icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Cinta Yang Tak Pernah Padam

Bab 5 tanpa mengharapkan kehangatan

Jumlah Kata:2240    |    Dirilis Pada: 15/10/2025

memejamkan mata. Setiap kali ia menutup mata, wajah Ravian selalu terbayang-dingin, tak tersentuh, tapi

ipinya sendiri. "Kau sudah cukup terluka. Jangan berhara

pan penuh kebencian-Nayara memutuskan untuk tidak lagi berusaha. Ia akan mulai membiasakan diri hidup tanpa meng

dari dapur-melainkan dari meja makan. Di sana, Ravian sudah duduk rapi dengan jas abu-abu dan da

ejenak, ragu. "Pa

n menjawab datar, "K

kit kelembutan di dalamnya-atau mungkin hanya perasaannya sendiri yang m

arut," jawab Nayara,

meneguk kopinya. Tak ada percakapan lain. Hanya suara

dengan investor pagi ini. Jangan lupa, malam ini akan

npa menoleh. Ia ingin mengatakan sesuatu-menyuruhnya berhenti b

yara akhirnya, h

. Ada rasa perih yang tak bisa dijelaskan-seperti berdiri di antara cinta dan ke

alah ia bisa bernapas tanpa tekanan. Ia membawa buku sketsa dan mulai

suara langkah seseorang te

ara lembut i

tersenyum lemah

ritahuan. Berbeda dari kebanyakan anggota keluarga Maheswara ya

ng," katanya sambil duduk di bangku t

pa-apa, Tante. Hanya... b

tanya Tante Vina dengan

dak tahu harus bagaimana. Aku mencintainya, tapi sepert

Sejak kecil, dia tidak mudah mempercayai siapa pun. Setelah papanya me

an diam-diam, tak

ai, Nayara," lanjut Tante Vina pelan. "Ta

n yakin bahwa Ravian bisa berubah. Tapi dua tahun hidup bersama

rmal dan penuh tekanan. Ravian duduk di sisi kanan ibunya, sementara Nayara di se

Laksana akan segera berjalan?" tanya Nyonya M

ya, Ma. Kami sedang m

eluarga kita harus dijaga. Dan...," ia menatap Nayara sekilas, "i

Nyonya Maheswara tidak pernah benar-benar menerima dirinya. Nayara dian

ringnya. "Mama tidak perlu khawatir. N

ar seperti perinta

bali ke kamarnya. Ia menutup pintu perlahan, l

n, pintu terbuka. Ravia

anya tiba-tiba. Suaranya kali ini

Kau bahkan tidak memberiku kesempatan untuk bicara, Ravian.

t beberapa langkah. "Aku tidak tahu ba

ara gemetar. "Kalau kau memang tidak m

sesaat, ada sesuatu di matanya-sesuatu yang belum pernah Nayara

ang. Ia hanya berkata pelan, "Aku ti

arapan di dada Nayara. Air matanya

ti sejenak. Suaranya nyaris tak terdengar saat berkata, "Nam

nggalkan Nayara send

benar-benar hancur-tapi di sela rasa sakit itu, ada sesu

nunggu. Ia akan hidup untuk dirinya sendiri. Ia akan membu

menulis lembar baru dalam hidupnya-lembar yang tak lagi ditentukan o

i ada ketegangan yang menggantung. Setelah malam penuh air mata, Nayara bangun de

meski kurang tidur. "Mulai hari ini, kau tidak akan membiarkan

iru muda. Hari ini, ia berencana ke galeri tempat ia menjadi relawan seni. Sudah lam

bar di tangan. Biasanya Nayara akan menyapa dengan lembut, menyiapkan sara

apnya sing

as. Ada sesuatu dalam suaranya yang membuat pria i

ipis. "Mungkin karena ak

ian seperti biasa. Lalu, dengan santai, ia duduk di kursi seber

Nayara selalu mencari topik percakapan, men

g yan

uat pria itu mer

atan hari ini?" tan

a. "Aku akan ke galeri seni. Ada pa

pelan. "Kau suda

u lupa, Ravian? Aku sudah cukup dewasa untuk

n membantah, hanya menegaskan. Namun b

-bukan dari penampilannya, melainkan dari tatapan matanya. Tida

cat dan tumpukan kanvas. Nayara kembali merasa hidup di tempat

gak bakal balik lagi ke sini,"

u cuma... butuh waktu. Ta

nggoda. "Waktu? Atau kamu butuh i

enyum miris. "Kau selalu tahu car

t. "Kau kelihatan beda, Nay. Dulu setiap ke sini, w

menunggu," jawab Nayara pelan. "A

u pantas bahagia, Nayara.

rtama kalinya, ia tidak merasa bersalah karena

dari kantor setelah rapat panjang, dan tanpa disa

ngkai foto mereka berdua yang biasanya berdiri di tengah. Kini

inya, bahkan dalam caranya memandang sekitarnya. Ia turun ke ruang tamu,

," ujar Mbak Rara cepat, seo

uk pelan. "Dia

aleri, Pak. Katan

lama ini Nayara jarang punya kegiatan di luar rumah tanpa sepeng

ang menekan di dada Ravian.

sa ringan. Ia bahkan sempat tertawa lepas bersama Rani, sesuatu yang sudah l

n di dada, jasnya masih rapi. Tatapannya tajam,

?" suaranya ren

Ia melepas sepatu, lalu berjalan m

," kata Ravian, nadanya

menatapnya. "A

k lagi berbicara dengan hati-hati, tak lagi menunduk s

tahu saja," Ravia

dak pernah peduli sebelumnya, R

wanita yang dulu mudah ia atur kini berdiri dengan kep

sekarang, aku akan hidup sebagaimana aku seharusnya. Kalau kau ingin tetap seperti dulu, si

a, lalu berkata pelan

erah. Aku hanya berhenti berlari meng

inggalkan Ravian berdiri sendiri di

ih sering-ke galeri, ke taman, bahkan ke kafe kecil tempat ia menulis puisi. I

tor, ia sering termenung, bahkan sekretaris pribad

" panggil Ni

tersada

andatangani, tapi Anda belum me

idak di sana. Ia melihat bayangan Nayara di benaknya-senyum dinginn

n merasa kehilangan sesuatu

rap bisa berbicara dengan Nayara, tapi begitu sampai di ru

ut dari ruang kerja Nayara. P

s sesuatu di buku catatan. Wajahnya tenang, ditera

atikannya. Betapa tenangnya wanita itu kini.

tulis?" tanya

sedikit terkejut

uk s

m tipis. "Untuk

menatap wajah Nayara lama, lalu berkata lirih, "Aku tida

erti

itu

tidak pernah pergi, Ravian. Kau ya

kepalanya. Ia ingin memb

dalam diam. Untuk pertama kalinya dalam dua tahun pernikahan mereka, Ravian merasa takut

. Ia tahu, perubahan ini akan membuat Ravian terguncang. Tapi ia juga t

luka yang masih ada, Nayara merasa

atap langit yang masih gerimis. Ia menyalakan rok

a menyadar

Nayara sel

giliran dia yan

u membuka pintu untuknya-saat ia

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka