Heavy Heart
h cafe, katanya dia sangat lapar. Padahal aku sedang tak ingin makan. Tapi, aku tak b
dang kaca jendela yang menampilkan lampu-lampu malam. Pikiranku entah pergi kemana, hari ini aku sangat lelah dan ingin beristir
al
kaca jendela sekarang melihat ke arah Audrey yang membawa makanan. Sekarang aku akan makan dan segera pulang menuju rumah. Aku s
a? Gue udah ma
a," ucapnya sambil cengegesan. Aku benar-benar ing
aku segera menarik Audrey untuk keluar dan segera pulang. Besok kita sekolah,
*
erjalan ke arah mereka dan segera duduk di salah satu meja, meski sudah makan aku tetap ingin memakan
na jam segini baru pulang," ucap Bunda su
anak gadis jalan sama
ka. "Nggak, Nala nggak jalan sama pac
semua gara-gara Audrey. Jadi semuanya mengira aku telah jalan bersama pacarku. Padahal punya p
seolah semuanya berjalan dengan sendirinya aku hanya bisa menerima dan terus mengingatnya. Aku tak pernah bisa mel
yahku sambil membelai rambutku. Ibuku menganguk t
all, terus nyuruh pake baju g
biar nurut." Bundaku tertawa. Dia tahu setiap aku di belikan baju seperti ini aku akan menolaknya,
Audrey tak ingin keinginanya di tolak, karena itu aku selalu mene
makannya dengan lahap tanpa berbicara lagi, sekarang kami makan dal
at. Tak akan pernah ada yang mengalahkan masakan lezat Bunda, aku selalu menyukainya. A
i. Aku sangat mengantuk, sepertinya malam ini aku akan tertid
berlari dan mengejar Sakala. Mataku menatap Kala yang terus meniupi luka di lututku. I
mengadu. Entah mengapa, aku sangat suka ketika aku mengad
gian ini udah hampi
menggemaskan ketika mengucapkan kata itu. Aku
. Aku hanya bisa terus menikmati mimpi yang datang ke dalam m
nya. Ketika mimpi indah menghampiriku, mimpi itu kembali datang. Darah ber
sulit untuk tertidur lagi, aku takut. Sakala, aku benar-benar membutuhkanmu. Tanganku me
ikan perjalanan waktu masa lalu yang sangat menyenangkan. Bukan, bukan di mana hari kita ter
sepi selalu membuatku menangis dengan hebat, apalagi ketika aku telah merindukan Sakala di dalam hidup
Kala," ucapku terisak sambil memandang ke dep
itu Sakala. Apakah ini nyata? Mengapa Sakala ada di dalam kamarku sekarang? Aku berlari menghampiri
an kangen kamu.
an, aku terisak dan memeluknya semakin erat. Telingaku mendengar kekehan dia yang san
kemana-mana. Aku
. Mengapa dia berkata bahwa dia selalu ada bersamaku? Jika iyah, ada
u semua orang bilang Kala mati. Tapi, aku masih nggak percaya kamu pergi. Katanya janji ba
ak akan pergi kemana-mana lagi. Namun, tangan kekarnya melepaskan pelukanku. Aku berusaha keras untuk tetap memeluknya namun sayang tenaga ku sela
enangis dengan sangat keras. Tunggu, jadi sedari tadi aku hanya bermimpi? Meng
cat dari jendela kamarku. Tangisanku seolah bersambung dari mimpi menjadi ken
loncat dari jendela sana," ucapku mengad
ku tak tahu mengapa Bunda menangis, aku benar-benar bertemu dengan Sakal tadi. Bukan, se
Sakala beneran
sangat sayang. Tangannya mengelus rambutku, aku men
ikhlasin yah?" ucapnya
asti dia ada kan Ayah?" Aku memukul dadaku karena menangis. Tanganku
ak, tid
embuatku sedikit mengantuk. Tangisan ku sedikit mereda mungkin karena Bunda menenangkanku. Mataku menjadi sangat berat dan
ibuku, dia mengkhawatirkanku. Aku tak pernah menginginkan ibuku merasakan k
selalu membuat Bundaku menangis dan mengkhawatirkanku. Aku selalu ingin melupakan kejadian itu, semu
bukan aku yang meninggalkan dunia saja? Mengapa harus Sakala. Andai Sakala tidak pernah berlari d
agaimana dia yang sangat baik dalam semua hal dan aku membenci bagaimana Sakala yang me