Tiga Tahun Menjadi Pengganti, Satu Hari Hancur
/0/27917/coverbig.jpg?v=140f347c06704ccfdc3cfe26e88f1ee0&imageMogr2/format/webp)
lit kota. Dari balik jendela kaca yang tinggi menjulang, Arina menatap ke luar dengan tatapan kosong. Tetesa
ri itu seharusnya menjadi hari pernikahan antara Rafael dan kekasih sejatinya, Nadira. Namun Nadira m
engganti. Pernikahan mereka bukan karena cinta, bukan pula karena saling memilih. Pern
h besar itu tetap sunyi,
nya Sari, asisten rumah tangga yang s
ngangguk pelan. "Iya
detak pelan, sementara hujan di luar terus turun seolah tak mengenal lelah. Arina merapatkan cardi
hatinya tercekat. Nama Rafael tertera di sana. Suaminya. Seseoran
tau ada urusan bisnis keluar kota. Tak pernah ada pertanyaan tentang kabar Arina, tak pernah ada percakapan ring
, Arina menggese
u makan malam. Ad
af
baca berlebihan. Begitulah Rafael.
takkan ponselnya lagi. Napasnya keluar perlahan, ny
halaman. Arina yang sedang membaca buku di ruang tamu menoleh spontan. Pintu utama terbuka, dan Rafael munc
lan, mencoba mencairkan udara
a. "Sudah," jawabnya singkat, lalu mela
ngga. Ia menunduk, menatap buku di tangannya yang kini terasa berat
isa pulang dan disambut pelukan, tempat ia bisa bercerita panjang tentang hari-harinya dan ditangga
rang ratu tanpa ker
tabletnya sambil sesekali menyeruput kopi hitam. Pagi jarang-jarang mereka bertemu. Biasanya R
sapa Ari
tu datar, tanpa m
ang dan selai, lalu mundur pelan. Keheningan menggantung di u
"Aku dengar galeri seni tempatmu
ak, lalu menoleh dengan tatapa
ta," jawab Arina,
hanya mengangguk singkat, lalu kembal
na, seperti semua percakapan mereka selama
jungi taman kota, duduk di bangku kayu di bawah pohon flamboyan yang sedang berbunga merah
li ia tidak ter
gku sebelahnya, menatap Arina sekilas l
maksakan senyum. "Tidak
lan berdampingan. Tapi ingat, rumah seharusnya tempatmu pu
ni berkata apa-apa. Setelah beberapa menit, wanita itu berdiri dan pergi
bintang. Pikirannya melayang pada pernikahannya. Ia tak pernah benar-benar dicintai Rafael, dan
jang besar itu kosong di sisin
engulurkan tangan malas, tapi tangannya m
im
ia menikah. Dimas yang menjauh setelah Arina menikah karena
itu
ik-baik
membalas, ingin bercerita, tapi ia tahu itu akan jadi awal dari sesuatu yang tidak
pa sengaja mendengar pembica
ggal di ruang tamu. Pintu ruang kerja itu sedikit terbuka. Suara Rafael terdengar j
iga tahun pun tidak menghapus apa
melangkah. Na
li. Setelah semua ini... aku pi
abat Rafael, Daniel, terdengar
n mencer
genggam map bergetar hebat. Ia melangkah mundur pelan, lalu berbalik
aktu. Ia hanyalah pengganti sementara. Dan ki
ap kosong ke lantai. Rasanya seper
erti biasa, tapi jiwanya kosong. Setiap kali Rafael bicara dengannya, Arina ha
pulang larut, Arina mem
ntainya?" suaranya
elepas jasnya meno
dir
erapa detik, ia hanya diam, lalu b
nyaris tumpah. "Bagaimana bisa bu
adaan," balas Rafael dingi
a duga. Ia mengangguk pelan, bibirnya bergetar menahan t
ama kalinya, Arina me
eluar kota selama seminggu. Arina hanya mengangguk tanpa bertany
yi. Ia menarik napas panjang, lalu menatap dirinya di cermin dinding. Wajah yang dulu
erus seperti ini
ya, ia mulai bertanya-apakah masih ada arti dari m
jauhan. Di dadanya ada sesuatu yang berubah-bukan keberanian, bukan pula
menunggu cinta dari seseorang yang t
ma kalinya dalam tiga tahun,