Ketika Dokter Menentang Perwira
depan meja setrika, mencoba memahami cara kerja alat yang belum pernah ia pakai seumur hidup. Dulu, ia terbiasa dengan mesin cangg
tidak m
emangat yang dulu perlahan padam di dunia moder
blok ini," kata Bu Ningsih, tetangga yang datang membawa sayur. Pere
n senyum tenang. "Cont
bantu acara masak di pos, selalu menolak. Kat
tawa ringan. "Mungkin dulu aku
u berubah, Ratri. Tapi baguslah. Mungkin Ka
a. "Aku tidak melakukan ini untuk dilihat siap
lapangan, sementara para istri perwira berkumpul di pos ron
n, ya. Dengar-dengar dulu kau pernah ik
sopan. "Tentu, de
ngan penolakan, kemalasan, dan drama. Kini, ia justr
an memberikan arahan kecil tentang cara membalut luka. Tangannya cekatan, logikanya
uhan," kata salah satu istri bintar
senyum samar. "
a besar penuh peta. Ia baru saja menerima laporan tentang kegiatan
. "Aku dengar istrimu berubah banyak, Dan. Anak-anak blok depan mala
rita ibu-ibu di kompleks
enatapnya dengan senyum menggoda. "Dulu kau
situ. Ia teringat cara Nayra menatapnya malam itu - tenang, berbeda, seolah perempuan i
h, urus laporan logistik itu
keemasan. Nayra duduk di teras rumah, menjahit robekan
endera kecil. Salah satunya tersandung batu dan terjatuh. Refl
bil mencuci luka dengan air hangat. "
tapi menahan tang
a itu pelan. "Kalau nanti sembuh
oh. "Ya ampun, Bu Ratri, terim
Tidak apa-apa, Bu.
aya bahwa "Ratri pemalas" yang dulu suka berte
ra kabar tentang kejad
ang jadi penyel
luka seperti tenag
nya rasa syukur kecil - bahwa ia masih bisa meno
aroma makanan menggoda tercium dari dapur. Tak seperti biasanya, tidak ada
" sapa Nayra sambil mena
up ayam bening, sayur asem, dan tempe goren
endiri?" tan
Ken
u... menyuru
juga tidak peduli, tapi sekarang ak
berbeda - bukan hanya karena berat badan yang mulai turun, tapi karena caran
kan dirinya tidak bisa mengalihkan pandangan. Bukan karena
beberapa menit. "Aku ingin ikut u
i mengunyah.
tahu ini gila, tapi a
tahu perempuan jarang diterima di situ.
idak minta biaya darimu. A
tapan itu, ada rasa aneh - antara kagum dan takut. Karena selama ini i
ya akhirnya. "Tapi jangan s
"Aku justru ingin
antam lebih dalam d
Ia membawa map cokelat berisi dokumen pendaftaran. J
uda berdiri dengan wajah penuh semangat. Nayra menatap mereka dengan perasaan campur aduk - ia
muda berkacamata, menatapnya
"Ilmu tidak menge
am, lalu mengang
carik kertas ujian masuk. Matanya berkaca-kaca - bukan karena sedih, tapi
i dari gosip. Begitu kabar pendaftaran itu menyeba
kuliah kedokteran! Padah
Ardan, punya ist
ga ibunya. Malam itu, ibunya mema
g-orang bilang kau tidak tahu diri. Suamimu
lau aku terus menuruti omongan orang,
nya bergetar. "Aku ha
, Mah," jawab Nayra perlahan. "Sekar
an tua itu menatap anaknya la
atap bulan. Dari kejauhan, terdengar suara langkah berat - Ardan
dur?" tan
ak b
nap
. Tapi bukan karena cema
enyorot wajahnya yang teduh. "Kau be
gguk. "Aku i
alau g
nya aku
egitu banyak, sampai aku tidak tahu
Mungkin cukup dengan car
sekali keluar dari mulut seorang prajurit keras se
utuh kesempatan kedua
aroma tanah basah. Untuk pertama kalinya, ja
di dekat pasar, mengajar anak-anak tetangga membaca, dan bahkan membuka kelas kecil di rum
man. Semua anak langsung diam. Ardan berdiri di pintu, menatap pemandangan itu - istr
mu datang," bisik
nyum canggung. "Kau
atanya menyapu ru
k di kompleks banyak yan
u menatap istrinya lagi. "Kau me
untuk menebar ilmu
ap ke langit-langit sejenak. "Aku t
yang membuatmu tidur l
a melambat di depan pintu. "Kalau kau butuh papan tulis, aku
hangat. Ia hanya mengangguk
ambut disanggul rapi. Ia menatap cermin sebentar - bukan untuk memastikan kecan
bang pintu ruang ta
. "Tidak usah, Kapten.
apa perempuan yang bisa membuat seluruh
"Kau mulai bisa ber
dari seseorang yang t
eberapa kali mencuri pandang. Di balik penampilannya yang sederhana, ada sesuatu dalam dir
jian, Nayra turun dari jeep.
"Lakukan yang terbaik. A
rlu. Ujia
unya w
enak, lalu tersenyum
pertanyaan esai dengan tekad bulat. Saat keluar dara, bersandar pada
api menye
itu
hasiswa lain menatap mereka dengan rasa ingin tahu. Seorang
awah cahaya sore. "Ka
ampir lolos dari bibirnya. Nayra m
m. "Ratri. Ma
uatu hari nanti, aku akan memb
arnya kalau waktunya
antara mereka, tapi di udara ada sesuatu yang tumbuh - bukan cinta yang manis
n berdiri menatap langit. Nayra k
" katanya
ra. "Kau tahu," katanya akhirnya, "
dak tersinggung. "Mu
u mulai takut kehi
engar. Lalu perlahan, ia tersenyum. "Kalau begitu, semoga Tu
an untuk pertama kalinya,
lebih hangat
alimat bergaung pelan - janji yan
keduaku bar