Cinta Sangkarku, Bukan Keselamatan
/0/29137/coverbig.jpg?v=20251106215348&imageMogr2/format/webp)
lama hilang, yang akhirnya kembali ke pelukan orang tua yang memanjakanku dan seorang suami
mbunyi di mana aku menemukan suamiku sedang bermain dengan seorang anak laki-la
mereka dan cucu "asli" mereka. Mereka tidak hanya menyembunyikan
iku obat penenang dengan dalih mengatasi kecemasan dan menyatakan aku
. Gadis naif yang percaya pada kasih sayang mereka telah mati h
akan malam keluarga, ibuku meny
Sayang," katanya. "Minumlah
. Aku tersenyum, menatap mata mereka, dan menenggak seluruh isi gelas dalam satu
a
ana
u melihat potret kelua
telah lama hilang dari kerajaan agribisnis Adiwijaya, yang akhirnya kembali ke rumah. Aku punya orang tua yang sangat
jangkar yang akhirnya menambatkan hidupku yang terombang-ambing setelah bertahun
lakaan mobil yang tragis. Pemakamannya berlangsung tertutup dan suram. Aku bahkan ikut berduka untuk gadis yang membenciku,
ebuah babak kelam, yang akhirnya memun
hu cahaya itu ad
a, ditandai dengan logo Adiwijaya Group yang kecil dan tersembunyi. Rasa penasaran, sebuah dorongan bodoh yang menentukan takdir, membuatku men
dikan sinar matahari, sedang bermain dengan
ni
pak hidup dan sangat, sangat sehat. Dan di sampingnya, menga
erti melihat foto dari kehidupan orang asing. Tapi pria itu tidak salah lagi adalah Bima, dan wanita itu adalah Rani
ap di perutku, sebuah beban yang begi
pir tidak bisa mematikan mesin. Aku merayap mendekat, bersembunyi di balik tembogar suara mereka, terbaw
h tinggi!" pekik anak lak
a itu men
kelembutan yang membuat darahku terasa dingin. "Janga
ffa?" Bima mengecup kening a
leherku dan mencekik. "Terima kasih untuk ini, Bima.
gkan yang sama seperti yang dia gunakan padaku set
uar
berubah menjadi teater penipuan yang mengerikan. Pernikahanku, keluargaku, seluruh hidupku selama lima tahun ter
e mulut. Cinta yang kusayangi, keluarga yang kurindukan seumur hidupku-semuanya h
bergerak secara otomatis. Saat aku merogoh ku
Sayang. Semua
r, pandanganku kabur. Mereka semua terlibat. Orang tuaku, yang menangis b
an. Ini adalah ujian yang nekat dan putus asa. Sebuah
esuatu yang aneh di jalan pulang. S
nekan
rkannya masuk ke pesan suara. Sedetik kemudian, ponsel Bima, yang bisa kulihat di atas t
elepon menunjukkan foto kami yang tersenyum di
enggorokanku te
nan yang sempurna dan terlatih itu. "Ayahmu meneleponku, bilang kamu m
nancap ke telapak tanganku. Rasa sakit itu adalah jangkar kecil yang tajam
m suaraku. "Kamu benar. Aku hanya lelah. Itu hanya
angin menggesek dedaunan, sua
aya. "Dengar, aku baru saja mau selesai di sini. Aku akan segera pulang,
u berhasi
, ke keluarga aslinya, mungkin merasa
imutiku. Pria yang kunikahi bukan hanya pembohong. Dia adalah orang asi