Tiada Kesempatan Kedua bagi Pengkhianat
a. Aku menggunakan lift servis turun ke garasi, gerakanku cepat dan senyap
dilewatkan. Aku menjaga jarak aman, lampu depanku mati. Dia mengemudi dengan cepat, me
edung apartemen modern yang ramping. Aku
i lift. Sikap profesionalnya telah hilang. Dia mengenaka
berlari ke arahnya, ekspresinya c
" keluhnya, s
um lebar di wajahnya. Dia men
suaranya rendah dan intim. "Aku punya
it, di mana sisa-sisa kembang a
, matanya membelalak. "
dalam-dalam. "Aku janji, Kania. Sedikit lagi. Begitu k
u bergema di benakku. Kembang api perayaan. Aku pernah bilang padanya itu terlalu mewah, bahwa kami harus menabung. Di
aku bisa s
ya di leher Damar, menempe
mar," desahnya. "Aku cembur
dan serak. "Kamu tidak pu
ya meluncur turun ke dadanya. "Tunjukkan p
engangkatnya, kakinya melingkari pin
it kecil sam
t Kania lagi. Kaca mobilnya gelap, tapi aku bisa melihat sil
yang-bayang. Setetes air mata lolos dan menelusuri j
atnya secara langsung adalah hal lain. Pengkhianata
i-janjinya, sumpa
us, dan terang-terangan. Apakah hanya itu yang diperlukan? Ma
lam-dalam. Lalu sekali lagi. Aku tidak ak
ana. Aku punya
lah tali penyelamat. Aku akan menanggung ini. Aku a
mah yang kami bangun bersama, dipenuhi kenangan yang kini ternoda. Aku langsun
ngun kaget oleh suara pintu kamar ti
, siluetnya diterangi oleh la
i sini. Aku kh
idur, kelegaan membanjir
dah pergi. Kamu tidak menjawab te
khawatir karena alibi sempurnanya, ist
, suaraku datar. "Pasti mas
"Benar-benar berantakan. Tapi
idur, meraih tanganku. Sen
sadarku. Berbohong. Berpura-pura.
bahwa dunia sempurnanya masih utuh. Dia menarikku
iknya. "Jika aku kehilanganmu, aku tidak akan tahu ha
kannya, kata-katanya meli
Sebentar lagi, kamu akan mendapat