Kisah Penyesalan Masa Lalu Yang Menusuk
ina
eraih pergelangan tanganku, seolah ingin merebut kembali apa yang baru saja kuberikan.atar. "Aku akan menyerahkannya ke pengadi
"Kenapa kamu begitu terburu-buru?"
ku mengangkat bahu, mencoba terlihat
erjadi denganmu hari ini?" Tanyanya, nada suaranya ber
Baginya, aku mungkin memang sudah gila. Aku merasa seper
al. Aku menatap keluar jendela, membiarkan pemandangan melintas begitu saj
katanya tiba-tiba, memecah kesunyian. "Kamu
usias menceritakan tentang pertunjukan yang sama, berharap dia mau menemaniku. Dia han
enatapnya, tidak menunjukkan reaksi apa pun.
nya cepat, seolah ingin menarik kembal
pannya. Sekilas, senyum tipis t
nya mengangguk pelan, lalu menyalakan mobil. "Akan kujemp
yang kukenal sebagai asisten Riana, tampak panik. "Tuan Pradipa! Riana.
nselnya. "Aku akan ke sana sekarang," katanya pada asisten itu. Lalu i
u datar. "Dia leb
ia menatapku dengan tatapan aneh. "Kamu tidak cem
n yang lalu, aku akan menangis, memohon padanya untuk t
Alvina," katanya, suaranya penuh peri
melihat air mata yang menggenang di mataku,
nyambutku dengan senyum hangat. "Alvina sayang, kamu sudah pulang!" Ia mencium pip
guk kecil.
ikut pulang?" Mama Pra
an rasa sakitku. "Dia ada urusan me
gejar bayangan masa lalu yang tidak akan pernah kembali?" Ia menghela napas, lalu menatapku dengan mata penuh ka
nya menggelengkan kepala. Ia menepuk pundakku. "Jangan deng
ingat, di kehidupan sebelumnya, Pradipa pernah berdebat hebat dengan orang tuanya karena aku. Dia bersikeras bahwa aku adalah orang asing, pengh
ntar lagi, aku bukan lagi menantu mereka. Aku ingin menjelaskan bahwa kebahag
dipa, erat. "Terima kasih, Ma,
ami sendiri. Melihatmu bahagia adalah kebahagiaan kami." Ia mengusap pipiku lembut. "Kamu tah
ngannya erat, menahan semua emosi
mi beli bersama. Pertunjukan berakhir, tirai ditutup, penonton mul