Maduku Adik Kandungku
ng sebahu dan bibir yang tipis juga bulu mata lentik bak boneka barbie. Siapa pun yang meliha
u harus selalu mengalah dan memberikan apa pun yang aku miliki dan disukai kepada adik satu-satunya. Aku tak merasa keberatan memberikan apa yang menj
i di sanggar," ucapnya setengah berteri
tas yang selalu ia kerjakan pada sore hari setelah pulang sekolah pasti ia akan menu
ku membantu Ibu di rumah sehari-hari menjual kue basah dan keripik y
ihan,"ucap Ibu dari arah dapur. Namun,
eripik di warung sebelah," ujarku
" jawab Ibu meng
gangguk dan m
anan ibu-ibu PKK di kampung sebelah. Dan juga menitipkan sebagian di waru
capku berhenti di depan
aikum
ripik singkong dan keripik pisang," kataku
dulu sebentar di rumah ibu," t
warung-warung," aku menolak dengan halus tawaran Bu E
ni uangnya," Bu Elsa memb
u!" balasku dengan
ea
kang karena menden
Bay
p sosok pria berkulit putih dan hid
han sepedaku saat hendak meninggalkan rumahnya
enormalkan detak jantung yang sedikit t
g setengah gugup karena be
ya?" katanya dengan memint
?" Aku bal
main kerumah sahabat s
mberi respon apa pun me
ra di sini saja gak u
inggu depan sudah ujian kelulusan. Jadi
h," ucapku melipir pergi ke
ngkan perlombaan cerdas cermat se kecamatan dan mendapatkan juara satu. Dalam hal mata pelajaran aku selalu unggul
aku juga harus menjajakan keripik keliling ke kampung-kampung demi memenuhi standar ekonomi keluarga. Ayahku ha
keras dan semangat mereka bisa menyekolahkanku sampai duduk di bangku SMA. Terkada
hobi menyanyi dan menari. Meskipun ia juga banyak menjuarai lomba tari tingkat daerah.Banya
a masalah sepele pun Ayah dan Ibu tak luput membela Nisa. Maklum Anisa ana
u capek harus mengalah terus kepada adikku dan berusaha protes dengan peraturan yang ditetapkan Ayah dan
inkan apa yang menjadi milik kakak," bentakku kesal pada Anisa yang teru
ang berwarna pink meman
a seperti itu,"ucapnya denga
lagi harus bersedia mengal
pada adikmu," titah Ibu
pi,
ibu mengeras
ikan apa yang diinginkan Anisa. Terlihat Anisa terse
ah, air mata membasahi bantal yang menutupi wajah. Isakku berderai sedih menyisakan batin
ucapku
edan kamu tumpahkan hanya karena permai
a,
engalah pada adikmu. Tapi ... ketahuilah, Nak. Buk
ah," aku memeluk tubuh kurus A
u satu darah denganmu, jadi sudah wajar kalau kamu yang lebih tua banyak
engerti
kitab lauhul mahfudz. Akan mendapat balasan yang baik jika kita berbuat baik. Begitu juga
upeluk Ayah yang selalu sabar menasehati di kala a
kami sudah tiada dan pergi untuk selama-lamanya. Sayangi dia d
elalu menyayangi dan menjaga Anisa. Meskipun kadang
*
g dihormati dan ditaati perintahnya harus meninggalkan selamanya. Sepuluh tahun setelah
makam mereka yang saling berjajar. Setelah kepergian Ayah yang tiba-tiba sakit perut membuat Ibu syok ber
a sakit dadakan dan tidak punya tanda apa pun menjelang kepergiannya membuat kami semua belum siap untuk
mengunjungi makam kalia
am mereka terlebih tuntutan tugas sebagai seorang dokter sangat sibuk hingg
n dia yang sudah terlalu sesat jauh",aku terus saja menangis di ba
ngga Nisa berbuat curang." Aku terus saja berkata tanpa mempedulika
h kamar yang bernuansa biru langit tertata lukisan dengan rapi te
rkata menatap sekeliling
nampakkan sesosok tubuh pria tampan dengan ba
menyodorkan sebuah nampan yang berisi bubur ayam dan teh
aannya. Hati bertanya-tanya bagaimana bi
dengan benar? Apa kita sudah saling kenal?" ce
okter! " pintanya de
dulu pertanyaanku ba
al dulu tidak banyak berubah," ucapny
ngan ucapannya yang tidak m
njebak dan menculikku?" ceca
cil yang harus di cu
seorang wanita separuh baya muncul
batmu dari kecil, masa kam
tot saat Bu Elsa m
," terangnya dengan
tanyaku masih
aya menggaruk tengkuknya yang tidak
ah kita tidak bertemu set
," kubalas senyuma
s. Lalu, melepaskan kembali dan memejamkan mata mengingat rasa peri
ik saja," timpalnya. Seraya
ini? Seingatku tadi aku berada d
ah, lalu tatapan kami saling beradu pa
an di pemakaman dan me
kalau aku ada di pema
k kamu mulai datang ke kampu
capkan Bayu. Bagaimana aku tidak bisa m
iah dengan beasiswa yang kudapat atas kemampuanku sendiri. Aku pergi men
pung halaman dan pindah ke kota agar tidak terlalu jauh dengan tempat berkuliah. Aku dan Anisa satu kos, dengan fasilitas seada
enghemat biaya. Selain untuk biaya hidup, aku juga harus menanggung biaya adikku Anisa d
dijual dan dititipkan ke warung-warung saat jam kuliah selesai. Ini semua kulakukan untuk kelangsu
ya keadaanku yang pontang-panting harus bekerja
mu agar hatimu merasa lega dan tak terhimpit beban
h sejak lama kami bersahabat aku kenal betul semua sifat dan
seperti tomat masak" Ma
eng dan jalan bareng. Tapi kini semua kenangan itu terusik kembali setelah sekian lama kami
*
sam