Cinta Yang Tak Pernah Padam
memejamkan mata. Setiap kali ia menutup mata, wajah Ravian selalu terbayang-dingin, tak tersentuh, tapi
ipinya sendiri. "Kau sudah cukup terluka. Jangan berhara
pan penuh kebencian-Nayara memutuskan untuk tidak lagi berusaha. Ia akan mulai membiasakan diri hidup tanpa meng
dari dapur-melainkan dari meja makan. Di sana, Ravian sudah duduk rapi dengan jas abu-abu dan da
ejenak, ragu. "Pa
n menjawab datar, "K
kit kelembutan di dalamnya-atau mungkin hanya perasaannya sendiri yang m
arut," jawab Nayara,
meneguk kopinya. Tak ada percakapan lain. Hanya suara
dengan investor pagi ini. Jangan lupa, malam ini akan
npa menoleh. Ia ingin mengatakan sesuatu-menyuruhnya berhenti b
yara akhirnya, h
. Ada rasa perih yang tak bisa dijelaskan-seperti berdiri di antara cinta dan ke
alah ia bisa bernapas tanpa tekanan. Ia membawa buku sketsa dan mulai
suara langkah seseorang te
ara lembut i
tersenyum lemah
ritahuan. Berbeda dari kebanyakan anggota keluarga Maheswara ya
ng," katanya sambil duduk di bangku t
pa-apa, Tante. Hanya... b
tanya Tante Vina dengan
dak tahu harus bagaimana. Aku mencintainya, tapi sepert
Sejak kecil, dia tidak mudah mempercayai siapa pun. Setelah papanya me
an diam-diam, tak
ai, Nayara," lanjut Tante Vina pelan. "Ta
n yakin bahwa Ravian bisa berubah. Tapi dua tahun hidup bersama
rmal dan penuh tekanan. Ravian duduk di sisi kanan ibunya, sementara Nayara di se
Laksana akan segera berjalan?" tanya Nyonya M
ya, Ma. Kami sedang m
eluarga kita harus dijaga. Dan...," ia menatap Nayara sekilas, "i
Nyonya Maheswara tidak pernah benar-benar menerima dirinya. Nayara dian
ringnya. "Mama tidak perlu khawatir. N
ar seperti perinta
bali ke kamarnya. Ia menutup pintu perlahan, l
n, pintu terbuka. Ravia
anya tiba-tiba. Suaranya kali ini
Kau bahkan tidak memberiku kesempatan untuk bicara, Ravian.
t beberapa langkah. "Aku tidak tahu ba
ara gemetar. "Kalau kau memang tidak m
sesaat, ada sesuatu di matanya-sesuatu yang belum pernah Nayara
ang. Ia hanya berkata pelan, "Aku ti
arapan di dada Nayara. Air matanya
ti sejenak. Suaranya nyaris tak terdengar saat berkata, "Nam
nggalkan Nayara send
benar-benar hancur-tapi di sela rasa sakit itu, ada sesu
nunggu. Ia akan hidup untuk dirinya sendiri. Ia akan membu
menulis lembar baru dalam hidupnya-lembar yang tak lagi ditentukan o
i ada ketegangan yang menggantung. Setelah malam penuh air mata, Nayara bangun de
meski kurang tidur. "Mulai hari ini, kau tidak akan membiarkan
iru muda. Hari ini, ia berencana ke galeri tempat ia menjadi relawan seni. Sudah lam
bar di tangan. Biasanya Nayara akan menyapa dengan lembut, menyiapkan sara
apnya sing
as. Ada sesuatu dalam suaranya yang membuat pria i
ipis. "Mungkin karena ak
ian seperti biasa. Lalu, dengan santai, ia duduk di kursi seber
Nayara selalu mencari topik percakapan, men
g yan
uat pria itu mer
atan hari ini?" tan
a. "Aku akan ke galeri seni. Ada pa
pelan. "Kau suda
u lupa, Ravian? Aku sudah cukup dewasa untuk
n membantah, hanya menegaskan. Namun b
-bukan dari penampilannya, melainkan dari tatapan matanya. Tida
cat dan tumpukan kanvas. Nayara kembali merasa hidup di tempat
gak bakal balik lagi ke sini,"
u cuma... butuh waktu. Ta
nggoda. "Waktu? Atau kamu butuh i
enyum miris. "Kau selalu tahu car
t. "Kau kelihatan beda, Nay. Dulu setiap ke sini, w
menunggu," jawab Nayara pelan. "A
u pantas bahagia, Nayara.
rtama kalinya, ia tidak merasa bersalah karena
dari kantor setelah rapat panjang, dan tanpa disa
ngkai foto mereka berdua yang biasanya berdiri di tengah. Kini
inya, bahkan dalam caranya memandang sekitarnya. Ia turun ke ruang tamu,
," ujar Mbak Rara cepat, seo
uk pelan. "Dia
aleri, Pak. Katan
lama ini Nayara jarang punya kegiatan di luar rumah tanpa sepeng
ang menekan di dada Ravian.
sa ringan. Ia bahkan sempat tertawa lepas bersama Rani, sesuatu yang sudah l
n di dada, jasnya masih rapi. Tatapannya tajam,
?" suaranya ren
Ia melepas sepatu, lalu berjalan m
," kata Ravian, nadanya
menatapnya. "A
k lagi berbicara dengan hati-hati, tak lagi menunduk s
tahu saja," Ravia
dak pernah peduli sebelumnya, R
wanita yang dulu mudah ia atur kini berdiri dengan kep
sekarang, aku akan hidup sebagaimana aku seharusnya. Kalau kau ingin tetap seperti dulu, si
a, lalu berkata pelan
erah. Aku hanya berhenti berlari meng
inggalkan Ravian berdiri sendiri di
ih sering-ke galeri, ke taman, bahkan ke kafe kecil tempat ia menulis puisi. I
tor, ia sering termenung, bahkan sekretaris pribad
" panggil Ni
tersada
andatangani, tapi Anda belum me
idak di sana. Ia melihat bayangan Nayara di benaknya-senyum dinginn
n merasa kehilangan sesuatu
rap bisa berbicara dengan Nayara, tapi begitu sampai di ru
ut dari ruang kerja Nayara. P
s sesuatu di buku catatan. Wajahnya tenang, ditera
atikannya. Betapa tenangnya wanita itu kini.
tulis?" tanya
sedikit terkejut
uk s
m tipis. "Untuk
menatap wajah Nayara lama, lalu berkata lirih, "Aku tida
erti
itu
tidak pernah pergi, Ravian. Kau ya
kepalanya. Ia ingin memb
dalam diam. Untuk pertama kalinya dalam dua tahun pernikahan mereka, Ravian merasa takut
. Ia tahu, perubahan ini akan membuat Ravian terguncang. Tapi ia juga t
luka yang masih ada, Nayara merasa
atap langit yang masih gerimis. Ia menyalakan rok
a menyadar
Nayara sel
giliran dia yan
u membuka pintu untuknya-saat ia