icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Pahitnya Pengkhianatan

Bab 5 semuanya terasa seperti rumah tanpa suara

Jumlah Kata:2568    |    Dirilis Pada: 27/10/2025

udara dingin menusuk tulang, tapi di dalam dadanya justru terasa lebih dingin lagi. Sudah tiga hari

saat makan malam. Mereka hanya bergerak di r

berhenti di depan pagar. Seorang perempuan turun, mengenakan mantel abu-abu dan s

a menggenggam tepi jendela

lambat momen ini akan datang. Tapi tidak seperti

unyi. Suaranya

njang. Ia berjalan pelan ke pintu, dan ketika dibuk

senyum yang bahkan bisa menipu

ar. "Ada keperluan

a mau bicara baik-baik. Aku ng

" balas Fina tenang. "Masalah datang kare

"Kamu kuat juga, ya. Aku pikir kamu tipe istri yang ga

aku nggak akan buk

empuan dengan luka yang sama,

" tanya Alya, kal

alu menyingkir membe

tanya menelusuri foto-foto di dinding. Ada foto Ardan dan Fina di taman bunga, fo

sambil menoleh. "Kamu pasti

rempuan itu yang tampak begitu tenang, seolah

nggak datang untuk merebut Ardan. Aku datang untuk mengembali

nyit. "Meng

i surat lamaran kerja. Aku diterima di kantor cabang yang sama dengan Ardan. Aku c

kan tubuhnya. "Kamu sadar apa yang kamu la

nggak bisa rusak sesuatu ya

embuat dada Fin

terbuka. Ardan berdiri di sana-terkejut m

ly

t atmosfer ruangan

leh padanya. "Aku cuma datang u

a Ardan meninggi sedikit. Ia melirik

ata datar, "Dia

tajam yang penuh emosi tak terucap

ng belum selesai. Aku akan kerja di kantor yang sama, Dan.

menatap Fina. "Aku nggak tahu d

an senyum tipis yang leb

ergi ke arah kamar

, hanya tinggal Ardan dan Alya

. "Tapi aku nggak bisa terus ngelak dari t

i akan memperumit semuanya. Fina nggak pa

," Alya menatap Ardan tajam, "kenapa kamu

, wajahnya be

g buat nuntut. Aku cuma mau kamu jujur

orang nggak sadar, yang mereka sebut cinta baru h

inggalkan kehening

ak tangannya. Cincin yang dulu pernah jadi tanda pertunangan antara dia dan Alya. Ia pikir sudah meng

nvas lukisan yang belum selesai. Ia mencoba melukis sesuatu untuk menena

, membiarkan air m

ng ia beri terasa seperti berlari mengejar bay

. Telur dadar, roti panggang, kopi hitam untuk Ardan. T

ut lelah. "Aku mau mi

enatapnya. "Nggak apa

kayak gitu," sua

a pengin kamu tahu satu hal, Dan. Kalau kamu nger

a tajam. "Kamu pikir aku

tir. "Kadang, yang paling sayang ju

gkir kopi itu erat-erat, seolah bisa menahan

g sama. Kabar itu cepat menyebar. Beberapa rekan kerja mulai berbi

enutupi. Tapi anehnya, Fina tidak lagi ingin memeriksa ponsel suaminya

galeri lokal. Setiap pagi ia berangkat lebih awal,

kalinya, Fina

erguncang suatu malam, ketika

tanya Fin

. "Alya pingsan di kantor. Aku

iam. "Dia

es. Banyak t

ngguk pela

.. ngerasa

u ngerasa bersalah ke dia, Dan. Tapi pe

kitin kamu, Fin. Tapi aku nggak tahu har

lah dari kejujuran. Tapi kalau kamu belum

ga, meninggalkan Ardan y

deru mobil Ardan keluar dari garasi. Ia tak la

ana arah mob

sakit. Ke

ng masih memegang setengah hati Ardan

natap langit malam dari jendela, bi

kali ini," bisiknya pelan, "ak

ninggalkan aroma tanah basah yang samar tercium lewat jendela. Di salah satu kamar perawatan, Alya terbaring di ranjang dengan infus menempel di

ncul di ambang pintu - Ardan. Pria itu masuk tanpa berkata-kata, meletakkan kantong

u istirahat,"

melengkung tipis. "Aku

ak ke ma

" Alya menatapnya tajam.

isa ia sangka. Ia menunduk, memperhatikan tangan Alya yang puc

erasa bersalah, Dan. Aku nggak sakit ka

ngomon

hidup dengan harapan yang se

yang harus dikatakan. Semua kalimat yang ia pikirkan terd

ku ninggalin kamu?"

nya. "Gimana

memalingkan wajah ke jendela. "Tapi ternyata aku cuma takut. Takut sama pe

elesai. Tapi ada sesuatu dalam nada Alya malam itu yang berbe

Aku nggak datang buat ganggu kalian." Ia berhenti sejenak, menata

berhenti berputar

ahun. Tapi akhir-akhir ini, tubuhku mulai nolak obat.

nya tercekat. "Kamu... kena

k mau dik

dar. Tapi begitu melihat air mata perempuan itu jatuh, suaranya

nggak punya siapa-siapa selain kamu.

. Hanya suara mesin in

paling nyakitin dari mencintai seseorang, Dan? Bukan karena dia milik

ap perempuan di depannya yang dulu begitu ia cintai - d

uaranya bergetar. "Kamu bakal

menatapnya tajam lagi. "Atau dengan rasa

menjawab. Karena jauh di dalam dirinya, ada sesuatu yang masih ber

n meja makan yang kosong. Ponselnya bergeta

a pulang malam ini.

t. Ia sudah bisa menebak urusan

tinya terasa seperti diikat perlahan, satu simpul demi satu simpul.

nya kembali bergetar - kali ini

al

erawat dari Rumah Sakit Medika. Suami Ibu sedang menemani pasien ata

inya mencengkeram meja kuat-kuat

air mata yang sudah ia t

i. Yang ia rasakan hanyal

at kaku, tapi cukup untuk menutupi sisa malam yang panjang. Hari itu ia harus memper

rna-warna di kan

pucat," kata salah

ersenyum. "K

iri. Jangan terlal

li menatap kuas di tangannya, wajah Ardan muncul. Setiap kali ia menata

ata itu sedang me

udah duduk di ruang tamu, masih dengan

" ucap Ardan sam

sakit?" tany

enti sejen

ken

. Suda

gguk pelan.

kat, suaranya berat.

ewa karena kamu ke sana, Dan. Aku kec

menjad

mau kamu salah p

mu sadar kamu udah ngelakuin sesuatu yang bis

di hadapannya. "Aku janji

ggak ngerti kenapa ka

ngangkat

a masih ada bagian dari kamu

u saja, tanpa emosi, tapi me

lidahnya kelu. Karena seba

bantu dia semaumu. Tapi jangan sampai bantuannya

k tangga tanpa

kalinya, Ardan t

ggungan tapi berjalan di arah yang sama. Fina masih menyiapkan sarapan, Ardan masi

ran lukisan yang ia gelar. Ardan seharusnya da

di tengah galeri dengan gaun putih sederhana,

tidak

di bawah hujan, saling membelakangi. Di bawah lukisan itu

rnah Benar-B

"Karya kamu indah sekali, F

jawabnya pelan,

nya, ada sesuatu ya

ajar bahwa cinta bisa jadi luka paling indah - luka yang tak

kit, menatap langit malam yang berawan. Alya tidur di d

edua tangan, dan untuk pertama kal

a rasa bersalah pada masa lalu, d

sana, menatap langit yan

apa yang leb

tai tapi ha

i tapi tak lagi j

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka