Setiap Rahasiamu Akan Kubongkar
/0/29464/coverbig.jpg?v=20251113002445&imageMogr2/format/webp)
i itu tidak mampu menenangkan gelisah yang terus membara di dadanya. Mata cokelatnya yang tajam menatap ba
ehidupan rumah tangganya. Selina tahu, Dina bukanlah wanita biasa. Ia penuh ambisi, manipulatif, dan
mbuat pria itu begitu mudah terpesona. Selina menekankan rahang, menahan dorongan amarah yang hampir keluar begitu saja. Selina tida
lalu rapi kini sedikit berantakan, tapi bagi Selina, itu tidak menambah daya
us. Ada apa?" Rafael men
n hati-hati, karena kali ini ia tidak bisa lagi
u disebut, ada sesuatu yang akan berubah dala
a tempat di hidupmu. Jika kau ingin aku tetap di sini, aku butuh kau mengambil keputusan. Entah kau menegaskan bahwa aku satu-s
anya, campuran antara ketertarikan dan rasa bersalah. "Selina, aku.
anita yang tidak seharusnya kau biarkan merusak kebahagiaan kita," Selina men
secara diam-diam. Dina tahu, langkah selanjutnya harus lebih cerdik, lebih halus. Ia bukan tipe yang menyerah begitu saja.
perlakuan ayahnya, tatapan cemas ketika melihat Dina lewat di dekat rumah mereka, bahkan dalam pesta kecil
Selina duduk di samping Alya. "Alya... kau tahu kan, Ibu se
selimut. "Aku... aku tahu, Bu. Tapi ken
um menjawab. "Kadang, orang dewasa membuat kesalahan. Tapi Ibu janji, a
tu mulai berkaca-kaca. "Tapi Bu...
k akan kehilangan satu sama lain. Aku ja
terkadang 'tidak sengaja' muncul di kantor Rafael. Selina mulai menyusun strategi. Ia tidak hanya ingin melindungi keluarga
at, Dina terlalu berani dan terlalu licik untuk dibiarkan begitu saja. Bersama, mereka merencanakan l
da rasa bersalah yang menusuk. Dina tidak hanya hadir sebagai wanita yang memikat; ia juga mulai men
yerang secara terang-terangan; ia menggunakan pendekatan yang lebih halus, memanfaatkan kekuatan informasi,
baru ini, tapi tetap ada rasa cemas yang membayangi. Selina, di sisi lain, mulai merasakan
rumah tangga ini bukan medan permainan. Bahwa cinta, keluarga, dan harga diri tidak bisa dirampas begitu saja. Dan ketika
yum tipis di bibirnya. Perjuangan baru saja dimulai, dan ia siap menghadapi
ya yang sesungguhnya datang dari dalam diri sendiri. Dan kali ini, ia ti
nnya berkecamuk. Hari itu bukan hari biasa; ada undangan dari perusahaan Rafael untuk menghadiri jamuan makan malam eks
lihat Selina mendekat.
ikan semuanya berjalan baik. Aku tidak ak
"Aku tahu kau ingin melindungiku... tapi kadang aku
iti atau tidak. Ini soal keadilan. Aku tidak bisa membiarkan wanita itu merusak
sok Dina. Wanita itu tampak menawan dalam gaun merah marun, senyum tipisnya menghiasi wajahn
lihatmu datang. Aku pikir kau akan menghind
semuanya tetap profesional. Aku tidak ingin ada hal yan
tanya. "Profesional? Itu lucu. Aku hanya ingin...
n dari Rafael. Jangan lupa siapa yang menjaga rumahnya, sia
eolah menantang. "Aku h
tidak akan cukup. Ia tahu h
erlihat tidak nyaman di dekat Dina. Setiap kali Dina tersenyum atau menatapnya dengan cara tertentu, Rafael tampa
Alya sudah menunggu di ruang tamu dengan buku di tangan, waj
, sayang. Ibu senang kau tidak ikut, karena
ku melihat Dina... dia menatap Ayah dengan cara
api jangan khawatir. Ibu akan memastikan dia tid
ial Rafael. Kata-katanya manis, tapi maksudnya jelas: ia ingin merusak keharmonisan rumah
ita bernama Veronica, untuk membantunya menghadapi situasi ini. Veronica tiba di ru
in pintar," kata Veronica sambil membuka laptop. "Kau harus tahu, setiap kata,
a Veronica, mereka menyusun rencana untuk menenangkan Rafael tanpa membuat
n selalu satu langkah di depan. Usahanya untuk memancing Rafael menjadi sia-sia. Namun, ia tidak menyerah. Dina mulai
u, ketika mereka duduk di balkon rumah, Selina berkata, "Rafael, aku tahu kau mungkin merasa bingung. Tapi kau harus tahu, kita harus menghadapi ini bersama.
. aku ingin melakukan yang benar, Selina.
Tapi jika kita sadar dan bertindak bersama, kita bisa menghadapi semu
-kata Selina. Namun di sudut pikirannya, ia masih merasa dile
van dan tak tergantikan. Dina terus mencoba, tapi semakin agresif, semakin mudah diprediksi. Setiap langkahnya kini dipantau, setiap kata-katanya dianalis
kamarnya. "Bu... aku ingin membantu.
i ini urusan orang dewasa. Kau cukup kuat denga
i ayahnya dengan Dina. Selina melihat semangat itu dan merasa bangga. Ia tahu, me
an teror lebih besar, tapi kini Selina lebih siap. Ia tidak hanya bertahan; ia merencanakan langkah-langkah yang akan memastikan
egala keraguan yang sempat muncul. Ia siap, bukan hanya untuk Rafael atau Dina, tetapi untuk masa
ia tidak akan berhenti. Tapi kali ini, Selina tersenyum. Kali ini,