Ketika Rencana Jahatmu Kembali Kepadamu
/0/29463/coverbig.jpg?v=47dae4f4b79f01a3af52cf788c3df977&imageMogr2/format/webp)
alamannya; gedung-gedung menjulang, lampu jalan berkilau, dan suara kendaraan bergemuruh di setiap sudut jalan. Hatinya campur aduk antara
guru taman kanak-kanak. Mereka menanamkan nilai kejujuran, kerja keras, dan kesederhanaan dalam diri Maura. Tapi kehidupa
enarik koper kecilnya dengan langkah ringan tapi hati berdebar.
ng akan membawa Anda ke rumah keluarga Sa
a menatap mobil hitam mengilap itu dan menyadari betapa jauh be
cara, hanya sesekali menunjuk gedung pencakar langit atau taman kota yang rapi. Maura mencoba menenangkan diri, mengatur
i tinggi dengan ukiran emas, taman luas dengan bunga-bunga yang rapi, dan patu
mahnya sebesar ini," gumamnya pe
umah utama keluarga Santoso, Nona. B
a bunga. Mereka menatapnya sekilas, beberapa dengan senyum sopan, beberapa lagi dengan tatapan penasara
u kristal menggantung di langit-langit, lantai marmer yang berkilau, dan lukisan-lukis
aura. Saya Ibu Laras, manajer rumah tangga di sini. Anda pasti Maura Laksmi, pegawai b
n Ibu," jawab Maura, suaranya
ional, dan kita akan membimbing Anda. Tapi saya harus jujur, rumah ini besar, dan kehidupan
ik, Ibu. Saya akan be
-ruangan, kantor keluarga, ruang tamu utama, dan area pribadi para pegawai. Maura memperhat
Tapi jangan khawatir, dia biasanya tidak banyak bicara kepada pegawai baru. Tugas A
semakin berdebar. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi
t dan mewah. Maura sibuk menata dokumen dan beberapa catatan administrasi
Maura menahan napas saat seorang pria tinggi, berpakaian rapi namun
ngan mata gelap yang menusuk, namun ada sesuatu yang berbeda
tersenyum miring, namun matanya penuh dengan
berat dan serak, "
n dokumen di tangannya. "Y-ya, Tua
napasnya terasa panas dan aroma alkohol semakin kuat. Maura
avel, matanya menyala samar. Maura tidak sempat men
ng membuatnya trauma hingga ia memutuskan pulang ke rumah kakek dan neneknya. Suara Ravel yang mabuk,
nia runtuh di sekelilingnya. Semua impian, pekerjaan baru, dan harapan masa depannya terasa hancu
nenek dan kakeknya. Ia membantu neneknya menyiapkan makanan, menjaga taman, dan belajar menenangk
untuk memeriksakan diri ke dokter. Hatinya berdebar kencang, takut dan penasaran sekal
gan gemetarnya sendiri, mencoba memahami kenyataan yang baru saja dihadapinya. Ia
es di pipinya. Ia tahu hidupnya akan berubah selamanya. Pertanyaannya sekarang adalah: A
nya akan menentukan seluruh masa depannya. Trauma, rasa takut, dan ketidakpastian bercam
s yang pernah takut menghadapi dunia, kini menyadari bahwa ia tidak bisa lari dari kenyataan. Ia harus berdiri, me
p-kelip, Maura memutuskan sesuatu: Ia tidak akan membiarkan trauma atau
telah mengubah hidupnya malam itu, belum selesai
tu besar yang menekan dadanya. Beberapa hari terakhir ia habiskan dengan menenangkan diri, memikirkan langkah apa yang harus diambil. Bayangan Rav
ka selalu penuh pertanyaan yang tak terucap. Maura tahu mereka mencintainya, tapi ia juga tahu, mereka takut ma
dari dapur. "Sarapan sudah si
"Baik, Nenek," jawabnya pelan, suaranya nyar
nya. Maura mencoba fokus pada makanannya, tapi pikirannya melayang pada situasi yang menimpanya. Ia merasa dunia telah berubah dalam sek
wajahnya, dan sejenak ia merasa tenang. Namun ketenangan itu cepat terganggu oleh bayangan masa depan yang membayangi: bagaimana
sebagai gadis kuat, tapi sekarang, kekuatan itu diuji dengan cara yang tak pern
bergetar. Layar menampilkan nama yang membua
nutupnya, tapi rasa ingin tahu dan dorongan n
g dari malam itu, tapi tetap berat dan sul
jawab Maura, menahan
elah hening beberapa detik. "Bisa kita
begitu saja diabaikan. Ada tanggung jawab yang belum diselesaikan-atau setidaknya, Maura
kat. "Tapi aku ingin bic
h lokasi itu karena ia merasa lebih nyaman dibandingkan berada di rumahnya atau rumah keluarg
menggenggam secangkir teh hangat, dan menatap bunga-bunga yang mulai layu karena sinar matahari pagi. Ia ber
tetap bergetar. Kafe itu tidak terlalu ramai. Hanya beberapa pengunjung yang duduk sendiri atau berdua, menikmati
t, tetapi mata itu-mata yang dulu membuatnya takut-kali ini terl
mbut tapi tegas. "Terima kasi
"Kau tahu kenapa aku di sini," katanya singkat. "A
k bisa mengubah malam itu, Maura. Tapi aku ingin bert
ga, tapi juga kemarahan yang membara. "Membantu? Bagaimana caramu membantu? Kau tida
hanya dengan kata-kata. Aku ingin memastikan kau dan anak itu tidak
tapi ada sesuatu dalam nada suaranya yang membuatnya sulit mengabaikan. Ia
"Aku tidak akan terburu-buru mengambil keputusan. Ini bu
ta itu. "Aku mengerti. Aku akan me
pikiran. Ia sadar, kehadiran Ravel tidak bisa diabaikan, tapi ia juga sadar bahwa memilih bergantung padanya bisa
i mencatat segala hal yang perlu dipersiapkan sebagai calon ibu tunggal. Dari perlengkapan bayi hingga tabungan untuk pendidikan
. Bisik-bisik mulai terdengar, tatapan penuh pertanyaan, dan komentar samar yang membuatnya merinding. Mau
cemas, dan tekad. Ia tahu hidupnya tidak akan sama lagi. Anak ini, buah dari malam yang kelam itu, adalah tanggung jawabnya sekarang. Da
dirinya sendiri, "Aku akan kuat. Aku harus kuat. Ini bukan hany
ng mulai layu, Maura Laksmi menyadari satu hal: perjuangan hidupnya baru saja d