Ketika Rencana Jahatmu Kembali Kepadamu
an hatinya. Setiap langkah menuju pasar kecil di dekat rumah kakek dan neneknya, setiap senyum tetangga, bahkan suara anak-anak yang bermain di
tidak terlalu lama berada di antara tatapan orang-orang. Tapi bisik-bisik samar selalu meny
itu, dia s
menikah, bisa dibayan
gunanya membalas. Ia tahu melawan gosip dengan kata-kata hanya a
gan mata penuh kekhawatiran. "Maura, kau t
"Hanya... orang-orang sa
terlalu keras pada dirimu sendiri. Mereka tidak tahu apa-
ak hanya menghadapi pandangan masyarakat, tetapi juga pertanyaan yang belum terjawab tentang Ravel. Apakah ia bisa percay
dari Ravel. Isi pesannya singkat tapi
Aku ingin bertemu lagi. Aku ingi
penasaran yang sulit diabaikan. Ia tahu ia harus memikirkan langkahnya dengan hati-
rat: kali ini, harus di tempat yang aman dan terbuka. Tida
ta, dengan jendela besar yang memungkinkan ia mengamati orang-orang di luar. Ia memilih
aura serius yang membuat Maura sedikit terkejut. Ia menyadari, pria ini bukan hanya Ravel yang mabuk
uduk di seberangnya. Suaranya datar, t
ku datang karena harus. Buk
mendapatkan niat baikmu, Maura. Tapi aku ingin kau tahu, aku benar-bena
k. Ia tahu Ravel bukan pria sembarangan. Keluarga Santoso terkenal berkuasa dan berpengaruh. Jika Ravel benar-benar ing
ertanggung jawab?" tanya Maur
yang perlu untuk memastikan kau tidak kesulitan. Keuangan, keamanan,
it rasa lega. Ia tahu ini adalah kesempatan untuk menyusun strategi, untuk melihat
nya. "Dan aku ingin kau tahu, aku tidak mudah percaya. Aku ti
ku akan menunggu seberapa lama pun
ga karena Ravel menunjukkan keseriusan, tapi ia juga sadar, membuka kembali interaksi dengannya
n bayi, mulai merencanakan tabungan, dan menyiapkan hal-hal kecil yang bisa ia lakukan sendiri. I
isamarkan sebagai pertanyaan semakin membuatnya waspada. Maura belajar menahan diri, tersenyum sop
enak. Angin malam menyapu wajahnya, dan ia berpikir tentang masa depan. Ia tahu tantangan tidak akan ber
diambil akan dipikirkan dengan hati-hati, setiap keputusan harus matang. Maura Laksmi, gadis yang
akan bertahan. Tidak peduli seberapa sulit jalan yang menanti, ia akan tetap berdiri untuk d
i. Ia tahu, Maura tidak akan mudah percaya, dan setiap kata yang ia ucapkan harus dibuktikan dengan tindakan. Perjalanan mereka baru
lebih awal dari biasanya, seperti biasa ia duduk di tepi ranjang, menatap cahaya matahari yang menembus tirai tipis.
p langkah harus diperhitungkan, setiap interaksi dengan orang lain harus dipikirkan matang-matang. Ia tidak
ertawa riang tanpa beban. Sementara ia, Maura, harus menghadapi pandangan masyarakat yang tajam, bisik-b
ruh roti hangat di meja. "Maura, kau terl
"Sudah, Nek. Aku hanya-
ian. "Aku tahu ini tidak mudah, sayang. Tapi kau harus percaya pa
Di balik rasa takut dan cemas, ada kekuatan yang perlahan tumbuh. Ia h
i. Ia memilih berjalan kaki meskipun harus menempuh jarak cukup jauh, karena udara pagi me
h sekarang," salah seorang ibu-ibu be
isa dipastikan itu anak lu
mpur menjadi satu, tapi ia tidak bisa membiarkan dirinya terbawa emosi. Ia tahu, membalas kata
ersusun. Ia menyentuh satu per satu pakaian, memilih yang terbaik untuk anaknya, walaupun hatinya masi
oko, ponselnya bergetar.
gu di kafe. Aku i
ria itu, meskipun hatinya penuh rasa cemas. Ia menulis balasan singk
ruangan. Maura memilih duduk di sudut, memastikan jarak dan pandangan yang aman. Ravel datang tak lama kemudian, w
mengulang kesalahan. Aku ingin menunjukkan bahwa aku serius, bahwa ak
pikir ini soal meminta kesempatan? Aku
kti itu akan datang, Maura. Aku akan men
duduk diam, seperti mencoba membaca pikiran satu sama lain. Maura sadar, pria ini bukan sekadar pria yang mabu
mudah percaya pada siapa pun. Dan aku tidak ingin bergantung padamu. Anak ini
ingin menggantikanmu. Aku hanya ingin memastik
i berat, tapi ada rasa lega yang samar karena setidaknya Ravel menunju
kanan dari masyarakat, rasa takut menghadapi Ravel, dan tanggung jawab menjadi seorang ibu membuatnya hampir putus asa. Tapi di dalam dirinya, ada tekad ya
ampaikan pertanyaan yang menyiratkan gosip tentang dirinya. Maura menyambut mereka dengan senyum sopan, tapi hatinya berde
la hal, dari kebutuhan anak, strategi menghadapi masyarakat, hingga kemungkinan tindakan Ravel.
pan bayi, dan menjaga diri dari tekanan sosial yang semakin nyata. Ia mulai memahami bahwa kekuatan sejati bukan hanya da
n penuh ketegangan. Maura tahu setiap pertemuan dengannya akan membawa dilema
rjalanan hidupnya bersama anak yang akan lahir ini tidak akan mudah. Akan ada gosip, tekanan, dan konflik yang
nyesalan. Ia tahu, Maura tidak akan mudah percaya. Setiap kata yang ia ucapkan harus