Ketika Rencana Jahatmu Kembali Kepadamu
kini jadi tempat tinggal Maura. Hembusan angin malam membawa aroma tanah basah, berpadu den
apas berat, kadang ancaman halus yang membuat darahnya dingin. Awalnya ia pikir itu hanya candaan orang tak bertanggung jawab. Tapi ketika sebuah surat berisi potongan
iran. "Kau harus berhati-hati, Maura. Ini sudah bukan sekadar gosip. Keluarga Santoso tak akan tinggal d
bicara yang sebenarnya, Kek. Aku tak mau jadi bagian dari kebohonga
ih cepat daripada kebohongan," jawab sang kakek
an keluarganya. Tapi siapa sangka, pria itu kini justru menjadi sosok paling me
kenal: "Datang ke taman belakang jam tujuh malam
alam dirinya menolak untuk terus bersembunyi. Ia menggenggam ponsel erat, menatap
ter di tangan. Angin menusuk kulit, ranting pohon berderak, dan aroma lembab tanah menambah
suaranyl hitam. Sorot matanya tajam namun penuh kesedihan. "Aku tak sehar
elangkah sedikit lebih
Mereka marah karena kau membuka data interna
ari, Ravel. Aku
ka peduli siapa benar atau salah? Dunia yang mereka jalani hanya mengenal d
a jiwa yang saling terluka. Ravel menatap Maura lama, seolah m
"Dan aku pantas dibenci. Tapi biarkan aku me
aku butuh perlindunganmu? Se
tru kare
perang dengan dirinya sendiri. "Aku pernah diam saat mereka menghancurkan
unduk, jantung berdegup kencang. Dari balik pagar, dua mobil hitam berhen
ik tangan Maura. "Ce
luru melesat melewati pundak Ravel, mengenai dinding rumah bagian luar. Ia me
k melihat darah mengalir dari
s. "Dengar, mereka tak akan berhenti malam i
kau tahu semua ini? Apagus sakit hati. "Aku pernah jadi bagian dari mer
erangi oleh cahaya lilin di ruang tamu. Maura duduk di lantai, menatap Ravel yang tengah mensterilkan luka
engan suara parau. "Kau tahu keberadaanmu
u tahu, dulu aku pernah melihat bagaimana mereka menyingkirkan seseorang han
r bisa menebus semua dos
enahan emosi. "Tidak. Tapi setidaknyaman. Ravel berdiri cepat, memberi isyarat agar Maura tetap diam. Ia merai
kaca. Seseorang mencoba membuka pintu belakang, tapi te
e arah dapur. "Lewat pi
lang, tapi rasa takut membuat adrenalin Maura memuncak. Begitu mereka t
ubuhnya gemetar. "Ravel, sa
di sampingnya. "Sampai aku bisa me
etelah
, aku akan pergi. Karena aku tahu, keberadaanku hanya
ingin marah, tapi juga ingin berterima kasi
ius di salah satu gudang milik Santoso Group. Beberapa orang dila
uara, pikirannya kosong. Ia
pelan. "Apa yang s
gan pakaian baru dan ekspresi d
ak percaya. "Kau m
n sorot mata yang sama seperti semalam-gelap,
" katanya akhirnya. "Dan mereka harus tahu kalau menyent
dan terenyuh. "Kau pikir membalas denga
Tapi setidaknya api itu membua
n dikirim ke ponsel Maura berisi foto rumah Kakek Bram dengan k
enelpon Ravel, tapi suaranya tercekatsana. Tapi mereka mulai berani menyerang w
kukan? Aku tak bisa terus
akhir kalinya," ucap Ravel tegas. "
gan air mata berlina
a perlahan. "Mungkin. Tapi kalau aku tak mela
tegang terasa kental. Ravel melangkah masuk ke ruang rapat utama ta
n senyum dingin. "Jadi akhirnya kau memutuskan menunjukkan waja
kan tangan. "J
lawan sekarang? Setelah m
dengan kerakusan dan kebohongan. Aku hanya menghentikan
r dunia peduli? Selama kami punya
atap taja
rkan flashdisk kecil dan melemparkannya ke meja. "Semua data kebusukan kalian ada di situ. Suda
erubah. "Kau benar
in. Tapi kali ini, aku anak b
tapi luka jiwa. Ia tahu langkahnya tak bisa diundur. I
enuh kecemasan. Saat Ravel membuka pintu,
kau bisa terb
itu dengan tenang. "Kalau itu harga yang
kan karena ketakutan, tapi karena rasa lega yang aneh-seolah badai mula
menatap mereka dari balik kaca mobil, sambil berkata dingin ke telepon, "Ki
aru pun ber