Kisah Penyesalan Masa Lalu Yang Menusuk
ina
eh, seolah hatiku sudah terlalu lelah untuk merasakan emosi yang membakar
ahaya kecil itu mengingatkanku pada banyak hal, banyak kenangan ya
elum aku sempat bereaksi, sebuah tamparan keras mendarat di pip
-nyala, seolah siap membakar apa pun yang ada di depannya. "Dasar wanita ke
a, bingung. "
ih erat. "Kamu menyuruh orang untuk mempermalukan Riana di d
Tidak ada y
semua penghinaan itu! Apakah kamu tidak puas dengan pernikahan yang kubiarkan terjadi ini? Apakah kamu tidak a
merasakan sakit yang menjalar di pipiku, di hatiku. Tubuhku teras
aring di tempat tidur, wajahnya pucat pasi. Melihatnya, aku sadar b
Riana terus menggumamkan namaku, "Maafkan
ku kehilangan keseimbangan dan punggungku membentur sudut meja. Rasa sak
Lihatlah apa yang sudah kamu lakukan!" Dia ber
ng. "Aku tidak melakukannya," guma
a berteriak lagi, am
uangan. "Maaf, Tuan. Tapi pasien membutuhkan tra
anku. "Ambil darahnya!" Ia memerin
ku sering kelelahan, dan aku menderita anemia. Donor da
arik lengan bajuku dengan kasar.
hangat mengalir dari nadiku ke dalam tabung. Aku mengangkat kepalaku, menatap Prad
nyelamatkanku?" tanyaku, suara
ndari tatapanku. "Tidak," gumamnya, "Aku akan men
wajahku agar dia tidak melihat
palaku pusing. Aku merasa sangat lemah. Tubuhku limbung, hampir ja
ganggumu lagi." Aku menatapnya, ada tekad yang kuat di mataku. "
uk menyadari bahwa kami berd
lisahan. "Apa yang kamu bicarakan?" Ia bertanya, suarany
capannya. "Pasien sudah sadar, Tu
apku, ragu-ragu. "Aku akan segera ke
ku hanya menatap pung