Perangkap Dendam Tuan Miliarder
/0/30485/coverbig.jpg?v=b0bedbf127985b73305178e7c8a0b50f&imageMogr2/format/webp)
An
eni," ujar salah seorang temanku, suarany
lah, dan aku harus segera menjenguk Mom di rumah sakit. Dengan rasa penasa
engan ragu, mataku menjelajahi setiap sudut ruangan. Tapi, tak ada siapa pun di sana.
ler?" pa
engan rasa frustasi. Apakah mungkin temanku salah? Atau mung
hal itu
mulutku dari belakang,
ss
enjalar ke tengkukku, membekukan tubuhku di tem
k akan menyakitimu jika k
i mulutku, aku berbalik dengan cepat untuk melihat siap
kau lakukan di
i dengan kunci yang dia ambil dari sakunya. Bunyi "klik" kun
lakukan?!" t
Tatapan matanya membuatku semakin takut padanya. Aku berjal
danya dingin. "Kenapa? Aku sudah sabar selama
watinya, tapi tangannya segera mence
aranya terdengar meningg
u menghantam lantai. Rasa sakit menusuk ke punggungku. Sebelum aku
" bisiknya, napasnya
i bawahnya. Jantungku berdetak kencang, setiap otot di tubuhku me
nya menyapu sisi wajah hingga ke leh
arkan dari saku celananya. Aku ingin berteriak, ingin melawan, tapi tubuhku tak
mati saja," b
angannya ada di mana-mana, melanggar batasan, dia juga mulai membuka kancing
endangnya hingga tubuhnya terhuyung mundur. Suara er
deras dalam tubuhku. Aku menerjang ke arah pintu, jari-jariku melepaskan kain yang m
menggedor-gedor pintu dengan sekuat tenaga, berhara
keram pergelangan tanganku dengan cepat,
ke mana-mana, An
amannya tidak goyah. Dia mencondongkan tubuhnya lebih dekat padaku, berusaha menciumku t
, kau d
Rasa lega merayap dalam tubuhku, tapi tangan Ian la
a di telingaku, tatapann
n memanggil lagi, le
ya semakin tampak menakutkan. Tangannya menekan mulutku se
akhirnya menemukan sasaran di tangannya. Aku menggigit dengan sekuat
raku serak karena mena
dia menamparku dengan keras, membuat pandanga
aksa, berusaha menyentuhku kembali. Aku melawan lebih keras, mencakar da
seperti seseorang yang sedang berusaha mendobrak pi
tu. Mata kami bertemu. Aku tidak tahu bagaimana penampil
k!" teri
. Aaron mendaratkan pukulan yang kuat ke rahang Ian, tapi Ian
, Aaron terhuyung, tubuhnya ambruk ke lantai ketika mendapatkan sera
araku pecah. "Berhenti, I
memukuli Aaron, tanpa henti. Tidak, ji
ruangan mencari sesuatu, apa saja untuk membant
an mengayunkannya sekuat tenaga. Kursi itu mengenai bahu Ian,
au jalang!
an mundur hingga punggungku menghantam dinding di belakangku. Aku ket
ngga udara seakan tersedot dari paru-paruku. Kedua tanganku berusaha memukul
gela," desisnya. "Kalau kau mau mene
semakin mengencang di tenggorokanku. Dadaku terasa terbakar karena kek