Pahitnya Pengkhianatan
udara dingin menusuk tulang, tapi di dalam dadanya justru terasa lebih dingin lagi. Sudah tiga hari
saat makan malam. Mereka hanya bergerak di r
berhenti di depan pagar. Seorang perempuan turun, mengenakan mantel abu-abu dan s
a menggenggam tepi jendela
lambat momen ini akan datang. Tapi tidak seperti
unyi. Suaranya
njang. Ia berjalan pelan ke pintu, dan ketika dibuk
senyum yang bahkan bisa menipu
ar. "Ada keperluan
a mau bicara baik-baik. Aku ng
" balas Fina tenang. "Masalah datang kare
"Kamu kuat juga, ya. Aku pikir kamu tipe istri yang ga
aku nggak akan buk
empuan dengan luka yang sama,
" tanya Alya, kal
alu menyingkir membe
tanya menelusuri foto-foto di dinding. Ada foto Ardan dan Fina di taman bunga, fo
sambil menoleh. "Kamu pasti
rempuan itu yang tampak begitu tenang, seolah
nggak datang untuk merebut Ardan. Aku datang untuk mengembali
nyit. "Meng
i surat lamaran kerja. Aku diterima di kantor cabang yang sama dengan Ardan. Aku c
kan tubuhnya. "Kamu sadar apa yang kamu la
nggak bisa rusak sesuatu ya
embuat dada Fin
terbuka. Ardan berdiri di sana-terkejut m
ly
t atmosfer ruangan
leh padanya. "Aku cuma datang u
a Ardan meninggi sedikit. Ia melirik
ata datar, "Dia
tajam yang penuh emosi tak terucap
ng belum selesai. Aku akan kerja di kantor yang sama, Dan.
menatap Fina. "Aku nggak tahu d
an senyum tipis yang leb
ergi ke arah kamar
, hanya tinggal Ardan dan Alya
. "Tapi aku nggak bisa terus ngelak dari t
i akan memperumit semuanya. Fina nggak pa
," Alya menatap Ardan tajam, "kenapa kamu
, wajahnya be
g buat nuntut. Aku cuma mau kamu jujur
orang nggak sadar, yang mereka sebut cinta baru h
inggalkan kehening
ak tangannya. Cincin yang dulu pernah jadi tanda pertunangan antara dia dan Alya. Ia pikir sudah meng
nvas lukisan yang belum selesai. Ia mencoba melukis sesuatu untuk menena
, membiarkan air m
ng ia beri terasa seperti berlari mengejar bay
. Telur dadar, roti panggang, kopi hitam untuk Ardan. T
ut lelah. "Aku mau mi
enatapnya. "Nggak apa
kayak gitu," sua
a pengin kamu tahu satu hal, Dan. Kalau kamu nger
a tajam. "Kamu pikir aku
tir. "Kadang, yang paling sayang ju
gkir kopi itu erat-erat, seolah bisa menahan
g sama. Kabar itu cepat menyebar. Beberapa rekan kerja mulai berbi
enutupi. Tapi anehnya, Fina tidak lagi ingin memeriksa ponsel suaminya
galeri lokal. Setiap pagi ia berangkat lebih awal,
kalinya, Fina
erguncang suatu malam, ketika
tanya Fin
. "Alya pingsan di kantor. Aku
iam. "Dia
es. Banyak t
ngguk pela
.. ngerasa
u ngerasa bersalah ke dia, Dan. Tapi pe
kitin kamu, Fin. Tapi aku nggak tahu har
lah dari kejujuran. Tapi kalau kamu belum
ga, meninggalkan Ardan y
deru mobil Ardan keluar dari garasi. Ia tak la
ana arah mob
sakit. Ke
ng masih memegang setengah hati Ardan
natap langit malam dari jendela, bi
kali ini," bisiknya pelan, "ak
ninggalkan aroma tanah basah yang samar tercium lewat jendela. Di salah satu kamar perawatan, Alya terbaring di ranjang dengan infus menempel di
ncul di ambang pintu - Ardan. Pria itu masuk tanpa berkata-kata, meletakkan kantong
u istirahat,"
melengkung tipis. "Aku
ak ke ma
" Alya menatapnya tajam.
isa ia sangka. Ia menunduk, memperhatikan tangan Alya yang puc
erasa bersalah, Dan. Aku nggak sakit ka
ngomon
hidup dengan harapan yang se
yang harus dikatakan. Semua kalimat yang ia pikirkan terd
ku ninggalin kamu?"
nya. "Gimana
memalingkan wajah ke jendela. "Tapi ternyata aku cuma takut. Takut sama pe
elesai. Tapi ada sesuatu dalam nada Alya malam itu yang berbe
Aku nggak datang buat ganggu kalian." Ia berhenti sejenak, menata
berhenti berputar
ahun. Tapi akhir-akhir ini, tubuhku mulai nolak obat.
nya tercekat. "Kamu... kena
k mau dik
dar. Tapi begitu melihat air mata perempuan itu jatuh, suaranya
nggak punya siapa-siapa selain kamu.
. Hanya suara mesin in
paling nyakitin dari mencintai seseorang, Dan? Bukan karena dia milik
ap perempuan di depannya yang dulu begitu ia cintai - d
uaranya bergetar. "Kamu bakal
menatapnya tajam lagi. "Atau dengan rasa
menjawab. Karena jauh di dalam dirinya, ada sesuatu yang masih ber
n meja makan yang kosong. Ponselnya bergeta
a pulang malam ini.
t. Ia sudah bisa menebak urusan
tinya terasa seperti diikat perlahan, satu simpul demi satu simpul.
nya kembali bergetar - kali ini
al
erawat dari Rumah Sakit Medika. Suami Ibu sedang menemani pasien ata
inya mencengkeram meja kuat-kuat
air mata yang sudah ia t
i. Yang ia rasakan hanyal
at kaku, tapi cukup untuk menutupi sisa malam yang panjang. Hari itu ia harus memper
rna-warna di kan
pucat," kata salah
ersenyum. "K
iri. Jangan terlal
li menatap kuas di tangannya, wajah Ardan muncul. Setiap kali ia menata
ata itu sedang me
udah duduk di ruang tamu, masih dengan
" ucap Ardan sam
sakit?" tany
enti sejen
ken
. Suda
gguk pelan.
kat, suaranya berat.
ewa karena kamu ke sana, Dan. Aku kec
menjad
mau kamu salah p
mu sadar kamu udah ngelakuin sesuatu yang bis
di hadapannya. "Aku janji
ggak ngerti kenapa ka
ngangkat
a masih ada bagian dari kamu
u saja, tanpa emosi, tapi me
lidahnya kelu. Karena seba
bantu dia semaumu. Tapi jangan sampai bantuannya
k tangga tanpa
kalinya, Ardan t
ggungan tapi berjalan di arah yang sama. Fina masih menyiapkan sarapan, Ardan masi
ran lukisan yang ia gelar. Ardan seharusnya da
di tengah galeri dengan gaun putih sederhana,
tidak
di bawah hujan, saling membelakangi. Di bawah lukisan itu
rnah Benar-B
"Karya kamu indah sekali, F
jawabnya pelan,
nya, ada sesuatu ya
ajar bahwa cinta bisa jadi luka paling indah - luka yang tak
kit, menatap langit malam yang berawan. Alya tidur di d
edua tangan, dan untuk pertama kal
a rasa bersalah pada masa lalu, d
sana, menatap langit yan
apa yang leb
tai tapi ha
i tapi tak lagi j