Mantan Suamiku, Penyesalanmu Terlambat Sudah
ara
eringai, matanya berkilat jahat. "Ardy marah karena kau, Zahara.
Serang dia, Max! Jangan b
ku berdiri. Dia melangkah maju, kakinya yang besar menghentak lantai semen deng
makin parah. Max melompat, kakinya yang besar menekan dadak
asakan ancaman yang datang. Aku mencoba mendorong Max, tapi dia
rasa sakit yang menusuk membuatku meronta. Darah men
kiku gemetar. Max masih menggeram di atasku, napasnya yang pana
yang, kematian terasa begitu dekat. Apakah ini akh
d lagi. Dia menarik
ik saja?" tanyanya,
lemah, suaraku terlalu pilu. Dia mendek
ar. "Hei, lihat aku! Jangan pura-p
banting kepalaku kembali ke lantai
ndai mendramatisir, kan?" Matanya dipenuhi rasa jijik. "
lalu menarik tangannya d
ngarahkannya ke tubuh Max. Darah. Ada
belum aku sempat menjelaskan. Kak
i, rasa sakit it
anjingku?! Max lebih berharga daripad
minta Ardy menceraikanmu! Dan anakmu itu, anak harammu i
ih dulu dariku? Kau pikir itu akan me
lalu menutup jendela keci
gap. Aku mulai terengah-engah lagi, kekuranglai berhalusinasi. Kude
u... tolo
histeris. "Ba
a, merasakan kehangatan tubuhnya. Tapi itu tida
kejam? Mengapa aku haru
ang semakin sakit. Air
melindungimu. Semoga di kehidupan selanjutnya
erat. Aku merasakan hidupku perl