PERTAMA UNTUK NAIMA
penolongnya. Mobil Viran menjadi trasportasi ka
aran Albe, Albe walau orang kaya namun paling benci jika harus menggunakan tak
hatan pengemudi jika menggunakan taksi," seloro
in, pura-pura aja
eperti kamu."Albe mencibir kelakuan Vir
laci dashboard, Albe hanya mengacungkan jempol. Hatinya berd
mpai ujung jalan dan sudah berganti nama jalan, mereka tidak menemukan angka 80 pada masing masing rumah. Viran memuta
-jangan setan, Al?"ucap
mengantarkan aku wanita. Wanita Vir, dan kakinya menginjak tanah memakai sepatu,"sungut A
reka,"usul Viran menunjuk sekelompok ibu-ibu yang sedang mengerumuni
apa dengan takut-takut. Namun teka
" seorang ibu dengan daster kebesaran mendekati Alb
" sela ibu yang lain Alb
pe?" Seorang ibu bertan
a apakah ibu-ibu ada yang mengenal?" tanya Albe ramah. Albe me
tertawa hingga menelungkupkan badannya di mobil. Benar
ya gedong itu," Si ibu menunjuk rumah bagian d
engan dandanan menor mencoba menggapa
ak kondusif, Albe segera berlari menjauh, dan masuk mobil dengan cepat. Mengerikan sekali ibu-ibu itu. Albe mengelus d
galahin srimulet ... hahahahaha"Vi
dak memberikan pertolongan." hardik Al
langsung," timpal Viran menghentikan tawa dan mu
Viran, setelah lumayan j
ang menemani. Ditemani pengacara malah tida
busway, semua bawa aja," Albe mengambil kartu dengan log
ari tahu siapa backingan mereka."tit
nnya belum terlalu fit, tapi rasa penasaran akan perempua
ima melanjutkaan mencari lowongan. Ternyata banyak sekali restoran di da
ntah yang menjadi rezekinya yang ma
ra masuk, menempelkan kartu yang sudah dia beli tadi di shuttle pertama tadi pagi dan sudah mengisi lumayan banyak untuk beberapa hari ke depan. Me
a tidak mencukupi. Ganteng sih masa ga punya uang, Naima memperhatikan. Postur pria itu tinggi besar, wajahnya tampan dengan rambut tipis di sepanjang
h orang ini kecopetan? Untungnya bus dalam keadaan lengang.
r Naima menyerahkan kepada petuga
rustasi, suara tegas dan dalam membuat sesuatu dalam perutnya berdesir asing. Saat menoleh kearahnya, wajah tampan
mungilnya. Sang pria duduk di seberang Naima. Menatapnya dengan pandangan teri
sesuatu lagi?"Naim
abnya singkat, N
tanpa menyapa pria asing tadi. Jalan menuju kost ternyata rame pada sore hari, banyak pedagang menjajakan dagangannya
satupun panggilan, Naima memutuskan
ena polusi menerbangkan rambut Naima yang ia biarkan terurai. Seperti burung yang lepas dan bebas Naima berpetuala
ngku di sebuah taman kota. Menikmati angin yang berhembus sepoi-sepoi. T
enyapa melihat nomor yang tidak dia kenal,
k Naima Ayundia?" tanya suara merdu di seberan
kak," jaw
a datang ke Cafe Kita pada puku
Naima menjawab de
a bahan hitam ya kak, sepatu hak maksimal lima centimeter
k." kata naima, merekam apa yang
ih atas waktunya. Kami tunggu
ima tersadar dia berada di taman kota. Naima berfikir a
epol rambut mereka. Naima terkikik geli. Hidup di desa dan jarang masuk Mall tidak membuat Naima seperti gadis udik. Rasa penasaran yang tinggi dan jiwa pekerja kerasnya melarangnya untuk abai terhadap perkembang
ng modern. Menginginkan anak mereka menjadi pribadi yang mandiri dan mau bekerja keras dan tid
arga yang masih ramah di kantongnya. Dia harus berhemat, tabungan peninggalan oran
UT HARI BARU!!" se