad
enyakinkan pendengaran yang
ungmu. Karena Nisa sekarang sedang meng
tunya berdiri. Wajah itu tidak terlihat la
ana bisa mengkhianati begitu hina. Suami yang kupuja-puja bagaikan dewa bagaimana bisa memilih
fkan tapi ini dengan adik kandungku yang sudah kubesarkan deng
i Nisa, Rea", uca
iku tapi juga ingin menjadikan, Anisa adik k
kami sudah melangkah jauh dan Nisa ju
ndung. Lebih baik kita pisah saja daripada aku
arena kebodohanku telah jatuh cin
membela diri,
ari pakaian dan mengemasi barang-barangnya dan beberapa keperluan y
Jaga dirimu bai
pergi meninggalkanku di dalam kamar yang su
lagi. Sakit rasanya dikhianati dengan kepercayaan yang begitu besar diberikan kepada ora
buhkan cinta bersama pada saat masa indah kemarin. Kuelus perut yang masih rata dengan deraian air mata. Ka
kusimpan sendiri aku tidak ingin dikasihani oleh Mas Beno. Aku tidak ingin dia kembali hanya untuk bertanggu
sa jijik, mual dan benci membuat diri ini enggan kembali. Biarlah
*
sam