Istri Kedua, Luka Pertama
etiap percakapan seakan dipenuhi pengawasan, penilaian, dan ancaman terselubung. Bahkan benda-benda yang tampak
kan diri dengan hati-hati. Ia harus memastikan tidak ada kesalahan yang terlihat oleh Rafindra maupun Clariss
dengan ekspresi serius. Wajahnya dingin, matanya tajam, tapi ada sesuatu yang berbeda kali
n suara pelan, mencoba menah
a surat kabar. "Sarapan sudah tersedia. Pastikan
Clarissa masuk, matanya menyipit saat menatap Nadira. "Kau tampak lelah, Nadira. Apakah ini akiba
udah. "Aku... ba
reka. "Baik atau tidak, kau harus belajar bahwa di sini tidak
merasa seperti berada di arena perang, setiap gerakan diamati, setiap kata diukur. Namun di hatinya,
i aku akan menjelaskan beberapa aturan baru," katanya tegas. "Ini pent
guk. "Baik, Tu
ra berpakaian, interaksi dengan staf, hingga bagaimana menghadapi tamu. Nadira mencatat semuanya, meski hatinya terasa berat. I
: pernikahan ini bukan tentang cinta. Ini tentang tanggung jawab, kesetiaan, dan keteg
iap kali Rafindra menegaskan perintahnya, rasanya seperti tekanan semakin berat.
tetap dingin. "Belajar bukan cukup. Aku ingin kau bisa membuktikan bahw
an mempelajari kebiasaan keluarga Mahardika. Clarissa selalu hadir untuk mengawasi, memberi komentar tajam, dan menanamkan rasa
dekat, memperhatikan gerak-geriknya, cara berbicara, dan kebiasaan yang tidak terlihat pada awalnya. Ia menyadari b
uk di sofa dengan buku di tangan. Tanpa ia sadari, Rafindra menatapnya dari ke
Rafindra terdengar tenang tapi tegas. Nadira
ntingnya ketelitian dalam rumah ini. Setiap gerakanmu akan diama
ngerti, Tuan Mahardika. Ak
nyesuaikan diri dengan Clarissa. Aku tahu kalian tidak akur, tapi kau harus bisa
arikan yang tidak bisa ia jelaskan. Ia menyadari bahwa Rafindra bukan hanya sekadar suami yang
pelepasan dari tekanan yang ia rasakan seharian. Ia menulis tentang Rafindra yang tegas, C
sini. Tapi aku akan mencoba. Aku harus. Untuk ibu, untuk
sedemikian rupa. Ia tetap dingin di luar, tapi ada rasa ingin tahu yang tak ia akui pada dirinya sendiri. Ia mulai melihat Nadira sebagai s
licik dalam menanamkan rasa takut, tapi Nadira mulai menemukan cara untuk menghadapi tekanan itu. Ia belajar me
a sendirian di taman rumah. Angin sepoi-sepoi menyapu rambutnya, dan
atanya tiba-tiba. Nadira terkejut
h menyerah, meski tekanan datang dari semua arah. Itu langka. Aku ing
embuat hatinya bergejolak. Ia tidak tahu apakah harus merasa senang, ta
u akan memudahkan hidupmu. Aku menuntut ketekunan, bukan k
a meski dunia menekan, Rafindra mulai melihatnya sebagai seseora
g berkelap-kelip di langit, dan ia berbisik pelan, "Aku tidak akan menyer
anan mereka masih panjang. Nadira bukan gadis yang mudah ditaklukkan, dan ia mulai merasakan sesuatu y
dra. Dunia di mana cinta mungkin muncul dari tempat yang tidak terduga, tapi
sindiran, tugas rumah tangga yang semakin berat, dan percikan perhatian dari Rafindra yang membuat hatinya sema
dan menjaga cintanya pada Farel. Dan Rafindra, di sisi lain, mulai menyadari bahwa gadis itu bukan sekadar pengantin muda ya
kamar barunya, tapi hatinya penuh kekhawatiran. Pikirannya tak lepas dari pesan terakhir dari Farel semalam, yang mengi
" suara Clarissa terdengar dari bawah, tegas tapi terse
seolah lantai marmer itu menuntutnya untuk tunduk pada setiap aturan dan pengawasan yang ada. Di ruang
nyapa pelan, menc
a dokumen. "Pagi," jawabnya singkat. Nada suaranya tetap dingin, tapi ada ketelitian
enusuk. "Sepertinya kau belum terbiasa dengan rutinitas di sini, Nadira. Ta
ngkan hati yang berdebar. "Terima ka
h tangga lainnya, sambil menyisipkan komentar pedas tentang ketidakmampuan Nadira menyesuaik
kumen-dokumen bisnis untuk Rafindra. Sementara Nadira
gan menyerah. Aku akan datang se
engah tekanan yang mencekam. Namun senyumnya seger
n perhatianmu terganggu oleh hal-hal sepele. Di sini, hanya p
tiap detik adalah ujian; setiap kontak dengan Farel b
merasa jantungnya berdebar kencang. Apa yang akan Rafindra katakan kali i
matanya menatap tajam. Nadira dud
ain yang pernah berada di rumah ini. Kau tidak mudah menyerah, meski tekanan datang dari segala arah.
enangkan diri. "Aku akan berusaha,
ha, dan itu terlihat. Tapi jangan kira aku tidak melihat kesulitanmu. Aku tahu Clariss
a-kata yang memberi semangat. Sebuah rasa aneh muncul di hatinya: campura
buatnya terguncang. Pamannya menegaskan kembali bahwa jika Nadira menolak pernikahan ini, ia ti
eseimbangan emosional. Ia menatap keluar jendela, mencoba menarik napas panjang. Rasanya seperti dunia menekan diritulis adalah pelampiasan dari tekanan yang mengekangnya. Ia menulis tentang bagaimana Clarissa selalu mencari cela
rah. Aku harus kuat, demi ibu, demi kita. Aku
ikat dalam dunia yang penuh tekanan, tapi cintanya padanya membuatnya nekat. Ia me
kang, seperti yang telah mereka rencanakan sebelumnya. Farel m
saja?" Farel bertanya
, Farel. Tapi semuanya begitu sulit di sini. Clarissa... dan... Tu
ira. Tapi kau tidak sendirian. Aku akan selalu
ata, merasakan pelukan Farel yang menenangkan, meski ia tahu wakt
ar taman dan rumah, berusaha mencari bukti. Segala tindakan Clarissa semakin licik, mulai dari m
ung mengintervensi, tapi dalam diam ia menilai setiap gerak Nadira, dan sedikit demi sedikit, rasa kagumnya tumbuh. Rafindra mulai meny
ia pertemuannya dengan Farel, dan tetap menunjukkan ketekunan di hadapan Rafindra. Setiap langkahnya adalah ujian
teguhan dan keberaniannya. Ia tahu bahwa pernikahan ini bukan hanya tentang tanggung jawab dan kewajiban, tapi juga t
angit malam dari jendela kamar
tapi aku akan mencoba. Aku harus bertahan, demi ibu,
emungkinan tak terduga. Konflik, rindu, dan ketegangan membentuk babak baru dalam hidup Nadira dan Ra
masa depan mereka selamanya. Nadira harus tetap kuat, Rafindra harus tetap tegas, Clarissa harus terus berhati-