icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Sakit Ini Lebih Dari yang Kau Pahami

Bab 3 Malam itu turun dengan hening yang menakutkan

Jumlah Kata:2686    |    Dirilis Pada: 28/10/2025

dengan hening

r angin yang lewat di luar jendela, ada napas yang tertahan. Ada

embab membawa aroma tanah basah, bercampur sedikit dengan wangi melati liar yang tum

ada pemandangan malam, tapi

ang

eninggalkan kota, meninggalkan nama

-benar hidup. Ia membencinya, tapi tubuhnya mengingat setiap sentuhan, setiap tatapan, bahkan

akhir. Bahwa cinta yang dulu tumbuh dari reruntuhan luka hanyala

ti ini selalu men

n mata, menarik

angan, atau sepotong ingatan-untuk membuat da

njukkan pukul sepuluh lewat dua pulu

kah. Berat

ang perna

noleh perlahan ke arah

di balik bayangannya, berdiri seseorang yang sempat

er

ra

eperti bisikan yang kel

anya berhenti b

ng cangkir, hingga ujungnya b

aranya nyaris

tampak lebih tua, lebih letih, namun juga l

nya menggelap, tapi sorotnya masih sama-tepat seperti dua

ang," kata Seren akhir

nertawakan niatku

ntikan diri beberapa meter di depannya, seolah takut lang

mungkin," ucapnya pelan. "Kau tahu be

menu

a terlalu banyak hal yang bisa tumbuh dar

nyanya akhirnya. "Ken

asnya berat, matan

ranya menyesal se

ih-suara tawa yan

un, Arden. Tidak perasaan yang telah mati,

untuk menebus semuanya. Aku tahu itu mustahil. Aku h

apa langkah lagi. Seren bisa mencium aroma kulitnya-campuran tembakau,

eda," katanya pela

kan berart

atar, tapi ma

agar tidak menjerit setiap kali

ling mena

di udara, seakan wa

tapi kata-katanya ter

u terasa terlalu kecil untuk menggamba

reputasi, bahkan diriku sendiri. Tapi yang paling sulit bukan itu, Seren. Yan

mencoba menahan getar y

ujarnya tajam. "Kau tidak mencintaiku waktu itu, Arden.

aku tidak tahu apa arti cinta. Tapi aku ta

angkit

i suaranya tegas. "Ak

emintamu unt

etelahnya, Arden menunduk, seolah me

malam-malam penuh tangis, tentang ketakutan, tentang bagaimana set

ta itu tak p

lirih, "Kau seharusnya pergi

ekat, membuat jantung S

dan jarak di antara merek

u, sejak dulu aku tidak pernah pandai per

namun tatapannya tida

k pernah pandai membedaka

kembali

berat, pekat, dan bergetar di antar

angguk. Ia mundur sa

n aku berhenti mencintaim

ng hancur tapi tulus. "Aku tidak

berbalik, dan berjala

a hatinya tidak benar-benar

an dari dirinya yang tertinggal di sana-di a

tak lama s

mah, di bawah atap kecil yang m

i basah, tidak

pannya-pintu yang memisahkan dua dunia yan

itu, Seren bersandar di dinding. Ai

inta itu b

tidak tahu apakah it

tu, tapi bayangan Arden masih

ak-anak di sekolah kecil desa itu, membantu klinik setempat, me

seorang anak kecil

pengirim, tapi tulisan di de

yang pernah

Di dalamnya hanya ada satu halaman,

u, aku tidak lagi berlari dari masa lalu. Aku ingin menebusny

a ingin kau hidup tenang, karena ak

itu, mungkin itu aku-bukan karena aku mati, tapi karena

Ar

eren tidak tahu apakah karena

a, menekan dada y

, Arden," bisiknya pelan. "Tap

langit mulai meme

sesaat, Seren membiarkan dirinya percaya b

a, meski tak semp

imiliki-tapi

ya setelah dua tahun, Seren bisa t

Arden tidak lagi berd

erse

itu

lang, hanya tertidur di antara ingatan-menun

a hanya bersembunyi di sudut pikirannya, berdebu, hingga sesuatu sek

bangunan tua, lampu-lampunya berkelap, dan di ujung sana-Arden menatapnya. Tatapan itu bukan milik pria yang ditemuinya

ah mulai retak. Sinar matahari menerobos lewat celah-celah tirai, menimpa wajahnya yan

endiri. Tapi justru karena kalimat itu,

tahun

mpu taman memantulkan warna kuning pucat di genangan air, sementara ia berlari kecil menembus hu

sa, tidak ada siapa pun yang menjemput. Ibunya sedang sakit, ayah

Payung besar hitam menaungi tubuh tinggi tegapnya. Wajahnya sebagian tertutup bayan

n Aya

di sekitar. Seren berhenti beberapa langkah dari pria

seperti diukir dari marmer. Dingin, berkelas, tapi juga menyimpan sesuat

Arden

usahaan medis ValezCorp, yang juga dikenal sebagai pria kejam dalam dunia bisnis, tapi jenius dal

h, Tuan?" tany

n bicara

tang

ikk

egang. "A

ez. Dia meninggal di bawah p

tenggelam dalam gemuruh petir. Namun bahkan suara badai

pi saya sudah memberikan semua laporan

den cepat. "Dan aku ingin tahu

gkah lebih dekat. Ada sesuatu dalam tatapannya-sesuatu yang me

n, Tuan Valez. Saya melakukan se

am. "Aku sudah melihat rekaman ruang medis. Kau satu-satunya

tiba ia tahan. "Karena semua orang sedang mengevakuasi pasien lain

eberapa detik, lalu menoleh per

al seg

semua hal di jalannya. Ia menyeret Seren ke dalam penyelidikan internal yang membuat reputasin

tkan adalah bagaimana, di antara semua tekanan, Seren menemu

arena di balik dinginnya Arden,

duduk sendirian di ruang observasi, menatap foto adiknya di layar

i di ambang

t kau cintai," u

olah baru sadar ada ora

pun selama beberapa

up waktu itu," katanya akhirnya. "Ketika

gar rapuh, nyari

esuatu yang manusiawi dari pria itu. S

n. Tentang rasa bersalah. Tentang bagaimana cinta b

u, sesuatu di anta

minggu, minggu

nginterogasi, tapi untuk menemani. Ia membawa kopi saat Seren

idak canggung, tapi dalam. Seolah kata-ka

ien terakhir ke ruang observasi, ia mene

sih di sini?"

t ditebak. "Entahlah. Mungkin karena h

awa kecil. "Tempat i

jawabnya. "Aku

ur. Antara simpati dan perasaan yang lebih dari itu. Anta

idak butuh iz

rlalu hancur untuk percaya pada cinta, dan Seren terlalu lelah untuk mempertah

lam ketika semua yang mere

ang menunjukkan bahwa Liora memang menerima dosis ob

a. Tidak mau mendenga

h sakit yang menyalahgunakan aksesnya. Tapi pria itu tak percaya. Dalam amarahnya, Ar

am itu masih mem

Seren. Dan itu jauh lebih

en berdiri di tengah hujan dengan

, Seren menatap kosong ke luar jendela. Matahar

coba ia kubur kini muncul satu per satu, seperti tangan-

uka laci teratas. Di sana, di antara ke

i bawah langit senja. Foto itu diambil oleh seo

inggiran foto itu

, aku ingin berhenti di

pernah memberi k

menghadapi-atau menunggu seme

ga di ujung desa, tempat ia se

a asin, langit jingga b

ngku kayu tua ketika seseorang

er

ri kecil mendekat, membawa sesuatu d

ia menitipkannya kemarin sore. Katanya, kala

tar. Di tutupnya, terukir inisial yang memb

kalung perak dengan liontin berbentuk tetes a

kebenaran terl

. Matanya panas, tapi b

lam waktu yang sangat la

hirnya, A

uk memulai kembali, atau u

awah dermaga. Seren berdiri di sana sen

lap, ke arah di mana laut

u, ia berbisik pela

bisa disembuhkan, bi

rimkan aroma garam, membawa bisikan samar

untuk membuat h

er

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka