Istriku, Jaminan Bisnis Ayahku
al di lantai 30 itu dijamin bekerja sempurna. Mungkin karena stressor yang da
k malam. Enggak ada penolakan," suara Ib
, Bu. Tapi aku ada rapat penting besok sore
ngin bicara serius. Tentang kamu, tentang Safira," ka
baik saja," balas Elias
keluarga? Sejak kapan kalian enggak pernah datang berdua ke acara amal? Kam
ndiwara yang ia mainkan di depan publik past
rah. "Tapi tolong, jangan libatkan Safir
Pokoknya, datang. Sendirian atau berdua, i
rsandar di kursi, menatap ke luar jendela. Kota Jakarta yang gemerla
Pradana, adalah pria yang sangat menjunjung tinggi nama baik dan tradisi keluarga. Keluarga Pradana h
sendirian. Ia sudah mencoba meng
gak siap mendengar pertanyaan-pertanyaan mereka. Aku cuma akan m
a cuma tahu dia harus men
ram, duduk di ruang keluarga, membaca koran dengan sorot mata dingin yang khas. Ibu Martha men
suaminya, Robi. Mereka sudah punya dua anak yang lucu-lucu
g bisnis, tentang politik, tentang cuaca.
a Bram meletakkan garpunya dengan bunyi denti
Papa Bram, suaranya be
Enggak bisa ditinggal," jawab Elias
Selalu klien. El, Ibu kamu bilang ka
Martha, yang hanya memberi tatapan penuh arti,
fokus untuk proyek besar. Kamar tamu
ar. "Kamar kamu di rumah itu sebesar lapangan tenis! Mana ada yang enggak
s. "Kami cuma sedang butuh waktu. Ka
ng sudah kalian 'selesaikan' selama dua tahun? Masalah y
nta, mencoba menengahi. "Pa, jangan begini. Biarkan Elias
adalah putra kedua, dia harus punya anak. Ini tentang nama baik! Orang-orang mulai berbisik, kenapa E
enenangkan. "Mungkin mereka memang belum si
. Aku tahu Safira trauma. Tapi sudah dua tahun! Kalian enggak bisa hidup di masa lalu terus!
k mampu menghadapi ta
Safira... setiap kali kami mencoba, dia akan kembali ke titik nol. Dia menyala
Bram. "Atau bawa dia keliling dunia! Cari solusi
ak menyerah! Aku hanya lelah, Pa! Aku sudah berusaha keras unt
Martha menatap Elias dengan air mata di
aranya melembut, tapi ancama
mang enggak bisa memberikan itu-dan aku enggak menyalahkan dia, ini tentang psikologis-m
rselubung untuk mencari pengganti. Itu adalah sinyal ba
n Safira," tegas Elias. "Di
am. "Aku kasih kamu waktu enam bulan. Enam bulan untuk memperbaiki ini. Kalau sampai akhir tahun kalian enggak bisa menunjukkan kemajuan, entah it
igil, bukan karena takut, tapi
Papa lakukan?
buh dan berjuang, atau membebaskan kamu," jawab Papa Bram tanpa ragu. "Aku enggak ma
annya hilang, digantikan
n dan terkontrol. "Aku akan pikirkan. Tapi
Jangan lupa itu," tutup Papa Bram, kembali m
asaan campur aduk. Ia marah pada Papanya, tapi ia juga marah pada diri
ia enggak mau pulang. Ia tahu Safira mungkin sudah tidur, mungk
ggir taman yang sunyi. Ia k
Itu waktu
bangku taman, memikirkan apa yang harus dia lakukan. Menceraikan Safira? Itu terasa kejam, mengingat Safira suda
uh jala
ang ia lihat kemarin. Senyum yang engg
bisa aku temukan?" bis
dengan nama baik keluarga yang harus ia jaga. Dia hanya ingin h
am-diam beberapa tahun lalu, sebagai tempat pelarian. Malam ini, ia enggak akan pulang ke rumah yang dipenuhi kebeku
n nama Pradana. Dan di dalam kesendirian yang pahit itu, ia semakin siap untuk mengambil keputusan y