icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Istriku, Jaminan Bisnis Ayahku

Bab 2 memisahkan

Jumlah Kata:1588    |    Dirilis Pada: 05/12/2025

a. Bukan karena suhu AC, tapi karena lapisan

fira, enggak ada aroma lotion tubuhnya, dan enggak ada kebiasaan Safira yang selalu memu

menyelamatkan segalanya, pikirnya sinis. Setidaknya di kantor, ada

Dia enggak perlu bangun pagi karena enggak ada yang harus dia kerjakan. Sejak insiden itu, Sa

ja menatap kulkas. Di sana, tertempel sebuah sticky note kecil yang sudah lusuh, ditulis dengan tulis

. Safira yang selalu menjadi personal assistant pribadinya

k sticky note itu, membuangnya ke tempat sampah. Dia harus

mbali pada pertengkaran semalam. Safira bilang, "K

as pelan. "Aku mengerti l

kursi kulitnya, menyalakan komputer. Tapi dia enggak membuka spreadsheet atau laporan k

ua dokumen

n operasi, summary psikiater, dan yang paling men

teknisnya, dia bisa menemukan satu kalimat, satu kata,

afira yang mengemudi, Elias tertidur. Truk di depan mereka mengerem mendadak.

. Elias cuma memar da

dalam laporan medis: "Trauma fisik ringan, namun trauma psikol

t mereka beri nama. Anak yang kehadirannya sudah mereka rayaka

kan Safira, membawa istrinya ke rumah sakit terdekat. Dia ingat s

umah sakit, merasa dunia runtuh. Dia bukan cuma kehila

aat itu, Safira enggak pernah membicarakan bayi itu. Enggak pernah. Setiap kali Elias mencoba,

jika dia enggak mengemudi secepat itu, atau jik

ahnya. Tapi Safira enggak mau mendengarkan. Dia mengubah rasa bersalah itu menjadi dinding es yang memisa

gejala depresi situasional berat, rasa bersalah kronis, dan mekan

ca kata itu dengan pahit. Begitu form

ali, dia masih hadir di acara keluarga. Tapi jiwanya? Jiwanya suda

menyalahkan Safira. Rasa sakit kehilangan itu nyata dan dalam. Ta

pasangan (Safira membatalkan di menit terakhir), bahkan mencoba membica

sia-sia, mencoba menyelamatkan ses

rdering. Panggilan dari ka

mengubah nada suaranya dari putus a

up telepon, Elias menyadari betapa jauh lebih mudah memecahkan masalah multinasional da

a pergi. Dia melirik jam. Pukul tu

ia berdiri di ambang pintu, menatap koridor yang menghubungkan ka

umahnya sendiri, yang harus berhati-hat

gga. Saat melewati ruang makan, m

a dan rambutnya masih acak-acakan. Dia sedang minum teh. Ek

nya tenang, seolah pertengkaran

berpisah, lalu besok pagi salah satu akan mencoba berperilaku

," jawab Elias, menunju

ehnya. "Aku dengar kamu

tapi pernyataan.

ng. Seperti yang a

. "Aku mengerti. Aku minta maaf soal semalam.

eksi Elias. "Kamu menjadikan aku samsak emosi kare

ng pucat. Dia menun

usaha, Elias. Aku

h kali ini. Dia sudah terlalu sering luluh. "Aku sudah memohon kamu untuk b

ma memutar-mutar cangkirnya. K

"Aku pergi. Aku ada b

lagi?" tanya Safira, suaranya

ntung. Kalau aku merasa rumah ini lebih nyam

itkan, tapi dia sudah enggak peduli lagi dengan rasa sa

s enggak menoleh ke belakang. Dia langsung masuk ke mob

rannya dipenuhi gambaran laporan kecelakaan dan w

bersalah, Safira yang menjauh. Elias yang mencoba, Elias yang lel

enggak bisa diisi dengan uang, enggak bisa diisi dengan kekag

wa keranjang besar penuh buah-buahan, rambutnya dikepang sederhana, dan dia tersenyum lebar p

ada kesederhanaan hidup gadis itu. I

menginjak gas, meninggalk

s profesional. Dia punya

sesuatu. Dia sedang mencari celah, sedikit cahaya, s

pi pencarian itu sudah dimulai. Kepergian dari kamar utama semalam adalah langkah pertama. La

an selanjutnya. Takdir yang akan memberinya senyum

suki ruangan yang dindingnya terbuat dari kaca, menghadap ke

komputer lagi. Kali ini, dia enggak membu

Dia enggak tahu berapa lama dia bisa bertahan dalam kebekuan ini, tapi yang jelas, malam ini,

poran keuangan yang baru saja dicetak. Aku cu

bisa bertahan hidup: berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja, sampai ada ses

n dari Safira. Mereka sudah resmi hidup dala

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka