icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Skandal di Tengah Pre-Wedding

Bab 2 Hari pertama tinggal serumah

Jumlah Kata:2886    |    Dirilis Pada: 29/10/2025

pria asing itu terasa seperti mema

ltava. Rumah itu tampak seperti perpaduan antara museum dan laboratorium, dengan dinding

g, lalu menoleh ke arah Nayra ya

arang mungkin juga rumahmu sementara,"

ang tiba-tiba tak karuan. Ia menatap koper besar yang ditentengnya,

sih sudah menampungku" atau "maaf atas semu

an langit-langit tinggi dan rak buku menjulang sampai hampir menyentuh atap. Ada meja besar di

di meja itu," kata El

Aku bahkan belum m

a penyesalan," balasnya ringan

nggungnya, antar

alan, dari nada suaranya yang tenang tapi berwibawa, dan dari bagaiman

sebesar ini?" tanya Nayra akhi

asisten yang datang dua kali seming

arannya

yebutnya

"Kau selalu menjawab se

spiral di sisi kanan ruang tamu, lalu berkata tanpa menoleh, "Kama

ang baru saja pura-pura berpacaran di depan dunia. Nayr

lembut dari langit-langit, jendela menghadap ke sungai, d

kasur. Ia membuka ritsletingnya pelan, mengeluarkan

bulan tinggal bersama pria yang ba

dari redaktur majalahnya sudah menumpuk, semuanya menanyakan

ami hanya butuh waktu. Tolong jang

h jendela. Di luar, sinar matahari sore mulai menguning, memantul di permukaa

hanya mimpi. Bahwa ketika ia membuka mata nanti, ia sudah kembali

dari luar kamar mengem

malam," kata suara bera

epat. "Apa? Kau

u meninggalkan m

O

lama," lanjutnya, sebe

ertutup. "Aku mulai merasa tingg

oratorium sains. Ada peralatan masak lengkap, tapi di sisi lain meja terd

aca sesuatu di tablet, sementara dua

anggang. Sederhana, t

anya tanpa meng

rik kursi

beberapa saat, hanya terdengar

tahan lagi. "Kau tidak aka

harus ku

atu yang dilakukan dua ora

, menatapnya datar. "Aku tidak tah

"Astaga, ini akan jadi enam bu

gkat bahu. "Anggap

. "Kau bahkan tidak ta

dak ber

ndok ke wajah pria i

u hal. Kenapa kau mau repot-repot membuat perjanjian

sendok, lalu be

ng aku capai selama sepuluh tahun bisa hancur karena satu video vir

ya dingin,

awahnya, menunduk. "Aku

i akhirnya berkata pelan, "Kau bukan perempuan pertama yang menyesal karena keputusan i

di ujung bibirnya. Hanya sepersekian deti

bisa tersenyum juga

ap tablet. "Jangan

, Nayra s

muncul lagi. Ia masih bisa mengingat betapa sakitnya peras

kamar. Dari luar jendela, terdengar suara jam g

sweater, dan berjalan

kerja Elias

kecil. Rambutnya sedikit berantakan, kacamata melorot di ujung hidung, dan wajahnya tam

segini?" tanyanya pe

ekilas. "Kau ti

k terbiasa tidur

lah. Jangan mondar-m

, Nayra merasa diperbolehkan. Ia duduk di ku

ng apa?" tanyanya s

di Eropa Timur. Aku mencoba memetakan ulang jalur

arannya

memang

si gaun, parfum, dan deadline. Dunia kau diisi peta dan

itu sebabnya dunia suka cerita

rhatikannya dengan seksama-caranya menulis dengan tangan kiri, caranya mengerutkan kening

a kau... begini," u

gin

Dingin, tapi..

pelan. "Kau ber

n memudahkan kalau

i ini lebih tulus. "Kau tidak akan bisa membenciku lama-la

ngar sombong, tapi justru m

a kalinya, tawa

hidupan mereka mulai me

uaikan diri dengan suasana rumah yang sunyi tapi tenang. Ia mulai menulis artikel freelance dari mej

menyeduh kopi hitam, sementara Nayra memilih teh chamomile

unya pacar?" tanya Nayra suatu pagi

Kenapa semua orang selalu tertarik

bagian dari

suka jadi p

tawa. "Kau terlalu serius

uluh, bukan

ak kelihata

arah, tapi pria itu j

in kau

lias sedang memeriksa artefak kecil di tangan, seme

dupan yang stabil. Pekerjaan bagus, pasangan yang setia, rumah

nya. "Kau masih dirimu sendiri. Hany

han da

dunia tidak seindah

as, mencoba membaca sesuatu di matanya-tapi yang ia temukan justru kete

ra pelan. "Kau perna

nya masa lalu. Tapi sebagian dari kami memilih menyimpan

"Aku belum bis

ti, bisa. Tapi

diam, menikmati senj

nti di antara dua jiwa yang sama

uang kerjanya, Nayra duduk di tepi tempat

i k

seburuk y

awal dari sesuatu, atau hanya

atap lampu yang mulai re

kin, hidupnya sedan

ma kalinya, Nay

lalui. Di balik jendela kaca besar apartemen Elias Marek, matahari menembus perlahan, membias

atap kamarnya di Jakarta. Bukan juga hotel tempatnya seharusnya menginap bers

tektur Eropa Timur, lampu gantung bergaya antik, dan

epatu terdengar

ia

enatap. Ia meletakkan secangkir kopi hitam di meja

mpatku tinggal, orang biasa menambahkan 'kau tidur nyen

u bukan tamu hotel, Nayra. Kau penyusup yang sedang ku

nar juga," katanya lirih, menyeruput kopi itu tanpa izin. Pahitnya me

an, aku tidak aka

ra seolah ia tak perlu berteriak untuk membuat orang lain diam. Tubuhnya tegap, wajahnya be

mecah hening. "Apa ren

erima dua panggilan dari lembaga tempatku bekerj

elan luda

ng itu sa

ag

alah paham macam apa yang melib

ke, aku pantas dis

u pantas d

egakkan bahunya. "Aku tidak akan minta

ri biasanya. "Harga diri? Dengan mencium

elihat tunanganku-mantan tunanga

skan membalas de

memprotes. "Itu... tindakan imp

s terangkat sedikit. "Tindakan impulsif

catatnya di ju

iri. "Kau harus bersiap. Kita ak

gaca

membicaraka

ak? Kau serius akan bena

punya pil

n humas dan pihak universitas, reputasiku hancur. Beberapa sponsor sudah menarik diri. Orang-orang berpikir aku

atinya meringkuk.

maaf, Nayra. Ak

roma kayu manis bercampur vanila mengisi udara. Nayra duduk di seberang Elias d

t kukumu," kata El

gerakannya. "Kau

rhatikan k

s. Setidaknya pria itu mau menemaninya

as abu-abu datang dan menyalami Elias. "Dr. Marek, se

yra menj

aitkan hubungan Anda berdua dengan isu akademik dan moral.

nya, lalu bertanya data

alian menikah, bahkan secara kontrak, isu itu akan reda. Setelah beb

ercaya. "Jadi kita benar-

anya menatap cangkir kopin

u bahkan tidak tah

Ma

ak tahu warn

ru

semua data ilmiah, tapi juga

rbiasa

iga syarat utama: kalian tinggal di alamat yang sama, menghadiri beberapa acara p

sinya?" t

elah itu kalian

ngguk. "Kit

kursinya. "Tunggu dulu! Kau

tasi akademik bisa runtuh hanya karena satu video viral. Aku tidak mau keh

a. "Lalu aku? Aku ju

gannya tegas. "Maka sebaikn

n muda Dr. Elias Marek dan fotografer Indonesia, Nayra Les

yar ponselnya de

otografer. Aku mana

t bahu. "Kau ingin aku bilang apa? Bahwa

u bilang aku

ih mencu

enghela napas berat. "Aku merasa hid

a nyata yang diatur med

deras. Di dalam, hening itu terasa menggantun

"Aku tidak tahu harus berter

duanya. Kita hany

edikit nada yang lain-bukan amarah, bukan sinis. Lebih sepe

pu kota Prague yang berkelip di kejauhan. Udara dingin menampar

lias terdengar

membeku

a," jawab Nayra

nyembuhkan kesalahan i

a pernikah

. Lalu Nayra bertanya

ar. "Aku tidak punya

artin

.. menyesal bahwa dunia

Elias tampak lebih lembut. Tidak sekaku biasanya. Ada

asional," kata Nayra, "kau bis

isnya. "Kau kira aku hany

ira be

aku bisa berpikir t

inum anggur malam ini. Aneh, untuk orang

elupakan kekacauan," Elias menja

tenang?" tany

Tapi k

Nayra bergetar aneh.

ak untuk melihat seseorang

a kayu bakar dari rumah-rumah jauh di bawah sana, Nayra tahu: mungki

ta, mungk

rlahan-seperti bunga liar yang

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka