Mendadak menjadi Istri
memberi tahu tujuan bus mereka. Beberapa pedagang asonga
an ojek di sekitar sini. Jarak rumah dari terminal sebenarnya gak terlalu jauh. Tap
satu pedagang asongan mendekat d
mbil sebotol air mineral dari keranjangnya. Kemudian
narik salah satu tali tas dari belakang pundak. Saking terkejutnya, aku hampir t
ajah kami basah. Aku dan orang asing yang kini seakan beradegan dra
bretan dan copet. Tapi, apa adegan begini tidak berlebihan ia lakukan? Tapi, bisa jadi
tepat mengenai kakinya. Ia m
yang ingin kuucapkan, Pria ter
berlalu lalang sama sekal
ang to
an tas kamu." Dengan santainya lelaki itu berucap sete
h! Abang? Ia bahka
r tangannya terle
nda? Saya anak t
jidat. "Sama suami sendiri
g-ujungnya pasti duit. Atau bahkan penculik. Mendadak aku teringat tentang berita sepeka
ni komplotan dari penculik? Dan aku
Abang udah kepanasan ini nunggu dari
an aku menepisnya. Ia m
i sampai rambutnya. Si Abang lumayan ganteng juga. Suami? Tapi aku kan masih perawan? Kap
gong aja." Lagi-lagi
a jangan coba-coba menipu saya." Aki mencoba
Nipu gimana?" i
ami saya? KTP. Buku Nikah. Mana?" A
kilas kulirik berjejer tebal uang merah di sana. Masa iya yang berduit
status pernikahannya. KAWIN. Eh, benar ia sudah menikah
ya mana?" to
rumah. Mana mungkin abang bawa-bawa." Te
angkah dengan cepat. Benarka
u habis terbentur kah? Hil
lantur. Waras gak sih
target yang layak! Saya bukan orang beruang.
n ini?" kini ia yang tampak mulai kesal. At
nya. Apa benar aku amnesia? Kuketuki dahi dengan telunju
an. Jangan terpengaruh,
elasin dari tadi, kamunya malah berbelit-belit. Kamu bingung, Abang semakin b
alau gadis lain nih, pasti bakalan iya iya saja di tipu sama model yang begini. Mana bisa nolak jadi istr
i Abang tadi malah balik lagi. Kenapa l
rtinya kali ini aku harus mengerahka
menyerahkan sebu
Abang mau ke kanto
go, aku menerim
*
benar, kejadian di terminal tadi sepertinya modus penip
Bunda masih dengan celemeknya. Bel
" Aku mengacu
n media online, sesekali aku mengikuti seminar kepenulisan untuk menambah ilmu. Bunda juga memberiku kebebasan tentang ini. Meski acar
amu di terminal?" pertanyaa
a Nda?" Kusenderka
suami sendiri lupa." Bunda jug
tak waras? Seorang lelaki mendatangiku dan menyatakan bahwa ia adalah suamiku. Di rumah, Bunda juga menyebutkan nama
lajang!" teriakku m
sekarang gih. Kasihan Inu, nungguin." Bunda
i kepalaku mencari tahu kebenarannya. Ah,
pulang ke tempat suami," balasku sambil tergelak. Tawaku se
aci di samping TV. Mengambil selembar kertas,
yasar di daerah sana. Pulang sekarang,"
emohon padanya. Aku sudah seperti anak ku
mpat duduk dan mendorong tubu
rumah dengan mengela napas keras. Jujur, aku m
i saja, Bunda gak ikut-ikutan membuatku jadi setengah gila begini, aku akan lebih memilih mem
hu. Ini kenyataan atau hanya manipulasi. Dan bahkan bisa jadi aku sedang mengalami halusinasi s
bentar, menarik napas dalam-dalam, lalu melangkah gontai ke dala
perti anak ayam yang tersesat. Gak tahu jalan pulang. Ah,
rambut bergelung di hadapanku menyapa ramah d
" ketusku. Enak saja. Kerutan wajahku bel
lah tingkah. "Baik. Maaf. Ada ya
berapa?" tanyaku sambil mengetuk-n
ghubungi yang bersangkutan. Sebab kami tidak diperbol
e hadapannya. "Saya Istrin
ti sudah kulakukan. Dan sekarang, bisa jadi si resepsionis ini mencibirku dalam hati. Mana ada istri yang g
dak ada Kak," tuturnya setelah beber
lukan. kan? Kan? Kan? Argh! Tanpa berkata apa pun ak
ajah yang dari awal membuatku kesal. Kesal yang bertumpuk, hingga aku bisa
ngabari Abang? Kan bisa d
Aku menahan napas, mengumpulkan rasa dongk
ndiri kebohonganmu." Aku melempar
sigap berusaha menangkap
orang asing yang menyebalkan. Telingaku sudah cukup panas dan saat ini pasti mulai memerah menahan amarah. Aku gak m
lan, apa benar ini nama istri Bapak? Pihak ekspedisi yang menitipkannya
dan malah membatu di tempat, mungkin karena mendengar pernyataan dari resepsionis bodoh tadi. Tan
." orang yang dipanggi
kukkan tubuh. "saya resepsionis baru soalnya." Ia beralasan
mejanya. Namun, sesekali tampak matanya mengerling pada lelaki yang t
kemudian, di selipkannya rambutku ke belakang telinga. B
amu untukku Lan. Kamu sudah
in yang juga tiba-tiba merayap di tengkuk. Paket yang tadi
cam apa ini? Ump