icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Terpaksa Menikah Karena Kesalahpahaman

Bab 4 meminta komentar tentang pernikahannya

Jumlah Kata:2021    |    Dirilis Pada: 06/11/2025

proyek yang menumpuk di depannya. Tekanan dari atasan dan klien membuatnya hampir kehilangan fokus. Namun ada satu h

ntang kehidupan pribadinya, apalagi soal Hendra. Rasanya seluruh dunia menatapny

suara lembut Hendra terdengar dari pint

aik," jawabnya singkat. Ia tidak ingin terlihat

"Aku tahu ini berat. Tapi kau tidak sendirian. Aku bisa menema

di baliknya. Ia menatap Hendra, sedikit bingung dengan perasaan yang munc

menghadapi masalah proyek mendadak. Ada perselisihan antara kontraktor dan

harus ke sana. Tapi la

k perlu khawatir tentang kemacetan atau siapa yang

an yang ia rasakan saat pria itu ada di sampingnya, berbeda dari pe

aktor saling tuduh, dan klien tampak sangat marah. Marissa berusaha menenangka

tenang, dan bahkan menyelesaikan konflik teknis dengan kontraktor. Marissa menatapnya dengan mata terbuka lebar.

kasi proyek, menatap Hendra. "Aku... aku tidak ta

s dilakukan. Aku ingin kau tetap fokus pada pekerjaa

ia membenci kenyataan pernikahannya, Hendra perlahan menembus pertahanan hatinya-ti

menatap langit yang mulai gelap. Angin malam membawa aroma hujan y

khirnya, suaranya rendah. "Tapi

sung menyukai semua ini. Aku hanya ingin kau tahu bahwa a

yadari satu hal: perjalanan mereka masih panjang, penuh ujian, gosip, dan tekanan dari dunia luar. Tapi malam itu, untuk pe

yang dipilihnya terasa nyaman tapi tetap elegan, cocok untuk kesempatan resmi. Namun hatinya berat

ana. Wajahnya tenang, namun matanya penuh perhatian. "Kau tampak si

ngah skeptis. "Aku tidak butuh

tahu. Tapi aku ingin memast

a menegangkan bagi Marissa karena ia sadar, gosip tentang pernikahannya suda

atap Marissa dengan penuh rasa ingin tahu. Marissa menahan napas, berusaha tetap profesional

kat dengan Hendra muncul di acara itu dan mulai menebar komentar sinis di depa

itu dengan dingin. "Aku rasa tidak ada yang

wanita itu tajam. "Kau sudah cukup

n wajah memerah. Marissa menatap Hendra, merasa campur aduk: lega, ka

ng mungkin memalukan atau mengancam. Marissa mulai menyadari satu hal: pria ini bukan sekadar suami

n percaya diri meski jantungnya berdebar. Saat ia selesai, tepuk tangan meriah terdengar, dan ia merasa

ndangi langit gelap. Angin malam membawa aroma bunga yang me

ata Hendra akhirnya. "Aku ta

rus berkata apa. Kau selalu ada di saat yang tep

n terima kasih. Aku hanya ingin kau tahu, aku ak

ngkapkan. Ia menyadari satu hal: perjalanan mereka masih panjang, tapi sedikit demi sedikit

an dokumen di meja kerjanya, merasa jantungnya berdebar lebih kencang dari biasanya. Sebuah proyek besar yang ia tan

nunda. Segala keputusan harus diambil hari itu juga. Ia mengangkat telepon, bersia

g. Aku bisa membantu," katanya sa

h skeptis. "Ini urusan profesiona

hanya ingin memastikan kau

t yang tepat, tanpa menuntut, tanpa menghakimi-hanya hadir. I

terus menekan melalui telepon. Marissa merasa hampir putus asa, tapi Hendra tetap tenang. Ia mulai berinteraksi dengan para pekerja,

a begitu cekatan dan sabar menghadapi masalah yang kompleks. Sedikit demi sedikit, ia mulai menyadari bahwa ke

r pusat. Ada isu yang mulai menyebar di media sosial, membahas pernikahannya dan meni

rissa. "Kau tidak perlu membiarkan hal itu meng

i untuk menenangkan publik dan meluruskan informasi yang salah. Hendra menulis pernyata

k di balkon, memandangi langit yang gelap tapi indah

uara lembut tapi tegang. "Tapi aku merasa sed

terima kasih. Aku hanya ingin kau tahu, aku selalu

hal: perjalanan mereka masih panjang, penuh ujian, gosip, dan tekanan dari dunia luar. Namun malam itu, untuk pertama

menenangkan. Namun di benaknya, kekacauan sudah menunggu. Sebuah email mendesak dari kantor pusat menegaskan adanya masalah serius dengan s

diri. "Aku harus fokus," gumamnya. Ia membuka laptop, menatap layar

mbawa secangkir kopi dan sebotol air mineral. W

an ada di sini, siap menolong jika dibutuhk

pas. "Terima kasih, Hendra. Tapi ini... ini

kad di matanya. "Aku tahu. Tapi aku hanya

g bermasalah. Nada bicaranya tegang, dan Marissa bisa merasakan ketegangan di seberang telepon. Beb

ke lokasi jika kau mau. Kita

uami yang dipaksakan menikahinya; pria itu memiliki kemampuan dan ketena

p tetes hujan seolah mencerminkan kekacauan yang menunggu di depan. Hendra tetap tena

fungsi sebagaimana mestinya, dan kontraktor terlihat panik. Marissa menelan ludah, mencoba me

enangkan para pekerja, dan bernegosiasi dengan kontraktor. Marissa menatapnya dengan mata terbelalak. Ia tid

asaran pada Hendra yang semakin menonjol hari itu. Ia sadar, pria ini bukan sekadar suami yang dipaksak

ssa duduk di balkon dengan segelas teh hangat. H

aranya pelan. "Tapi aku merasa sedikit lebih k

ukan. Aku tidak mengharapkan ucapan terima kasih. Aku ingin

al: perjalanan mereka masih panjang, penuh ujian, tekanan dari dunia luar, dan gosip yang tak berhenti. Namun malam itu, untuk

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka