Cinta Yang Tak Pernah Padam
i sejak percak
ghantui masa lalu Ravian. Sejak saat itu, rumah mereka terasa ber
i atas kaca. Ia berhati-hati agar tidak menggores luk
ngin. Pagi tampak tenang, tapi hati Nayara tidak. Sejak tahu kebenaran, tidur malam
seolah memanggil nama itu
ag
an kemeja putih dan dasi yang belum sempat diikat. Rambutnya masih sed
menegakkan punggu
di hadapan Nayara.
pelan. "Aku ngga
detik sebelum akhirnya berkata, "Tentang ma
uh waktu. Aku nggak menyalahkanmu, Ravian. Tapi jujur, aku belu
gguk pelan. "
n melirik jam tangannya, lalu berdiri. "Aku
ahut Naya
berhenti di dekatnya. "Aku... berte
terasa sesak. Begitu Ravian pergi, ia menyandarkan kepalanya d
udara baru, sesuatu untuk mengalihkan pikirann
"Aku tahu kamu bakal datang hari ini. M
yum samar. "A
aha bu
ggak me
u terlalu baik, Nay. Kadang aku pengin kamu marah,
"Aku marah, Rev. Tapi aku capek marah. Aku cuma
amu tahu kan, aku selalu ada kala
a dengan mata yang berair. "Terima k
membuatnya menarik syal lebih rapat. Tapi langkahnya terhenti saat melihat seseorang be
ra?" tanyanya d
ahi. "Ya, saya. Maaf
um yang tidak sepenuhnya ramah.
a langsung berpacu.
" jawabnya. "Aku
negang. Ia terpaku beberapa detik sebelu
n bicara. Tentang Ravian. Tentang apa yang
menatap wanita itu d
mu pernah cerita padamu kalau kecela
ar. Ia memegang kemudi mobil tapi belum menyalakan
arena nasib, kamu salah. Ada
lihat lagi foto Liora yang dulu ia temukan. Kali ini ia memperhatikan lebih teliti. Di
eletakkan foto itu kemba
ini cuma kebet
uncul, sedikit terkejut melihat Nay
sin meja kamu," j
jalan ke mejanya. "Aku deng
nya ragu. "Ravian, bo
ya s
ra berhenti sejenak, mencoba mengatur napa
agi, seperti menutup pintu yang tadi sem
emuiku. Namanya Larissa.
ayara tajam. "Di
al yang kamu sembunyi
memukul meja.
rlonjak.
an orang asing. Larissa itu gila. Dia udah lama nyalahin aku atas k
ia sampai data
k akan mau menemuinya. Ja
ian, kamu bisa aja bilang kayak g
jam, tapi ada luka di san
engin tahu
karena dia bilang ingin pergi ke luar negeri. Aku menyetir terlalu cepat. Mobil tergelincir di tikung
menemukan kejujuran dalam s
alau Larissa bilang lain, itu kare
perlahan, tapi hat
dup membuat bayangan di dinding tampak panjang. Ia membuka ponselnya dan mencar
to Ravian dan Liora di rumah sakit, tampaknya di
an selalu men
. Ia menatap layar itu l
ahu semuanya. Tolon
e di Sudirman. Wanita itu sudah menunggunya, mengenaka
ata Larissa, suaranya
tuh pen
ercaya Ravian? Karena malam sebelum kecelakaan, aku dihubungi Lio
erkejut.
ab. Liora pergi dari rumah Ravian malam itu, tapi Ravian mengejarny
ta apa-apa soal itu," bis
ia mengakui, semua orang akan tah
coba menahan gemetar di tan
nya di meja. "Ini hasil pemeriksaan rumah sakit. Nama Lior
nya memang ada salinan hasil medis. Semua tertulis jelas-t
ke aku?" tanya Nayara
arissa berdiri. "Kamu mungkin wanita baik, Nayara. Tapi berhati-hatilah
eolah berputar terlalu cepat. Antara percaya dan tid
natap layar laptop. Nayara berdiri di ambang pintu, memandangi pungg
panggil Na
u menol
u Larissa
iri, wajahnya beruba
ian. Benarkah Liora.
u berat hingga Nayara bisa men
matanya gelap. "S
ya buktinya." Nayara
s itu lama. Lalu perla
tuh pelan,
tegun. "Ja
Setelah kecelakaan, dokter yang bilang padaku. Aku nggak siap, Nayara. A
"Dan kamu menikahiku ka
"Awalnya, mungkin iya. Tapi lama-lama
a yang lebih menyakitkan, Ravian. Dicintai karena rasa bersal
, tapi Nayara m
atanya pelan. "Aku butuh wa
Baik. Tapi tolong jangan pergi. Aku akan cerita
is. "Kalau kamu benar-benar jujur, R
ereka sama-s
anpa henti, seperti langit ikut mena
a. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa
i bercampur menjadi satu, membentuk badai
tahu-pilihan apa pun yang ia amb