Terpaksa Menikah Karena Kesalahpahaman
proyek yang menumpuk di depannya. Tekanan dari atasan dan klien membuatnya hampir kehilangan fokus. Namun ada satu h
ntang kehidupan pribadinya, apalagi soal Hendra. Rasanya seluruh dunia menatapny
suara lembut Hendra terdengar dari pint
aik," jawabnya singkat. Ia tidak ingin terlihat
"Aku tahu ini berat. Tapi kau tidak sendirian. Aku bisa menema
di baliknya. Ia menatap Hendra, sedikit bingung dengan perasaan yang munc
menghadapi masalah proyek mendadak. Ada perselisihan antara kontraktor dan
harus ke sana. Tapi la
k perlu khawatir tentang kemacetan atau siapa yang
an yang ia rasakan saat pria itu ada di sampingnya, berbeda dari pe
aktor saling tuduh, dan klien tampak sangat marah. Marissa berusaha menenangka
tenang, dan bahkan menyelesaikan konflik teknis dengan kontraktor. Marissa menatapnya dengan mata terbuka lebar.
kasi proyek, menatap Hendra. "Aku... aku tidak ta
s dilakukan. Aku ingin kau tetap fokus pada pekerjaa
ia membenci kenyataan pernikahannya, Hendra perlahan menembus pertahanan hatinya-ti
menatap langit yang mulai gelap. Angin malam membawa aroma hujan y
khirnya, suaranya rendah. "Tapi
sung menyukai semua ini. Aku hanya ingin kau tahu bahwa a
yadari satu hal: perjalanan mereka masih panjang, penuh ujian, gosip, dan tekanan dari dunia luar. Tapi malam itu, untuk pe
yang dipilihnya terasa nyaman tapi tetap elegan, cocok untuk kesempatan resmi. Namun hatinya berat
ana. Wajahnya tenang, namun matanya penuh perhatian. "Kau tampak si
ngah skeptis. "Aku tidak butuh
tahu. Tapi aku ingin memast
a menegangkan bagi Marissa karena ia sadar, gosip tentang pernikahannya suda
atap Marissa dengan penuh rasa ingin tahu. Marissa menahan napas, berusaha tetap profesional
kat dengan Hendra muncul di acara itu dan mulai menebar komentar sinis di depa
itu dengan dingin. "Aku rasa tidak ada yang
wanita itu tajam. "Kau sudah cukup
n wajah memerah. Marissa menatap Hendra, merasa campur aduk: lega, ka
ng mungkin memalukan atau mengancam. Marissa mulai menyadari satu hal: pria ini bukan sekadar suami
n percaya diri meski jantungnya berdebar. Saat ia selesai, tepuk tangan meriah terdengar, dan ia merasa
ndangi langit gelap. Angin malam membawa aroma bunga yang me
ata Hendra akhirnya. "Aku ta
rus berkata apa. Kau selalu ada di saat yang tep
n terima kasih. Aku hanya ingin kau tahu, aku ak
ngkapkan. Ia menyadari satu hal: perjalanan mereka masih panjang, tapi sedikit demi sedikit
an dokumen di meja kerjanya, merasa jantungnya berdebar lebih kencang dari biasanya. Sebuah proyek besar yang ia tan
nunda. Segala keputusan harus diambil hari itu juga. Ia mengangkat telepon, bersia
g. Aku bisa membantu," katanya sa
h skeptis. "Ini urusan profesiona
hanya ingin memastikan kau
t yang tepat, tanpa menuntut, tanpa menghakimi-hanya hadir. I
terus menekan melalui telepon. Marissa merasa hampir putus asa, tapi Hendra tetap tenang. Ia mulai berinteraksi dengan para pekerja,
a begitu cekatan dan sabar menghadapi masalah yang kompleks. Sedikit demi sedikit, ia mulai menyadari bahwa ke
r pusat. Ada isu yang mulai menyebar di media sosial, membahas pernikahannya dan meni
rissa. "Kau tidak perlu membiarkan hal itu meng
i untuk menenangkan publik dan meluruskan informasi yang salah. Hendra menulis pernyata
k di balkon, memandangi langit yang gelap tapi indah
uara lembut tapi tegang. "Tapi aku merasa sed
terima kasih. Aku hanya ingin kau tahu, aku selalu
hal: perjalanan mereka masih panjang, penuh ujian, gosip, dan tekanan dari dunia luar. Namun malam itu, untuk pertama
menenangkan. Namun di benaknya, kekacauan sudah menunggu. Sebuah email mendesak dari kantor pusat menegaskan adanya masalah serius dengan s
diri. "Aku harus fokus," gumamnya. Ia membuka laptop, menatap layar
mbawa secangkir kopi dan sebotol air mineral. W
an ada di sini, siap menolong jika dibutuhk
pas. "Terima kasih, Hendra. Tapi ini... ini
kad di matanya. "Aku tahu. Tapi aku hanya
g bermasalah. Nada bicaranya tegang, dan Marissa bisa merasakan ketegangan di seberang telepon. Beb
ke lokasi jika kau mau. Kita
uami yang dipaksakan menikahinya; pria itu memiliki kemampuan dan ketena
p tetes hujan seolah mencerminkan kekacauan yang menunggu di depan. Hendra tetap tena
fungsi sebagaimana mestinya, dan kontraktor terlihat panik. Marissa menelan ludah, mencoba me
enangkan para pekerja, dan bernegosiasi dengan kontraktor. Marissa menatapnya dengan mata terbelalak. Ia tid
asaran pada Hendra yang semakin menonjol hari itu. Ia sadar, pria ini bukan sekadar suami yang dipaksak
ssa duduk di balkon dengan segelas teh hangat. H
aranya pelan. "Tapi aku merasa sedikit lebih k
ukan. Aku tidak mengharapkan ucapan terima kasih. Aku ingin
al: perjalanan mereka masih panjang, penuh ujian, tekanan dari dunia luar, dan gosip yang tak berhenti. Namun malam itu, untuk