Istri Kedua, Luka Pertama
laman yang luas tapi sepi, sambil mencoba menenangkan napasnya. Ia tahu, hari ini akan menjadi hari yang sulit. Ad
biasanya. Nadira menelan ludah, menyiapkan diri, mencoba me
i akan menjadi ujian nyata unt
uk pelan. "Baik
pannya lebih intens dari sebelumnya. Ada sesuatu yang berbeda-bukan sekadar pengawasan
menata kursi, dan menata makanan ringan dengan sempurna. Clarissa sengaja menempatkan beberapa benda rapu
enyum tipis yang menusuk. "Hati-hati, Nadira. Kau t
menyesuaikan posisi setiap benda, dan berhasil menata semuanya dengan rapi.
ini. Tapi tunggu saja, a
Cukup, Clarissa." Nada suaranya rendah tapi penuh peringatan. Nadi
"Aku sudah menyiapkan rencana. Malam ini aku akan
a. Nadira menunggu di tempat biasa, jantungnya berdebar kencang. Fa
ra?" Farel bertanya, meng
issa semakin berani," jawab Nadira
awatir. Aku sudah memikirkan cara agar kau bisa be
gat baru. Ia kembali ke kamarnya dengan hati sedikit l
nampan minuman ke ruang tamu saat para tamu penting datang. Beberapa benda rapuh dan gelas diletakkan
n tekanan, tapi juga tentang mengetahui ka
ang menonton dari jauh, memperhatikan ketenangan dan kecermatan Nadira, dan mulai merasa kagum. Ia menyadar
us di depan tamu, menekankan kesalahan kecil, dan berharap Rafindra akan marah. Namun Rafindra teta
sembunyi yang hanya diketahui staf tertentu. Pertemuan mereka singkat, tetapi penuh risiko. Setiap
Clarissa, memenuhi tuntutan Rafindra, dan tetap menjaga martabat serta kehormatan diri. Setiap langkah adalah ujian, seti
. Ia berbisik pelan, "Aku tidak akan menyerah. Aku harus
ang. Hatinya kacau, berperang dengan ego dan perasaan yang mulai tumbuh un
n keputusan bisa mengubah masa depan mereka selamanya. Nadira tahu satu hal pasti: ia tidak akan menyerah. Ia akan me
bahwa gadis ini mungkin satu-satunya yang
i. Nadira duduk di kamar, menatap jendela dengan mata yang penuh kekhawatiran. Hari ini, Clarissa telah
uan. Nadira menelan ludah, menenangkan diri, dan mempersiapkan diri
di hari yang menantang. Aku ingin melihat
uk pelan. "Baik
ran dan perhatian yang perlahan mulai muncul, meski masih tersembunyi di balik ekspresi dinginnya
an sempurna. Clarissa sengaja menempatkan beberapa benda rapuh di posisi strategis, berharap Nadira membuat kesalahan. Bahkan ia
engan senyum tipis yang menusuk. "Hati-hati, Nadira. Kau ten
ari kejauhan, memperhatikan ketenangan dan kecermatan Nadira. Ia mulai merasakan kekaguman yang tak bisa
dari gelas yang ditempatkan di meja, berharap Nadira akan tersandung saat membersihkannya. Nadir
a sadar gadis ini memiliki keberanian dan ketenangan yang luar biasa. Sebuah perasaa
unakan rute tersembunyi yang hanya diketahui staf tertentu. Nadira menunggu di tempat yang telah dis
ra?" Farel bertanya, meng
. Rasanya seperti setiap langkahku diperhitungkan untu
rus tetap kuat. Aku sudah memikirkan cara agar kau bis
at baru. Ia kembali ke kamar dengan hati yang sedikit l
memancing Nadira dengan pertanyaan sulit di hadapan tamu, menekankan kesalahan kecil yang
a dengan suara rendah, "Cukup, Clarissa. Aku tidak ingin melihat Nadira dipermalukan lagi." Nadira
m itu, ia memanggil Nadira ke ruang kerjanya. Nad
, "aku mulai menghargai keteguhan hati dan keberanianmu
"Terima kasih, Tuan Mahardika. Aku h
au kuat, Nadira. Jangan pernah meragukan kemampuanmu sendir
jebak Nadira di hadapan tamu penting yang lain, dengan cara yang lebih ekstrem. Ia
rahasia. Mereka berbagi kata-kata lembut, dukungan, dan rencana untuk menghadapi Clarissa bersama
memenuhi tuntutan Rafindra, dan tetap menjaga kehormatan dirinya sendiri. Setiap keputusan menjadi ujian, setiap l
marnya. Ia berbisik pelan, "Aku tidak akan menyerah. Aku ha
ya kacau, berperang dengan ego dan perasaan yang mulai tumbuh untuk Nadira. Ia sadar gadis ini bukan
keputusan kini bisa mengubah masa depan mereka selamanya. Nadira tahu satu hal pasti: ia tidak akan menyerah. Ia akan m
bisa menembus dinding hatinya yang dingin. Clarissa, meski licik, belum mengetahui