icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Pahitnya Pengkhianatan

Bab 2 Tiga hari setelah pemotretan

Jumlah Kata:2674    |    Dirilis Pada: 27/10/2025

lah seluruh dindingnya menyimpan rahasia yang terlalu berat untuk diucapkan. Fina bangun lebih pagi, seper

ikahan, sementara semua orang menatap dengan wajah kecewa. Ia berkeringat ketika te

na, tap

ma kemudian, langkah kaki terdengar dari arah tangga. Suara itu

pa suara b

na olahraga. Rambutnya sedikit berantakan, tapi entah kenapa, justr

jawab Fi

idak t

k ban

endiri. Tidak ada percakapan selama beberapa menit berikutnya. Hanya suara sendo

anehnya te

mberanikan diri membuka suara.

ol

mau menerima

jawaban yang sulit diungkapkan. "Karena aku lelah," katanya pelan. "Lelah ditanya kapan me

"Tapi itu alasan untuk menyerah

ikit kejutan di wajahnya, tapi juga rasa kagum yang

elarian seseorang dari rasa lelah. Aku ingin... kalau kita menikah, set

mungkin... aku belum tahu alasan itu sekarang. Aku ha

eheningan yang dingin seperti dulu, melainkan keheningan yang membu

st tamu di salah satu studio pemotretan milik temannya. Walau Ibu Valeria sempat menegur

aku akan kehilangan diriku s

depan cermin, wajah-wajah model menjadi kanvas untuk seninya. Tidak ada gosip, t

ngambil air di pantry studio, ia mendenga

Radion Ardhya itu

istrinya kecelakaa

setelah itu dia berubah tot

ya menegang. Kata "kecelakaan" terngi

tapi bayangan wajah Radion tadi pagi terus muncul di pikirannya. Tatapan kosongnya keti

it bergetar. Fina berdiri di balkon kamarnya, menatap kilatan caha

Radion, tapi bagaimana? Mereka

Rupanya balkon kamarnya dan balkon kamar Radion ha

i?" suara Radion terd

yum kecil.

a terlal

Hanya dua siluet di bawah hujan, dipisa

hati-hati. "Boleh ak

ya s

.. kau pernah

Hanya suara huj

an, seperti bisikan.

eremas pagar balkon. "Maaf

ak a

engar serak, t

mobil. Aku seharusnya ikut malam itu, tapi aku batal karena rapat mendada

uh di wajahnya terasa seperti air

gi. "Bahkan ke nenek. Aku kira kalau aku diam, rasa sakitnya akan

harus dikatakan. Tidak ada kata-kata yang cuk

. Tidak sama, aku tahu. Tapi aku paham bagaimana rasanya bangun setiap h

dengar napas Radion tertahan.

a rusak," jawab Fina setengah

bisa diperbaiki," balas Radion,

on menatapnya dari balik hujan,

senyum itu tidak meny

gan media untuk mengumumkan tanggal pernikahan resmi mereka. Restoran me

h, riasannya natural tapi menonjolkan sorot matanya yang lembut. Semua o

biru tua. Ia menuntun Fina masuk ke ruangan dengan

cinta, tentang rencana, tentang kebahagiaan. Dan u

odohan, tapi saya percaya cinta bisa tumbu

kecil terdengar dari meja tamu. Ibu Valeria menatapnya dengan

b itu," bisiknya pelan se

dari seseorang yang dulu taku

hela napas kecil. "Kau membuatku

ma. Di dalam mobil, suasana tidak lagi kaku. Musik lembut dari radio men

dion tiba-tiba.

uk a

ak menyera

belum sempat menyerah.

"Kalau begitu, bisaka

nada suaranya. Hanya ketulusan yang perlahan men

lan. "Kita mulai

n sudah reda. Bau tanah basah berca

up pintu di belakangnya, Radion berkata pelan, "Kau tahu, seja

is di bibirnya. "Dan aku be

gkah mereka masuk ke rumah malam itu terasa seperti dua jala

tidak terasa asing lagi. Lampunya hanga

bahwa mungkin, hanya mungkin, cinta benar-benar

anehnya menenangkan. Serafina duduk di lantai ruang tamu, bersandar di sofa sambil menatap jendela. Di depann

ua orang asing yang kebetulan berbagi atap. Tidak ada pertengkaran, tidak ada juga kehangata

jaan. Dan Fina tidak pernah berani bertanya lebih. Ia tidak ingin terlihat seperti istri posesif yang me

Pesan dari Ibu Val

rper Mode. Rai juga akan hadir untuk wawancara sin

jahnya menegang sejenak. "Ra

ma di depan publik setelah pernikahan. Bukan sebaga

ruang untuk privasi. Sekali berita pernikahan mereka

u-lampu gantung menyala lembut, menciptakan bayangan di dinding. Ia melangkah perlahan, membuka

bantal dan selimu

erbiasa ti

makeup, memeriksa pencahayaan, dan menyiapkan foundation yang cocok dengan warna kulit

. Ketika pintu studio terbuka, suara l

ag

alam, datar, kh

a mengenakan setelan abu gelap yang membuatnya terl

ina pelan, cepa

p meja rias penuh alat kosmetik itu sejenak, lalu menatap

eku. "Iya

m dua pagi, tapi ngga

lirih, tangannya gemetar ringan

ngan perasaan campur aduk yang sulit diartikan. Dingin. Tapi ada sesuatu dalam tatap

i terbaru Ibu Valeria. Lampu sorot menyala terang, kamera memotret cepat, dan semua ora

dengan pewawancara majalah. Ia tampak tenang, karismatik, dan profesional. Seolah bu

ir, wartawan mulai be

r mendekat, tersen

berdua dengan suaminya sebentar un

enoleh padanya. Tatapan mereka bertemu-c

gkah ke s

an ringan, ia mer

menyala. Kli

mereka yang tampak sempurna di

ekat, Pak Rai,"

entuh telinga Fina saat berbisik,

ya datar ta

sa seperti topeng. "Tentu. Ini

Foto terak

angsung menjauh. Jantungnya

adar pelukan pura-pura bisa

k sebelum berkata pelan,

nggak su

Kamu setiap hari berh

at, lalu berbalik samb

an kamera, ak

suara Fina yang membuatnya berpikir: mungkin mereka berdua

warna jingga keemasan. Dalam mobil, hanya suara mesin yang terdengar. Fina duduk di ku

h jalan, tiba-

u berkata tanpa menatap

? Ke

agus. Kita ja

ka pintu dan keluar. Mereka berdiri di trotoar tepi taman kecil, pepohonan

saku. "Aku tahu kamu nggak

h cepat. "S

ikaha

eluncur tenan

ter

aranya pelan. "Mungkin karena aku capek menolak. Atau mungkin karena aku pi

u. Mungkin karena aku terbiasa kehilangan, jadi ketika seseorang

ntung di udara, lemb

ak harus merasa terikat. Kalau

mu ingin aku pergi," pot

kamu memang nggak mau aku di sini

atap tanah, hujan kecil kembali

ang paling ingin kita jauhi justru orang yang paling ki

n kembali ke mobil t

dengar suara dentingan dari dapur. Ia berjalan pelan dan mendapati Rai sedang ber

anya tanpa menoleh. "Kupiki

pintu, setengah tak p

instan bisa dis

m tipis. Ia mendekat, duduk di kursi bar. Uap pa

ngkuk ke arahnya. "Ma

. "Kamu tahu, ini pertama kalinya seseo

ndangannya berubah lem

n sendirian. Dulu, di kosan, aku cu

duk lagi. "Berarti aku sudah me

kan. Untuk pertama kalinya, mereka ma

membereskan mangkuk,

ar

ok nggak suka

a," jawabnya pendek, mem

i piring. Cahaya lampu dapur menyorot wajahnya

anggil F

H

jatuh cinta lagi, apa k

hunya menegang. Ia tidak menatap

u apakah aku harus si

i bisa mencintai kamu sekarang," katanya akhirnya. "T

pahit tapi tulus. "I

sing-namun untuk pertama kalinya, keduanya

r, huj

antara kesunyian itu, ada sesuatu yang

kecil bernama

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka