icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Ketika Rencana Jahatmu Kembali Kepadamu

Ketika Rencana Jahatmu Kembali Kepadamu

Penulis: Nuranisah
icon

Bab 1 pekerjaan pertamanya

Jumlah Kata:2195    |    Dirilis Pada: 01/11/2025

alamannya; gedung-gedung menjulang, lampu jalan berkilau, dan suara kendaraan bergemuruh di setiap sudut jalan. Hatinya campur aduk antara

guru taman kanak-kanak. Mereka menanamkan nilai kejujuran, kerja keras, dan kesederhanaan dalam diri Maura. Tapi kehidupa

enarik koper kecilnya dengan langkah ringan tapi hati berdebar.

ng akan membawa Anda ke rumah keluarga Sa

a menatap mobil hitam mengilap itu dan menyadari betapa jauh be

cara, hanya sesekali menunjuk gedung pencakar langit atau taman kota yang rapi. Maura mencoba menenangkan diri, mengatur

i tinggi dengan ukiran emas, taman luas dengan bunga-bunga yang rapi, dan patu

mahnya sebesar ini," gumamnya pe

umah utama keluarga Santoso, Nona. B

a bunga. Mereka menatapnya sekilas, beberapa dengan senyum sopan, beberapa lagi dengan tatapan penasara

u kristal menggantung di langit-langit, lantai marmer yang berkilau, dan lukisan-lukis

aura. Saya Ibu Laras, manajer rumah tangga di sini. Anda pasti Maura Laksmi, pegawai b

n Ibu," jawab Maura, suaranya

ional, dan kita akan membimbing Anda. Tapi saya harus jujur, rumah ini besar, dan kehidupan

ik, Ibu. Saya akan be

-ruangan, kantor keluarga, ruang tamu utama, dan area pribadi para pegawai. Maura memperhat

Tapi jangan khawatir, dia biasanya tidak banyak bicara kepada pegawai baru. Tugas A

semakin berdebar. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi

t dan mewah. Maura sibuk menata dokumen dan beberapa catatan administrasi

Maura menahan napas saat seorang pria tinggi, berpakaian rapi namun

ngan mata gelap yang menusuk, namun ada sesuatu yang berbeda

tersenyum miring, namun matanya penuh dengan

berat dan serak, "

n dokumen di tangannya. "Y-ya, Tua

napasnya terasa panas dan aroma alkohol semakin kuat. Maura

avel, matanya menyala samar. Maura tidak sempat men

ng membuatnya trauma hingga ia memutuskan pulang ke rumah kakek dan neneknya. Suara Ravel yang mabuk,

nia runtuh di sekelilingnya. Semua impian, pekerjaan baru, dan harapan masa depannya terasa hancu

nenek dan kakeknya. Ia membantu neneknya menyiapkan makanan, menjaga taman, dan belajar menenangk

untuk memeriksakan diri ke dokter. Hatinya berdebar kencang, takut dan penasaran sekal

gan gemetarnya sendiri, mencoba memahami kenyataan yang baru saja dihadapinya. Ia

es di pipinya. Ia tahu hidupnya akan berubah selamanya. Pertanyaannya sekarang adalah: A

nya akan menentukan seluruh masa depannya. Trauma, rasa takut, dan ketidakpastian bercam

s yang pernah takut menghadapi dunia, kini menyadari bahwa ia tidak bisa lari dari kenyataan. Ia harus berdiri, me

p-kelip, Maura memutuskan sesuatu: Ia tidak akan membiarkan trauma atau

telah mengubah hidupnya malam itu, belum selesai

tu besar yang menekan dadanya. Beberapa hari terakhir ia habiskan dengan menenangkan diri, memikirkan langkah apa yang harus diambil. Bayangan Rav

ka selalu penuh pertanyaan yang tak terucap. Maura tahu mereka mencintainya, tapi ia juga tahu, mereka takut ma

dari dapur. "Sarapan sudah si

"Baik, Nenek," jawabnya pelan, suaranya nyar

nya. Maura mencoba fokus pada makanannya, tapi pikirannya melayang pada situasi yang menimpanya. Ia merasa dunia telah berubah dalam sek

wajahnya, dan sejenak ia merasa tenang. Namun ketenangan itu cepat terganggu oleh bayangan masa depan yang membayangi: bagaimana

sebagai gadis kuat, tapi sekarang, kekuatan itu diuji dengan cara yang tak pern

bergetar. Layar menampilkan nama yang membua

nutupnya, tapi rasa ingin tahu dan dorongan n

g dari malam itu, tapi tetap berat dan sul

jawab Maura, menahan

elah hening beberapa detik. "Bisa kita

begitu saja diabaikan. Ada tanggung jawab yang belum diselesaikan-atau setidaknya, Maura

kat. "Tapi aku ingin bic

h lokasi itu karena ia merasa lebih nyaman dibandingkan berada di rumahnya atau rumah keluarg

menggenggam secangkir teh hangat, dan menatap bunga-bunga yang mulai layu karena sinar matahari pagi. Ia ber

tetap bergetar. Kafe itu tidak terlalu ramai. Hanya beberapa pengunjung yang duduk sendiri atau berdua, menikmati

t, tetapi mata itu-mata yang dulu membuatnya takut-kali ini terl

mbut tapi tegas. "Terima kasi

"Kau tahu kenapa aku di sini," katanya singkat. "A

k bisa mengubah malam itu, Maura. Tapi aku ingin bert

ga, tapi juga kemarahan yang membara. "Membantu? Bagaimana caramu membantu? Kau tida

hanya dengan kata-kata. Aku ingin memastikan kau dan anak itu tidak

tapi ada sesuatu dalam nada suaranya yang membuatnya sulit mengabaikan. Ia

"Aku tidak akan terburu-buru mengambil keputusan. Ini bu

ta itu. "Aku mengerti. Aku akan me

pikiran. Ia sadar, kehadiran Ravel tidak bisa diabaikan, tapi ia juga sadar bahwa memilih bergantung padanya bisa

i mencatat segala hal yang perlu dipersiapkan sebagai calon ibu tunggal. Dari perlengkapan bayi hingga tabungan untuk pendidikan

. Bisik-bisik mulai terdengar, tatapan penuh pertanyaan, dan komentar samar yang membuatnya merinding. Mau

cemas, dan tekad. Ia tahu hidupnya tidak akan sama lagi. Anak ini, buah dari malam yang kelam itu, adalah tanggung jawabnya sekarang. Da

dirinya sendiri, "Aku akan kuat. Aku harus kuat. Ini bukan hany

ng mulai layu, Maura Laksmi menyadari satu hal: perjuangan hidupnya baru saja d

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka